56. Haircut

3.3K 395 19
                                    

"Enaknya aku potong rambut gak yah?"

Veranda tiba-tiba saja melemparkan sebuah pertanyaan yang mungkin akan menjadi hal ribet untuk kami berdua perbincangkan sesaat lagi.

Aku yang duduk selonjor di sofa panjang depan televisi sambil main PSP, langsung mendongak dan menatap Veranda yang baru selesai mandi.

"Kamu abis keramas lagi?" tanyaku padanya yang tiba-tiba saja duduk di atas dengkulku.

"Eh-sakit!" rontaku. Bukannya pindah, dia malah maju duduk tepat di atas pahaku.

"Lagian ditanya, malah nanya balik kamu tuh." gerutunya, menempelkan tubuhnya padaku.

"Kenapa emang tiba-tiba nanya gitu? Suka gerah ya? Rambutnya panjang."

Veranda mengangguk pelan, geli rasanya karena poni Veranda bergerak di sekitar leher dan bahuku.

"Potong poni aja?" saranku, masih fokus pada game.

"Biar apa kali potong poni."

"Biar nggak geli."

"Geli? Nih geli!!!"

Serbuan jemari Veranda menyerang perutku bertubi-tubi. Aku tak kuasa hingga PSP yang tadinya kugenggam erat, terlepas begitu saja. Veranda giat sekali menggelitiki sekitar perut dan bagian titik sensitif geli lainnya.

"HAHAHAHAHA UDAH VE!! HAHAHAHA GELI ASTAGAAA!!!" pekikku tak kuat.

Veranda masih betah saja, sampai aku memeluk erat pinggangnya dan membalik posisi kami. Aku membuatnya tertindih di bawah dengan ia yang masih tertawa puas karena berhasil membuatku kegelian tiada henti.

"Hahahaha, wlek!" usai puas tertawa, ia menjulurkan lidahnya.

"Jahil kamu yah?" gumamku sambil menyeringai.

Nafas kami masih sama-sama tersenggal karena lelah tertawa. Saling memandang, dengan posisi aku di atasnya yang tiba-tiba berganti raut wajah. Sedikit lebih canggung, dan tegang.

Detak jantungku mulai tidak beraturan, seolah tak ada celah di antara kami berdua. Sialnya, Veranda malah tampak tengah menggigit bibir bawahnya sambil membelai wajahku lembut.

"Ah, shit!"

Dia tersenyum tipis, "Jadi, aku mending potong rambut gak nih?" tanyanya.

Kugelengkan kepalaku, membiarkan ia mengalungkan sepasang lengannya di leherku.

"Besok-besok aja." ujarku.

Dia menahan senyumnya, "Kalo sekarang?"

"Sekarang..."

DrabblesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang