114. Krispy Kreme

2.4K 317 21
                                    

Sore ini aku dikejutkan oleh kehadiran sosok tak asing ke ruanganku. Itu gadis yang beberapa hari lalu menangis kencang di pelukanku akibat patah hati berat yang ia rasakan.

Ia datang dengan suasana hati yang riang sepertinya. Bisa kulihat dari arah pintu, wajahnya cerah. Kali ini sudah tidak kenakan pakaian hitam putih lagi.

"Mbak Dinda!" teriaknya gembira.

Manggil Mbak Dinda, tapi arah pandangnya menujuku. Aku jadi terpaku karena aura bahagia yang dipancarkannya. Gadis ini lebih menyenangkan ketika sedang bahagia rupanya.

"Eh, iya Na?"

"Nih, ada takjil buat buka puasa." ujarnya, lalu memberikan segelas minuman kolak pisang.

Ya, hari ini puasa pertama. Aku memperhatikan pembicaraan dua orang di depanku ini dengan seksama. Lalu menyadari sebuah name tag tertempel pada bagian sisi kiri pakaian gadis riang itu.

'Najwa'

Namanya lucu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Namanya lucu. Jangan-jangan ada keturunan Arab juga? Seperti Mbak Dinda? Makanya dia kenal Mbak Dinda dengan baik.

"Wah, thanks ya. Lu sendiri udah ada buat batalin puasa? Sebenernya mau buka bareng aja juga bisa. Sekalian sama si Kinal nih." ujar Mbak Dinda.

Sebentar, Mbak Dinda belum ada sama sekali menawarkan rencana ini padaku. Aku langsung bingung dan hanya kedip-kedip tidak mengerti. Memang hari ini tidak langsung pulang cepat karena kali ini aku bawa motor sendiri, sementara Veranda masih sibuk dengan pekerjaannya.

"Hah? Serius?" si Najwa menaikkan alisnya dan ekspresi senang terlihat di wajahnya.

"Iya. Yuk, Nal?"

Kantor kami dekat Senci, jadi pilihan makannya adalah di sini. Melewati beberapa lantai dan memilih makan di Bakmi GM. Ini pilihan Mbak Dinda. Tapi, ketika makanan kami habis, Najwa mendadak protes.

"Gak bisa nih, gak bisa!"

"Hah? Kenapa?

"Pengen baso!"

"Afung?" timpalku.

Dengan gestur lucu, Najwa mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Badan doang kecil. Makannya kayak jin lu, Na!" gerutu Mbak Dinda.

Dalam hatiku tertawa geli, "Ngaca lu, Mbak!"

Tapi ya begitu, tetap saja dituruti. Mbak Dinda dengan sabar ajak Najwa untuk makan baso keinginannya. Aku sendiri kenyang, malah rindu Veranda.

Telfon tidak ya?

Jangan, dia sibuk kerja untuk bayar cicilan!

Jalan-jalan di mall, tapi pikirannya berisi Veranda yang jalan-jalan gitu saja.

DrabblesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang