82. Sweet Toast

3K 384 6
                                    

Esok lusa setelah hari natal, tepatnya di hari rabu. Aku telah bangun tepat di samping Veranda yang kelelahan karena baru semalam menata kembali beberapa barang yang ia bawa semasa menginap di rumah tantenya kemarin.

Sejak hari di mana aku ke rumah tantenya, aku baru tau bahwa seluruh keluarga Veranda sudah menerima segala kondisi putri cantik yang sekarang jadi kepunyaanku ini.

Tidak tega rasanya untuk membangunkan Veranda yang seperti ini. Tapi dari pada telat di hari pertama kerja setelah liburan panjang natal kemarin, aku memilih untuk mencoba membelai wajahnya lebih dulu.

"Ve? Bangun..." bisikku, sambil mencolek-colek pipinya.

Ia hanya merengek pelan, tak mau bangun. Malah kedua lengannya ia gunakan untuk memeluk pinggangku erat-erat.

"Nggak mau ah, capeeeeek..."

Hal ini yang selalu kurindukan saat kami berdua di pagi hari. Seminggu kemarin sangat membosankan, melakukan semuanya sendirian.

"Abis libur panjang loh. Awas ntar ada sidak di kantor loh?"

Ia mendadak membangunkan tubuhnya. Tapi masih saja bergelayut manja di bahuku.

"Kamu ih. Kan aku gak kerja di kantor pemerintahan lagi. Mana ada sidak coba? Ngantuk tauuuu..."

"Yak manja." cibirku.

Veranda tiba-tiba saja melotot, "Bilang apa barusan?!" suaranya mulai membentak.

Aku menahan tawaku, "Serem ih. Masih pagi juga."

Ia cemberut, menggembungkan pipinya yang membengkak efek seminggu ini tak mengontrol makan makanan natal yang identik manis berkalori.

"Bengkak banget yah kamu seminggu doang di sana. Hahahaha!" candaku, meninggalkan Veranda yang mau meledak marah di tempat tidur.

"Ledekin aja terus yah, bebas deh. Nyebelin parah." ia menggerutu sembari membenahi tempat tidur yang berantakan.

Aku baru menyiapkan kepingan ubi manis pipih untuk dipanggang. Veranda datang mendekat, menaikkan satu alisnya karena aku membuat sarapan yang tidak biasa.

"Kamu kutinggal bentar kok udah mau bikin makanan yang aneh-aneh aja sih?" protesnya, melihatku menyiapkan beberapa bahan sarapan pagi ini.

Tanpa membalas protesannya, aku menyiapkan teh hangat yang tidak begitu manis.

"Gosok gigi dulu sambil nungguin ubinya matang kepanggang." perintaku.

Kami berdua pun menggosok gigi di dalam kamar mandi. Berekspresi aneh di depan cermin dan tertawa, membicarakan beberapa hal konyol yang baru-baru ini terjadi.

Tentang pria yang kemarin genit pada Veranda, ternyata adalah suami dari sepupunya. Bodohnya aku yang cemburu setengah mati pada orang yang jelas-jelas kerabat Veranda sendiri.

"Lagian apa banget, gak jelas tau-tau ngilang gak bales chat, gak angkat telfon. Kamu kebanyakan glukosa kayanya deh." cibir Veranda saat menikmati sarapan pagi buatanku, "Astaga, ini manis banget!" celetuknya.

"Hehehe, maakazzeeee~"

"Asli pede banget jadi orang." dumelnya, kemudian mengetuk keningku dengan punggung garpu di tangannya.

"Telat di hari pertama setelah libur itu jelek kali ya?" tanya Veranda saat sampai di dalam lift.

Aku menautkan keningku, "Enggak juga ah."

Pintu lift nyaris tertutup, aku baru saja menjulurkan lenganku di belakang bahu Veranda sampai tertumpu pada dinding lift.

"Hett, bentar!"

Baru saja aku menduga kalau ini Kyla, ternyata yang masuk justru kakaknya, Syifa. Tak adik tak kakak, kelakuannya sama saja, suka tiba-tiba muncul dan masuk ke lift seenaknya. Reflek tanganku yang tadi terjulur di belakang bahu Veranda, kutarik lurus lagi ke belakang pinggangku.

"Pagi, Kak Kinal." sapanya.

Aku mengangguk sambil tersenyum manis padanya, "Pagi, Syif."

Hening, karena Veranda langsung menoleh padaku dengan sorot mata tajam dan alisnya terangkat heran.

TING!!

"Duluan Kak!" pamitnya, dengan senyumannya yang parahnya sangat manis.

Baru saja aku mau melangkah keluar dari lift, Veranda langsung saja menahan tanganku dan menatapku tajam.

"Itu siapa? Centil banget?" nada bicaranya jelas menunjukkan ketidaksukaannya pada Syifa.

Aku pun hanya tersenyum santai, "Oh, itu... Dia yang ngajarin aku bikin toast sweet potato tadi."

Veranda mendengus pelan, "Kamu kutinggal bentar kok udah mulai aneh-aneh aja ya?!"

DrabblesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang