11. Welcome home~

5.5K 531 19
                                    

Sore ini, Jakarta cukup macet. Beberapa lampu merah harus kuhadapi dengan keadaan lesu karena lelah bekerja.

Namun mengingat bahwa sekarang aku sudah memiliki kehidupan yang baru, membuatku tersenyum sendiri di jalanan. Cerita tentang dua hari sebelum ini, mengenai apartemen baruku dan Veranda.

Hari pertama berada di tempat tinggal yang baru. Melelahkan. Merapihkan barang-barang, menata letak beberapa furniture menjadi sesuai keinginan kami dari desain default yang sebelumnya kami rasa tak cocok.

 Merapihkan barang-barang, menata letak beberapa furniture menjadi sesuai keinginan kami dari desain default yang sebelumnya kami rasa tak cocok

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Beruntungnya, kami memilih hari sabtu untuk memulai pindahan. Minggu sore, kami baru selesai menyesuaikan semuanya.

Yang tidak kuduga dari awal dari cerita baruku bersama Veranda saat satu tempat tinggal ini adalah, tentang keberadaannya.

Veranda, kini menjadi sosok yang pertama kali aku lihat saat bangun tidur dan membuka mata.

Tak pernah kusangka, karena sebelumnya aku tidak punya pemikiran atau bayangan tentang hal ini. Ya mungkin juga karena aku tak pernah menginap atau bermalam di tempat kost Veranda yang sebelumnya.

Selama kami menjalin hubungan, tidak pernah ada kesempatan untuk sekedar melepas waktu berada di tempat tinggal yang sama.

Maka dari itu, tak heran kalau saat ini aku merasakan hal lain yang sungguh berbeda.

Terlebih lagi, senin ini Veranda tidak masuk kantor. Dia sedikit demam dan tidak enak badan. Mungkin karena kelelahan setelah hampir dua hari penuh beres-beres di apartemen baru kami ini.

Sejujurnya aku tak tega untuk meninggalkannya seorang diri selagi sakit. Tapi aku wajib ingat, bahwa tempat tinggal yang saat ini aku tempati, perlu dilunasi sesegera mungkin. Sebab itu, aku memilih untuk bekerja dan tidak coba-coba absen -supaya tidak memangkas honorku bekerja.

Memikirkan semua itu, membuatku menjadi sangat merindukan 'rumahku'. Ya, sangat rindu pada Veranda yang mungkin saat ini sedang tertidur lemas.

Aku sudah membawa bubur kesukaannya dan jus jambu. Tadi Yuriva kuceritakan soal sakitnya Veranda, dia yang menyuruhku untuk membelikan Veranda jus jambu, ia takut Veranda terkena gejala demam berdarah.

Sedikit terburu-buru, aku memasuki pintu lift apartemen. Di sebelahku terdapat beberapa orang yang cukup familiar. Bukan karena kenal, mungkin karena aku sering melihat mereka beberapa kali disini.

Lama aku termangu memandangi mereka, aku baru tersadar bahwa pintu lift terbuka di lantai ruangan apartemenku.

Buru-buru aku keluar setelah tertawa canggung pada beberapa orang yang memandangiku heran.

Setelah sampai di depan pintu, langsung kubuka pintu dengan kunciku sendiri. Sepi sekali saat kubuka pintu. Ya tentu, hanya ada Veranda seorang di dalam ruangan seluas puluhan meter ini.

"Ve?"

"Sayang?" panggilku lagi.

"Veran-...da..."

Kakiku terhenti melangkah ketika melihat gadis cantik itu tersenyum ke arahku begitu manisnya. Aku terpaku beberapa detik melihatnya sedemikian rupa.

"Hey!" sapanya.

Veranda yang masih mengenakan apron bergambar karakter doraemon itu mendekat setelah meletakkan kembali sendok dan mangkuk yang tadinya ia pegang.

Ia mengambil sling bag kerjaku dan sedikit mengangkat kepalanya untuk mengecup kening, pipi, hidung, dan terakhir di bibirku.

"Welcome home, honey~" bisiknya lembut, tepat di depan wajahku.

Entah Veranda menyadarinya atau tidak, yang jelas saat ini aku yakin bahwa wajahku sudah merah padam tentunya.

Sementara gadis di depanku ini masih setia melingkari leherku dengan kedua lengannya, aku melirik ke arah meja di dekat pantry. Terdapat beberapa macam makanan disana.

"Kamu, masak?" tanyaku heran.

Veranda tersenyum lebar dan mengangguk semangat. Kedua alisku menaut, mengernyit heran akan jawaban Veranda atas pertanyaanku.

"Bukannya kamu tadi pagi sakit yah?" tanyaku lagi, sambil menempelkan punggung tanganku ke dahinya.

"Masih anget gini..." gumamku.

Veranda menggeleng pelan dengan bibir yang mengerucut lucu.

"Nanti kamu malah makin sakit loh, kalo kecapean?" kubelai rambutnya dengan sebelah tangan.

Sementara tangan yang lain kugunakan untuk melepas sepatu dan kaos kakiku. Sling bag yang sebelumnya terkait menyilang ditubuhku, kupindah dan kujinjing di bahu kananku saja.

Veranda masih menggandeng lengan kiriku dan menuntunku menuju meja makan dekat pantry.

"Aku udah beliin bubur sama jus jambu sih. Eh, gak taunya kamu malah masak-masak gini..." jelasku sembari menyendokkan beberapa makanan ke dalam mulutku.

"Mmm, sebenernya tadinya udah ngira gitu. Tapi..." ujar Veranda menggantung.

Aku menghentikan kunyahanku dan memandanginya yang sedang menimang-nimang kalimatnya.

"Tapi?" ulangku, menanyainya.

"Eee.. Ya... Aku, cuman pengen, nyambut kamu pulang kerja aja, Kinal..."

DrabblesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang