63. Honesty

3K 383 39
                                    

Ada kebiasaan baru yang kulakukan saat berjalan bersama Veranda. Yaitu menggenggam tangannya kemana pun. Meski sebelumnya kami memang pernah atau terkadang akan saling memegang tangan tanpa disadari. Namun kali ini selalu karena rasa ingin dan kesengajaanku.

Ini membuat kami sangat jarang menyentuh atau mencoba mengecek ponsel yang disimpan di kantong celana atau kadang disimpan dalam tas. Dan akan memancing lebih banyak konversasi antara kami berdua karena kami tak menggunakan ponsel saat jalan.

Aku senang, karena aku merasa apa yang jadi milikku, berada nyaman dalam genggamanku sendiri.

"Emang harus ya? Gandengan kayak gini terus kemana-mana?" tanya Veranda ketika kami berada di eskalator mall yang sedang kami kunjungi akhir pekan ini.

"Ngga suka?" balasku dengan pertanyaan lain.

Veranda paling tak suka jika sedang bertanya, ia malah dibalas dengan pertanyaan. Berujung ia malas mendengar jawaban dan justru makin menggenggam erat tanganku.

Senyumku sumringah melihatnya tak peduli lagi dengan alasanku memintanya menggenggam tanganku kemana-mana. Ia malah semakin menuruti kemauanku dan merapatkan genggamannya, seolah tak mau lepas.

"Biar pada tau aja kalau kamu punya aku." celetukku tetiba.

Veranda mencebikkan bibirnya mengejek, "Biar apa orang tau kalau aku punya kamu?"

"Biar gak ada yang berani ngerebut!"

"Hahahahah!" ia langsung tertawa geli mendengar jawabanku barusan.

"Siapa sih yang takut sama kamu. Mukanya gak ada serem-seremnya sama sekali gitu."

"Kata siapa? Aku bisa berubah jadi Hulk kalau marah! Hauumm!"

Ia tertawa lagi, "Singa kali, haum!"

Lucu ketika melihatnya menirukan suara singa yang hendak menerkam mangsa. Sama sekali tidak seram, yang ada malah gemas, minta dibungkus.

"Jadi, kita nonton Thor Ragnarok atau Justice League?" tanyaku, meminta pendapatnya saat kami sampai di depan salah satu cinema.

"Which one better?"

Aku berpikir sejenak. Film semacam ini sebetulnya tidak begitu aku minati, tapi karena merasa tak mau ketinggalan pembahasan soal film baru bersama teman-teman di kantor pas lagi gabut, makanya aku memilih untuk menyempatkan nonton.

"Aku suka Thor sih." sahutku.

"Aku penasaran sama Flash. Tapi juga kepo sama Thor versi baru gitu. Biasanya dia gondrong. Apa kalau rambutnya dicukur, kekuatannya bisa hilang?"

Aku tertawa, "Ampun deh Ve. Emang si Thor ini Samson apa? Kalo dicukur kekuatannya ilang?"

"Samson? Bila yang tertulis untukmu~ adalah yang terbaik untukku~"

"Isshh!" kucubit pipinya karena gemas dengan tingkah dan segala leluconnya hari ini.

"Ditanyain malah becanda, kamu tuh." cibirku, kembali bingung melihat poster film yang di pajang di luar theater.

"Jadi yang mana nih?"

Veranda memasang pose berpikirnya sehabis mendengar pertanyaan dariku.

"Anyway, why not both?"

Kuangkat sebelah alisku, "Good idea sih. Uhm..."

"Tapi?" tanyanya.

"Gak ada tapi. Yuk!" pungkasku, langsung menyeretnya memasuki cinema.

Diawali dengan nonton Justice League yang sejak awal diberitakan hendak diproduksi sudah membuat penggemar superhero banyak bertanya. Kemudian, kami mendapat kejutan saat menyaksikan Thor Ragnarok dengan penampilan Thor yang baru.

Keduanya sama-sama film yang mengesankan. Dan kami sepakat bila Thor Ragnarok yang menjadi favorit kami.

"Keren sih, tapi emang Thor-nya sedikit lebih bagus dari pada Justice League." ungkap Veranda sambil menikmati ramennya.

Aku mengangguk setuju saat menyendokkan sup Miso ke dalam mulutku. Lapar menghampiri kami usai marathon dua film yang rilisnya hampir bersamaan itu.

"Mungkin juga efek kita nonton Thor belakangan. Jadi impact-nya lebih besar berasa." kuteguk white ocha dingin untuk melepas dahaga sebelum lanjut bicara.

"Like if you love something at the same time, choose the second. Cause if you really loved the first one, you wouldn't have fallen for the second."

Veranda terkekeh, "Kita nggak lagi habis nonton filmnya Johnny Depp loh, Nal? Hahaha."

Aku ikut tertawa mendengarnya. Sebait kata-kata barusan memang adalah quotes yang pernah Johnny Depp ungkap.

"Jadi, kalau setelah ini kamu jatuh cinta lagi, kamu bakalan pilih orang itu dibanding aku?" tanya Veranda dengan senyuman lembutnya.

Kedua matanya memikatku, irisnya yang bulat mengumpulkan segala pertanyaan dan pengharapan sekaligus di sana, serta tarikan bibir tipisnya menunjukkan ia percaya dengan apa yang aku sampaikan setelahnya.

"Iya. Aku akan jatuh cinta lagi. Terus-menerus. Lagi dan lagi. Sama kamu. Yang berarti, aku akan terus milih kamu yang bikin aku jatuh cinta berkali-kali. Veranda yang hari ini bikin jatuh cinta. Dan yang bikin jatuh cinta lagi besok, adalah Veranda di esok hari. Begitu terus, sampe aku nggak bisa berdiri karena terus jatuh. Jatuh cinta, sama kamu."

Aku tau Veranda tersenyum lebar di depanku karena bahagia. Matanya tak lepas menatapku yang juga terus menatapnya.

Kejujuran selalu dan hanya akan tampak oleh dua pasang mata yang bertemu.

Dan kami berdua, telah sama-sama menemukan kejujuran itu ketika ia menatapku lembut dan mendengarnya berbisik pelan.

"Only you can set my heart on fire..."

DrabblesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang