6. Moonlight

6K 505 8
                                    

Bulan bersinar begitu terangnya. Kudengar, malam ini adalah saat dimana bulan berada dalam jarak terdekatnya dengan bumi selama hampir tujuh dekade ini.

Veranda adalah gadis yang menyukai hal-hal semacam ini. Dia sangat amat suka jika kuajak mengobrol tentang hal yang di luar manusiawi.

Baru saja aku kehabisan bahan pembicaraan dengannya, langsung saja kumulai lagi dengan memanggil namanya.

"Ve!" "Nal!"

Secara tak sengaja, kami saling memanggil nama satu sama lain. Aku tertawa renyah, hal semacam ini tidak termasuk canggung, namun menurutku sangat lucu. Veranda tersipu di sampingku.

"Kamu duluan deh..." ujarku mengalah.

"Yaudah. Aku cuman mau bahas hal gak penting-penting amat sih..." jelasnya sambil sesekali tersenyum dan menatapku lembut.

Kemudian, wajah cantiknya itu mendongak ke arah atas. Tepat dimana bulan sedang menggantung di langit-langit angkasa yang gelap.

Sudah aku duga, pasti yang ada dalam pikirannya adalah mengenai betapa besar dan terangnya bulan malam ini.

"Kenapa? Bulan malam ini terang dan terlihat lebih besar dari biasanya kan?" tanyaku untuk menebak dan memastikan tentang apa yang Veranda pikirkan.

Gadis itu menoleh mendadak padaku dengan wajahnya yang lucu itu. Langsung kucubit pipi bulatnya yang terlihat kembung dan merona.

"Iya. Kamu tau kan? Kalau jarak bulan dengan bumi sekarang itu cuma 338 ribu kilometer!"

Wajah Veranda tampak begitu berseri dengan pembahasan kami kali ini. Dia meraih secangkir coklat hangat yang sengaja dibuatnya saat aku mampir ke tempat kostnya malam ini.

Kedua mata Veranda berbinar terang ketika terkena pantulan sinar bulan. Memandanginya seperti ini, membuatku ingin mendekati wajahnya, kemudian menarik dagunya lebih dekat.

"Kamu cantik Ve..." dan mengucapkan sebaris kata demikian untuknya, dan membiarkan bibirku bergerak mengecupi bibirnya yang lembut.

Khayalanku setinggi itu memang. Kenyataannya adalah, Veranda tengah memandangiku dengan tatapan lembutnya. Ibu jarinya terangkat, mengusap pelan bekas minuman yang menempel di sudut bibirku begitu pelan.
.
Masih sambil memandangiku, ia mengecup ibu jarinya sendiri di hadapanku. Saat itu juga, jantungku seakan meledak melihat tingkah laku Veranda.

Dan bisikan lembut yang keluar dari bibir tipisnya, membuatnya hampir cair dan tenggelam oleh sinar bulan malam ini.

"I love you..."

DrabblesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang