27. Jokes

3.6K 428 29
                                    

Pekerjaan kantor, selalu mampu menguras tenaga dan pikiran. Setiap hari harus brain storming dan menerima evaluasi jika ada kesalahan.

Tentu saja itu membuatku sedikit stress dengan banyaknya list di job desk ku. Tidak hanya aku, tapi semua karyawan pun mempunyai tugas masing-masing yang tentunya banyak menyita pikiran.

Aku yakin, tidak sedikit dari kami yang mulai seperti kehilangan akal sehat.

Seperti hari ini, saat sore mulai lenyap dan malam tiba, para karyawan yang istilahnya sudah mulai 'ngebul', tiba-tiba saja saling melempar lelucon yang membuatku sedikit geli.

Diawali oleh salah satu rekan kami yang kedapatan sedang membuka situs porno, karyawan lainnya mulai heboh. Beruntungnya, atasan kami sedang tidak di ruangan karena sudah pulang sejak sore tadi. Jadi karyawan yang lembur, bisa bebas dan menjadi 'semena-mena' begini.

"Wah gila lu! Mentang-mentang pengantin baru lu yah! Browsingnya beginian!" celetuk salah satu karyawan pria bertubuh jangkung dengan jambang tipis di wajah, Mas Irsyad namanya -pria keturunan Arab beralis tebal dan tampan tapi selalu jomblo.

"Apa-apa? Apa coba liat?!" karyawan lain mulai menanggapi.

"Wah wah parah! Si kutil mulai nih, dasar!" bahkan ada yang sampai menggeser kursinya dari cubicle nya sendiri hanya untuk mendekati Mas Adit yang kebetulan memang pengantin baru, tapi orang bilang dia 'tjupu'.

"Anjing! Mana artikelnya 'Woman on top' pula! Gegayaan lu!"

"Ya tau deh yang mau honeymoon mah ya. Googling nya begituan!"

"HAHAHAHAHAH!"

Telingaku sedikit gatal mendengar hal-hal semacam ini. Wajar memang kalau ini jadi bahan guyonan, terutama untuk orang yang baru saja menikah. Tapi tetap saja, bagiku itu sedikit memalukan. Sampai salah satu karyawan wanita yang paling cuek di kantor ini ikut berkumpul di kerumunan pria hidung belang itu, menyeletukkan sepatah kalimat yang membuatku benar-benar terbahak.

"Woman on top lagi garing guys. Yang lain coba?"

"WOAAAHH! HEHAHAHAHAH!!!"

Hebohlah semua karyawan kantor di malam closing ini hanya karena celetukan Mbak Dinda. Karyawan wanita tergokil di kantor.

Aku tak bisa menahan geli di perutku setiap kali dia dengan cuek dan santainya ikut nimbrung bersama para pria hidung belang tanpa ada rasa canggung sama sekali.

Tapi, tetap saja. Pada akhirnya aku memang tak biasa dengan lelucon semacam itu meskipun itu adalah hal wajar untuk manusia ketahui.

Aku pulang dengan perasaan yang membingungkan. Lelah, pusing, dan tak sengaja masih terpikirkan keributan yang terjadi di kantor tadi.

Sesampainya di apartemen, Veranda menyambutku dari dekat meja makan. Dia sudah pulang sejak sore tadi, dan sekarang terlihat sedang mengenakan piyama tidur berbentuk rok selutut dari bahan sutera.

Well, dia selalu cantik mengenakan apapun menurutku.

"Hai!" sapanya dengan senyuman manis.

Buru-buru ia bangkit dan turun dari kursi. Mengecup pelan pipi kiriku dan langsung mengambil alih tasku, kemudian menyimpannya di atas kabinet kecil dekat televisi.

"How's life?"

"Mmm, not really good..."

"Why?" tanyanya heran.

Aku terdiam, malas menjawab karena lelah dan masih dengan bodohnya memikirkan lelucon di kantor tadi.

Jemari Veranda bergerak di kerah kemeja putihku. Ini memang kebiasaannya untuk melepaskan atau menggantikan pakaian untukku. Tapi entah kenapa wajahku tiba-tiba memanas dan langsung menghentikan pergerakan tangannya.

"Eh, kenapa?" herannya lagi.

Kugelengkan kepalaku sebelum berpaling ke arah lain. Setidaknya untuk tidak melihat sosok Veranda dulu. Denial memang aku ini, padahal sangat merindukannya tapi malah bertingkah bodoh hanya karena merasa sakit perut atas lelucon di kantor yang sama sekali tidak penting. Sedikit banyak, hal itu tadi membuatku bad mood atau sekedar ilfeel.

"Kamu kenapa deh?" tanya Veranda yang kini mungkin sedang memandangiku dengan bingung.

"Nggak, tadi cuman agak ilfeel aja di kantor sama anak-anak. Bercanda-bercanda nggak penting gitu. Aku geli sendiri..." ungkapku jujur, dan mulai berani membalikkan diriku padanya.

"Ooh, emang bercanda soal apa? Lebay banget lagian sampai ilfeel segala kamunya.." ia kembali mendekat dan mencoba melepaskan pakaianku.

"Itu, tadi temen aku, cowo, dia kepergok lagi buka situs porno sama hal-hal kayak gitu. Padahal anaknya kan cupu banget tuh. Eh, yaudah langsung disorakin seruangan trus dicengin sama anak-anak. Terus kamu tau Mbak Dinda kan? Dianya malah ikut nimbrung. Ya udah akhirnya rame, trus temen-temen cewe yang lain jadi nggak canggung ikutan becandaan soal itu.." jelasku.

Veranda tersenyum tipis, terkekeh kecil mungkin. Entah apa maksudnya, aku tak peduli soal itu, yang jelas dia cantik. Kemejaku telah ia lepas. Yang tersisa sekarang kaos putih tipis, celana, dan pakaian dalamku. Tentu yang lain ini, dia tidak biasa membukakannya -kecuali sedang ingin.

"Soal begitu aja kamu ilfeel sampe gini. Lagian wajar juga, orang kantor aku juga kadang kalau udah mulai lelah sering bercanda yang kayak gitu. Kan udah pada nikah, terus ada yang baru mau nikah udah didopping gituan sama temen-temennya. Lucu sih, hahahah!"

Aku mengernyit tak nyaman, Veranda bilang itu lucu sementara aku setengah pusing saat mendengar lelucon semacam itu tadi. Tapi selalu saja, Veranda itu cantik.

"Yaah, mungkin gitu ya. Tadi juga dia itu pengantin baru. Mungkin cari referensi, soalnya dia mau cuti seminggu buat honeymoon di luar negeri nanti..." jelasku santai, berpura-pura terlihat cuek dan tenang agar tidak dibilang lebay lagi oleh Veranda.

Tak menjawab lagi perkataanku, Veranda yang baru saja selesai menggantung kemejaku di gantungan dekat lemari pakaian, langsung membalikkan tubuhnya dan memandangiku cukup lama.

Dia berjalan mendekat ke arahku, terus maju dan maju, hingga membuat punggungku menabrak dinding.

Jantungku tidak pernah berdegup sekencang ini saat berada di dekat Veranda. Ia masih memandangiku. Bahkan kedua lengannya maju seakan mengurungku, memojokkanku.

"Terus, kita kapan?"

Alisku saling bertautan, tak mengerti dengan kalimat tanyanya. Kuteguk pelan ludahku saat ia menyeringai tipis.

"Kita. Honeymoon. Kapan? Hm?"

"What?"

DrabblesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang