72. Attention

2.8K 415 31
                                    

Aku dan Veranda baru saja sampai di apartemen. Sore ini langsung pulang tanpa berlama-lama di jalanan, walau sebenarnya yang membuat lama adalah kemacetan Jakarta. Setidaknya jadi tidak sampai malam karena kami berencana untuk pergi ke restoran pizza. Biasa, jadwal jajan awal bulan.

"Nanti mau makan berdua aja?" tanya Veranda saat kami memasuki lift di lobi.

"Lah, emang mau sama siapa lagi?" heranku padanya.

Ia tertawa kecil, "Yah, siapa tau mau ngajakin temen-temen. Biar makannya ramean. Paket combo nanti."

Aku berdiam diri sejenak, berpikir. "Ini gak lagi ngusulin buat makan rame-rame kayak pas kita lagi nyariin dekor natal kemarin kan?" tanyaku padanya.

Veranda tertawa sambil menggelengkan kepalanya. Dia mencubit pipiku gemas dengan tangan kanannya.

"Hahaha, nggak gitu kok maksudnya." sambil tertawa, dia masih betah mencubiti pipiku. Kini tangan kirinya ikut-ikutan ambil bagian.

Aku sendiri pun jadi tertawa karena tingkahnya yang gemas terhadapku sambil kugesekkan hidungku di keningnya.

"Hiisshh!"

TING!!

"Tuh, kan?"

Reflek secara bersamaan aku dan Veranda menoleh ke arah sumber suara.

Sesosok gadis baru saja masuk ke lift dengan ekspresi wajah cuek dan sedikit cemberut. Ia memunggungi kami dengan dua tangan yang saling bersendekap di depan dadanya sendiri.

Jelas aku dan Veranda deg-degan. Lagi-lagi bertemu dengan gadis ini. Baru hendak menjauh dari Veranda, gadis itu tiba-tiba menoleh ke belakang.

"Jelas-jelas kalian pacaran. Pake nggak mau ngaku lagi!" omelnya.

Bukannya takut, aku dan Veranda malah saling menahan tawa karena gemas dengan tingkah laku gadis yang masih mengenakan seragam SMP-nya itu.

"Ey, Kyla!" sapaku.

Dia tak menjawab, masih kekeuh untuk cuek.

"Hey." lagi, sambil menepuk ransel coklatnya.

Kyla masih tak mau menoleh. Aku tak mengerti mengapa anak ini jadi kesal karena aku dan Veranda tak mengakui hubungan kami berdua kepadanya. Menurutku, anak seumuran dia tak patut untuk mengetahui hal ini.

"Gimana nih?" bisikku pada Veranda.

Dia menggeleng, tak punya saran untuk membujuk Kyla yang dari kemarin terakhir kali kita bertemu masih 'ngambek'.

TING!!

Kami sampai di lantai apartemen kami. Ternyata Kyla juga keluar dari lift, apartemennya satu lantai dengan kami. Veranda terperangah menyadari itu. Mungkin dia penghuni baru, karena sebelumnya kami tak pernah melihatnya.

"Kyl, gimana kalo kita makan pizza bareng-bareng abis ini?" tawarku langsung saat mencoba membujuk gadis yang berlagak cemberut memunggungi kami.

"Kak Kinal yang traktir deh." lanjutku, lalu kemudian menunggu reaksinya.

Gadis itu langsung membalikkan badannya. Ia tersenyum lebar, menampakkan deretan gigi-gigi kecilnya yang lucu.

"Beneran?!" tanyanya dengan ekspresi tidak yakin.

Aku dan Veranda saling berpandangan. Wanita di sampingku ini tersenyum lembut saat aku mencoba menanyakan persetujuannya menggunakan tatapan bertanya.

"Ya bener lah!" sahutku langsung menjawab pertanyaan Kyla.

Gadis itu terlonjak senang kegirangan. Ia mengangguk semangat dan mau diajak makan bersama malam ini. Kami berjanji untuk bertemu di lobi pukul tujuh tepat.

"Btw, kamu gak mau ngajak satu orang lagi?" tanya Veranda saat aku hendak mandi.

"Kenapa emang?"

"Ya biar pas aja berempat. Nanti pesen paket yang buat empat orang itu aja. "

Aku berpikir lagi, dari tadi Veranda menanyakan hal yang sama. "Ya udah ngajak mbak Dinda aja."

Veranda tersenyum kemudian mengangguk setuju. "Biar aku yang telfon dia ya?"

Aku hanya mengangguk, kemudian memasuki kamar mandi untuk siap-siap pergi malam ini.

Sesuai janji, pukul tujuh tepat aku dan Veranda sudah menuju lobi. Kyla sudah sampai dan sedang duduk di sofa. Bersama seseorang yang sangat amat aku kenal. Dua-duanya sama-sama fokus dengan ponselnya.

"Yes, Victory!"

"Yah, Defeat lagi."

Begitu yang aku dengar saat sampai di depan keduanya.

Mbak Dinda yang girang habis menang war, dan Kyla yang mukanya masam karena lagi-lagi kalah. Mereka sedang main game online Mobile Legend. Entah ini kebetulan atau memang mereka sedang main bersama.

"Eh, Nal. Udah siap? Bawa mobil gue aja ya? Kebetulan gue bawa mobil nih." ujar mbak Dinda tiba-tiba.

"Lah, mbak. Bukannya dianterin bang Vero ke sini?"

"Mobilnya gak jadi dibawa sama abang gue. Jadi dibiarin dipake gue deh."

Aku mengangguk paham, "Ooh, ya udah kalo gitu cabut aja yuk."

"Yuk, Kyla." ajak Veranda, merangkul Kyla.

Mbak Dinda yang menyadari Veranda mengajak Kyla, langsung celingak-celinguk. Aku yang paham akan ekspresi bingungnya, langsung tersenyum.

"Itu tetangga gue. Lucu aja bocahnya. Jadi gue ajakin juga. Gapapa kan?"

"Yakin tetangga doang, Nal? Lo gak lagi demen-demennya sama bocah kencur kan?" mbak Dinda berbisik, membuatku langsung melotot.

"Anjir, gila kali lu yah mbak?!"

Mbak Dinda langsung tertawa. Kami berjalan dan memasuki mobil mbak Dinda dengan aku yang menyetir dan Veranda di sampingku. Sementara mbak Dinda sang pemilik mobil, sedang sibuk main game-nya. Dengan Kyla yang kadang curi-curi pandang ke handphone mbak Dinda.

Kami sampai di Pizza Hut setelah hampir dua puluh menit perjalanan. Kondisi restorannya cukup ramai, tapi masih tersedia beberapa meja yang kosong.

"Ini mau pesen yang paket berempat kan ya?" tanya mbak Dinda, matanya masih fokus pada handphone, Kyla yang duduk di sampingnya juga masih kepo.

Aku terkikik melihat tingkah Kyla yang sepertinya ingin kenal mbak Dinda, tapi malah dicueki dan tidak diberi celah sedikit pun untuk mencoba bicara dengan mbak Dinda yang tak banyak bicara.

"Itu anak kenapa ya dari tadi?" bisik Veranda bertanya.

"Gak tau, keknya gak berani sksd-in mbak Dinda. Cuek banget parah sih mbak Dinda kan. Hahaha."

Veranda ikut tertawa, ia kemudian iseng memotret Kyla yang dari tadi memperhatikan gerak-gerik mbak Dinda saat main game.

Makanan kami datang setelah menunggu cukup lama. Mbak Dinda baru meletakkan ponselnya setelahnya. Ia mengucek mata di balik kacamatanya, kemudian menghembuskan nafas dan tersenyum karena melihat ekspresi bengong Kyla di sampingnya.

Mbak Dinda mengambil lagi ponselnya dan menatap Kyla dengan ekspresi ramahnya.

"Dek, id Mobile Legend lo apa? Sini buar gue add."

Aku dan Veranda saling berpandangan, kami tersenyum gembira dan secara kompak berseru.

"Akhirnya, peka juga!"

DrabblesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang