Bagian 77 (Season 3)

991 235 51
                                    

"Malam itu..."

Tiba-tiba Aldrean meletakan jari telunjuknya di depan bibir Deon, menghentikan kelanjutan isi kata-kata Deon selanjutnya. Pemuda itu menatap Deon dengan tatapan serius yang terlihat menawan. "Shuut! Rahasia, oke?"

Jendela kelas menghadap ke arah timur, cahaya kuning keemasan dari matahari yang baru naik ke permukaan menjadi latar belakang dipunggung Aldrean. Membuat sosok remaja itu terlihat lebih bersinar.

Merasakan sentuhan asing dibibirnya, Deon terkesiap, secara otomatis mulutnya yang akan terbuka langsung menjadi tertutup rapat.

Deon menatap tatapan serius yang dibawa sepasang cokelat cerah di depannya, dia tidak bisa menahan rasa terkejut yang dirasakan hatinya dan hanya bisa membalas tatapan itu dengan kelopak matanya yang enggan berkedip.

Meski telunjuk yang menyentuh bibirnya sudah hilang tapi Deon tetap tidak bisa membuka mulutnya.

Kemudian, dengan gerakkan kaku, Deon mengangguk.

Melihat anggukan yang begitu kaku itu membuat Aldrean tanpa sadar tersenyum kecil, tetap saja senyum yang sampai ke matanya itu membuat wajah tampannya terlihat semakin tampan.

"Gue tidur bentar. Nanti kalo ada guru bangunin ya?"

"Hm." Dengan patuh, Deon mengangguk.

Setelah Aldrean merebahkan kepalanya, Bisma yang duduk di depan yang awalnya bercengkerama dengan teman sekelas yang lain menoleh, dia melihat kelopak mata Aldrean yang terpejam menghadap ke arah Deon.

"Lah, tidur?"

"Biarin aja." Edwin yang membalas. Pemuda itu lalu melihat Deon yang duduk tepat di belakangnya. "Apa yang lo omongin sama Al tadi?"

Edwin tidak bisa mendengar apa yang Deon dan Aldrean obrolkan di belakang. Tapi, Edwin yakin dia mendengar sesuatu sebelum dia fokus pada benda pipih ditangannya.

Deon tidak banyak bereaksi, wajah datarnya tetap datar saat dia membalas tatapan Edwin yang penasaran. "Bukan apa-apa."

Sebelah alis Edwin terangkat, dia menatap Deon tidak percaya. "Gue yakin tadi sempet denger lo ngomong 'malam itu'."

"Malam itu? Jangan-jangan waktu..." Bisma ikut menyahut dan kata-katanya pun tergantung.

Semua terdiam tapi semua orang memiliki pemikiran yang sama.

Kata-kata malam itu secara sengaja atau pun tidak sengaja langsung membuat mereka teringat dengan kejadian penembakan Deon di Monrou.

Dan, Bisma mau pun Edwin bukannya tidak tahu jika Deon datang ke atap karena menerima pesan dari Aldrean, yang kemudian akhirnya mereka tahu jika bukan Aldrean yang mengirim pesan itu melainkan Diki.

Sebenarnya masih banyak teka-teki tentang apa yang terjadi pada malam itu tapi, keluarga Liu sendiri memilih untuk menutup kasusnya dan tidak lagi membahas apa pun soal kejadian malam itu setelah menerima kabar jika si eksekutor telah mati karena serangan jantung.

Karena keluarga Liu tidak ingin lagi membahas maka tidak pernah lagi dibahas.

Tapi, Deon tiba-tiba saja membicarakan 'malam itu' dan mau tidak mau itu memancing rasa penasaran Edwin.

Bisma sebenarnya benar-benar tidak tahu apa yang sudah terjadi, malam itu saat Edwin menelepon Bisma untuk memberitahukan kondisi Deon, Deon sudah dilarikan ke rumah sakit.

Dan, karena itulah Bisma juga yang menjadi paling penasaran setengah mati.

Bisma menatap Deon, tatapannya menuntut. "Apa yang terjadi malam itu, Yon?"

ZEROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang