9. Jealous

5.7K 528 18
                                    

Seminggu ini, kantorku sedikit lebih ramai dari biasanya. Bukan, bukan ramai seperti pasar tradisional atau pun mall pusat perbelanjaan. Tapi, beberapa cubicle kini tidak hanya diisi oleh satu karyawan saja. Terdapat satu anak sekolah yang menemani para karyawan untuk bekerja, membantu tepatnya.

Ya, sudah seminggu ini, kantorku jadi tempat praktek kerja lapangan anak-anak dari sekolah menengah kejuruan. Mereka diberi kesempatan untuk melakukan simulasi kerja disini selama beberapa bulan ke depan.

Awalnya memang cukup merepotkan. Mereka banyak bertanya ini itu padaku, dan bukannya membantu justru sedikit memperlambat laju kerjaku.

Di dalam cubicle ku, terdapat satu murid perempuan. Yuriva namanya. Dia gadis mungil dan cantik. Kadang kali aku gemas ketika melihatnya termangu saat kuberi beberapa penjelasan.

Dia benar-benar lucu, terutama saat mencepol rambutnya, dan membiarkan beberapa anak rambutnya berjatuhan di sekitar tengkuknya. Poninya yang cukup panjang, dia geser ke samping wajahnya. Menutupi sebagian pipinya hingga sebatas leher.

Kalau melihatnya seperti ini, jadi membuatku kangen mendadak pada Veranda. Siaaaal!

Mau tidak mau, segera menghubunginya melalu video call. Tak peduli meskipun saat ini belum memasuki waktu istirahat.

"Hey?" sapanya dari seberang dengan senyuman manisnya.

Veranda cantik sekali saat mengikat sedikit bagian rambutnya ke belakang, dan membiarkan sisanya tergerai.

Aku hanya tersenyum dengan wajah senduku padanya sambil menopang dagu.

Dahinya langsung mengkerut saat mendapati wajahku yang tidak seceria biasanya.

"Kok gitu mukanya? Lagi kelaperan yah? Heheheh!" candanya padaku. Tawanya begitu renyah.

"Gapapa kok. Hmm..."

"Kenapa? Kangen yah?" tanyanya sambil menaik-naikkan sebelah alisnya.

IYA! KANGEN VE!

"Nggak tuh, bweeek~" ledekku menjulurkan lidahku padanya.

Langsung ia mencebikkan bibirnya dan merajuk lucu.

"Tuh kaaaann!"

"Hahahahaha!" tawaku, melihat tingkah manjanya.

Kami terdiam sebentar, kemudian aku mendengar seseorang memanggil namaku.

"Kak Kinal!"

"Eh, iya Va? Kenapa?"

"Yuriva mau ke toilet bentar yah? Trus sekalian mau cari snack di kantin. Kak Kinal mau titip?" tawarnya.

Yuriva merapikan seragamnya dan melepas cepolan rambutnya, membiarkannya tergerai.
"Iya gih, jangan ditahan. Hahahah! Mmm, nggak usah deh. Nanti ngerepotin kamu lagi. Dah, sana buruan deh?"

"Ok, pergi dulu yah Kak! Bye Kaaak~ mmuaah!" pamit Yuriva, menebarkan fly kiss padaku.

Aku tertawa geli melihatnya bertingkah demikian. Sampai tak sadar bahwa aku telah mengabaikan sosok di seberang sana yang saat ini masih mengawasiku melalui video call.

"Ve?" sapaku, tak sengaja melihatnya tertunduk, seperti sedang menulis sesuatu. Mencoret-coret sesuatu di atas kertas tepatnya mungkin.

"Apa?!" sahutnya.

Kedua bahuku mengejang saat ia mendongak dengan wajah seram padaku.

"Kok mendadak galak sih?" tanyaku keheranan.

"Gak tau. Nyebelin!" cibirnya.

Aku meringis melihatnya terlihat marah. Tapi aku tau, alasan ia mendadak marah seperti ini. Pasti karena telah kuabaikan dalam waktu yang terbilang lama.

"Ve..." panggilku.

"Veranda?" lagi.

"Sayang~"

Tak ada jawaban, dia menghindari tatapanku.

"Veranda sayang~"

"Apa sih?!"

Aku menyeringai melihatnya semakin tampak emosi. Telak, sesuai tebakanku pasti. Dia pasti tengah cemburu.

"Kamu, cemburu ya?"

"Mmm, iya..."

DrabblesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang