84. MACly Present

2.6K 391 31
                                    

Liburan awal tahun baru berakhir. Aku sampai lagi di tahun baruku, tinggal bersama Veranda. Kalau ditarik lagi ke belakang, aku sadar bahwa semakin ke sini, semakin banyak hal baru yang telah kudapat.

Pengalaman baru, teman-teman baru, cerita baru, dan.... laptop baru.

"Suka banget sama kadonya kayanya ya?" tanya Veranda yang menyunggingkan senyuman tipisnya padaku.

Wanita ini datang dengan kondisi tubuh yang cukup berkeringat. Ia baru saja dari gym center yang terdapat di lantai bawah gedung apartemen ini, bersebelahan dengan café yang sedang kukunjungi.

"Minum dulu nih, sampe keringetan gitu kamu." ujarku sembari menyodorkan sebotol air mineral yang tadinya cukup dingin, dan sekarang sudah tak begitu.

Veranda menarik kursi di sampingku dan mengambil air yang tadinya kusodorkan untuknya. Usai mencoba membuka tutup botol air mineralnya, ia meneguknya beberapa kali. Penampilan kami berdua yang sedang duduk bersebelahan jadi cukup jomplang. Veranda memakai sport bra hitam yang dibalut dengan gym vest abu-abu, serta workout pants hitam sebatas bawah lutut. Sedangkan aku, memakai piyama tidur bermotif bunga sakura yang kupakai sejak semalam. Geli rasanya kalau dilihat-lihat mungkin.

Sambil memikirkan kegelian perbedaan kami berdua yang cukup mencolok dan mungkin cukup menarik perhatian pengunjung lainnya ini, Veranda fokus mengatur nafasnya memperhatikan laptop baru di hadapan kami.

"Udah agak lama tuh lihat-lihat brosurnya pas ada kegiatan perbelanjaan keperluan kantor, pas sebelum natal itu loh. Trus kaget deh, ada Macbook Pro yang late version 2016, tapi harganya kayak versi 2011 sampe 2013-an gitu."

Aku terkikik geli mendengarnya bicara, "Tetep yah kamu, memperhitungkan dari segi finansial. Ekonomi banget anaknya!" celetukku, kemudian menyentil hidungnya gemas.

"But thanks. Kejutan ke pulau kemarin aja udah spesial banget. Ini lagi segala beli ginian juga."

Ia tersenyum sambil mengangguk, lalu merebut lemon tea milikku dan menyedotnya dengan ekspresi lucu.

Jadi, sore ini Veranda dan aku berpencar. Ia memilih untuk pergi ke gym, sementara aku nongkrong di café yang katanya punya menu donat dengan varian rasa yang baru. Maka dari itu bergegas kemari untuk mencicipinya, sekaligus menunggui Veranda selesai work out. Entah apa tujuannya untuk sering latihan kardio, padahal tubuhnya sudah cukup langsing.

"Btw, kalo gini jadinya gadget-nya udah berasa lengkap deh. Udah ada kamera, laptop kece juga. Kenapa gak nge-vlog aja kali ya?" tanya Veranda yang memberi usulan.

"Trus, rekamnya? Mau pake SLR gitu masa? Kontennya apa?" kulirik ia, keringatnya belum kering benar.

Dengan perlahan, aku mengelap beberapa titik air di sekitar pelipisnya menggunakan tisu yang sengaja kubawa dalam tas kecilku.

"Some of content sih bagus kalo pake SLR gitu. Tapi kalo kayak daily vlog kan ribet juga ya bawa-bawa SLR sebesar itu." Veranda tampak berpikir, mengetukkan jemari di dagunya.

Sambil memperhatikan layar Macbook baruku pemberian Veranda, kami berdua berpikir jauh.

"Gak. Gak mungkin kalo beli kamera, stabilizer, sama stand-nya segala sekarang juga. Baru aja beli Macbook. Bisa-bisa makan nasi sama garem kita tiap hari."

Aku tertawa mendengar pernyataan Veranda yang tidak bisa membayangkan apa yang terjadi jika kami terlalu boros untuk belanja gadget nantinya.

"Udah ah, gak usah deh mending. Kalo mau bikin vlog juga bisa pakai handphone atau kamera kita lah." ujar Veranda melanjutkan.

Aku mengangguk saja untuk menanggapi. Kembali lagi sibuk mengutak-atik beberapa konten menarik di notebook baruku.

Setelah menikmati beberapa dessert sementara Veranda menghabiskan jus almond-nya yang ia pesan, kami meninggalkan café untuk kembali ke apartemen.

Dari luar lobby, aku dan Veranda saling memandang sejenak karena melihat tiga gadis muda sedang berdiri di waiting room.

Kami sampai di depan mereka bertiga. Syifa, Kyla, dan Zara. Yang paling berbeda di antara keduanya adalah Kyla, dia cuma memakai piyama biru muda bergambar gajah Dumbo.

"Pada mau ke mana nih? Kok bawa koper, Syif?" tanya Veranda pada Syifa yang sedang memegangi sebuah koper berukuran sedang.

Sedangkan Zara hanya senyum-senyum di samping Syifa. Sebuah ransel kecil menggantung di punggungnya.

Aku memandangi Veranda kemudian. Baru sadar kalau ternyata Veranda mengenali Syifa. Bingung karena tidak tau kapan mereka saling kenal dan mulai berbicara satu sama lain.

"Eh, ini Kak. Sebenernya gak enak ngomongnya, cuman karena emang perlu, jadi ya pengen ngomong sama Kak Ve dan Kak Kinal juga. Sekalian mau minta tolong, heheh." Syifa menggaruk tengkuknya ragu-ragu.

Melihat ekspresi canggung Syifa dan Zara yang malu-malu, aku melirik curiga pada Kyla yang santai saja pasang tampang 'bodoamat'.

Sengaja kugoyangkan rambutnya sampai terhempas mengenai wajah datarnya dengan iseng untuk memancingnya memberikan ekspresi yang lebih baik.

"Ish, apaan sih. Pegang-pegang! Bayar!" dumelnya kesal, membuatku tertawa puas.

Syifa jadi batal membuka mukut lagi karena ia melihatku yang menjahili Kyla. Kemudian ia tertawa hambar dan melirik pada Veranda lagi.

"Mmm, jadi Kak Ve, Kak Kinal, aku tuh sebenernya mau titip Kyla untuk nginep di tempat kalian."

"HAH?!" "APA?!!"

Aku dan Veranda terkejut bersamaan. Kami saling lempar pandang. Syifa pun hanya bisa tertawa hambar. Ia mengangkat kedua telapak tangannya yang bersentuhan di depan wajahnya.

"Please, yah? Seminggu aja..."

"Ah, t-tapi kan........"

DrabblesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang