1. Confessing

15.3K 696 19
                                    

"Ve!"

Panggilku lantang saat ia membalikkan tubuhnya dan mulai berjalan meninggalkanku di parkiran gedung kantor tempatku bekerja.

Ia menghentikan langkahnya dan perlahan kembali menghadap ke arahku. Wajahnya tampak kebingungan saat menangkap ekspresiku yang terlihat panik agak kelabakan.

"Ya, Nal?"

Kedua tanganku gemetaran, dan dia tak peka akan hal itu. Sungguh, aku sangat ingin ini semua segera selesai. Tapi mengapa lidahku masih selalu kaku untuk mengungkapkannya?

Tidak Kinal, kamu harus jujur. Begitu kata hatiku.

"Ve..." panggilku lagi dengan nada ragu.

Kuberanikan diri untuk menatap lurus matanya yang penuh akan sorot tanya.

"Kenapa Nal?"

"Aku..."

Kukepal erat kedua tanganku, dan kutarik nafas panjang sebelum mengungkapkan semua hal yang selama ini selalu aku simpan dalam benakku.

"Ve, aku mau ngomong sesuatu..." lirihku mencoba tegas.

"Ngomong apa?" tanya Veranda dengan suaranya yang sangat lembut.

"Ve, aku, aku nggak peduli kalau setelah ini kamu bakalan jijik atau benci, atau gimana sama aku. Yang jelas, aku udah gak bisa untuk nyimpen ini lama-lama karena aku, aku udah gak kuat lagi. Ve, aku suka sama kamu. Aku sayang sama kamu... dan aku cinta, sama kamu..."

Waktu seolah berhenti rasanya. Nafasku tidak karuan usai menyelesaikan kata-kataku untuknya. Dan Veranda, sama sekali tidak memberikan respon apapun selain menatapku lurus bagai orang linglung.

"Ve..." panggilku, memberanikan diri.

Begitu mengejutkan, Veranda mengukir senyuman tipis di bibirnya sebelum melangkah mendekat ke arahku dengan kedua mata yang berkaca-kaca dan bersinar terang.

"Aku juga..."

Aku tau Veranda tidak menangis tersedu, tapi ia memelukku erat dan menuturkan sebaris kata dengan suaranya yang sedikit bergetar.

"Aku juga merasakan hal yang sama, Kinal..."

DrabblesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang