108. Low Tension

1.7K 345 16
                                    

Jadi, Desember tahun lalu sebenarnya kami merencanakan liburan ke Thailand bersama Nink. Dan ya, itu liburan yang menyenangkan tapi tak sempat kuceritakan.

Hari sabtu, tepatnya tanggal 22 Desember. Hari ibu! Hahahaha!

Pagi-pagi saat aku sudah selesai membereskan koper dan selesai bersiap ke bandara, aku dengar Veranda sedang video call dengan Mama-nya untuk mengucapkan perayaan itu di dekat dapur. Padahal lima menit lalu sepertinya dia menghubungi Nink. Tapi sekarang sudah bermanja-manja saja.

"Mamaaaaa!"

Veranda tampak lucu, bicara dengan Mama-nya sambil makan cookies Natal. Padahal dia sudah selesai mandi dan pakai make-up. Aku yakin, nanti pasti menggerutu di jalan karena tidak aku ingatkan untuk jangan makan dulu saat baru selesai make-up. Veranda tidak suka wajahnya tampak tidak rapih akibat remahan makanan. Tipe-tipe cewek ribet memang. Untung cantik!

Dan, tentu saja aku tidak akan melewatkan momen-momen seperti ini untuk berbuat iseng padanya.

Enaknya merekam aktivitas Veranda yang sedang bicara manja pada orang yang melahirkannya ke dunia itu. Bisa jadi konten Instagram Stories pagi hari di akunku. Biar banyak yang tau, kalau Veranda itu anak Mama!

"Happy mother's day yah, Ma! Thanks for being the best mother in the world! I love you so much, Ma!"

Aku cekikikan, ingin sekali berteriak karena saking gemasnya.

"Makasih Bu Tresye, udah ngelahirin Veranda biar aku nggak kesepian hidup di dunia! I love you, and your daughter!"

Tapi aku baru benar-benar teriak begitu setelah Veranda putuskan sambungan video call-nya. Dan dia langsung tertawa saat mendengar kekonyolanku.

"Apaan sih kamu. Coba teriaknya tuh tadi waktu aku masih VC sama Mama. Bukan pas udah nggak ada orangnya. Huh!"

Aku nyengir, lalu gantian sekarang aku yang video call Mami. Tidak mau kalah sama Veranda sebagai anak manis ibu tercinta!

Ternyata Mami sambil sibuk maskeran saat ia menerima panggilan videoku.

Astaga, memang kalau orang tua single begini maunya banyak gaya. Wajahnya belepotan pakai masker, untung ibu sendiri. Kalau tidak, pasti aku becandain deh!

"Mi, happy mother's day ya! Makin sehat, makin cantik, makin baik sama anak. Makin luv luv deh pokoknya! Oke?"

"Iya. Mana Veranda?"

.........

.........

What?

.........

.........

Mommy?

.........

.........

Are you kidding me?

.........

.........

"Huft!"

Sepanjang perjalanan sampai ke Thailand, aku uring-uringan tak jelas karena merasa sebal pada Mami yang sudah kuberi ucapan selamat hari ibu malah ujungnya nanyain Veranda. Bilang terimakasih saja enggak!

Jelas aku sebal, tapi mau gimana lagi? Namanya orang tua. Untung aku sayang Mami, sayang Veranda juga.

"Udah sih, Mami palingan cuman mau ngerjain kamu kan?"

Aku mengangguk letoy, membawa koper dengan malas ke dalam kamar hotel.

"Ih, liburan kok malah bete sih? Kan kamu yang ajakin? Yang minta? Yang maksa-maksa kemarin? Masa malah jelek gini deh. Nggak seru ah, Kinal."

Yak, Veranda jadi ikutan merajuk. Jadi, yang ngambek sekarang ada dua. Wah, tidak bisa dibiarkan.

Bergegas aku memasang tampang senang dan melupakan semua keresahanku akibat tingkah Mami yang super nyebelin tadi.

"Pake jet lag nggak, Ve?"

Dia menoleh saat aku duduk di sampingnya. Menatapnya dengan tatapan yang tenang.

"Apa?" sahutnya, ia masih cemberut.

"Pake jet lag, nggak?"

"Apanya deh?"

"Sampenya. Soalnya, aku udah nggak sabar jalan ke luar! Udah sore, udah nggak panas. Abis itu kulineran deh! Besok baru mampir ke tempatnya si Nink!"

Wajah kusam Veranda berubah cerah melihatku tersenyum lembut padanya.

"Enggak pake jet lag! Aku juga mau jalan-jalan sama kamu! Yuk?"

Aku senyum makin lebar.

Ya benar, harus pandai menekan ego untuk bisa sama-sama senang.

Walaupun inginnya sebal seharian akibat Mami, tapi kan lebih baik kalau aku senyumin Veranda supaya kami bisa senang-senang bersama sore sampai malam ini!

Ya, kan?

DrabblesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang