53. Saturday Morning

3.2K 381 19
                                    

Sabtu pagi, bukannya memilih untuk bangun sedikit siang, aku justru telah bangun sejak pukul lima pagi. Melakukan kegiatan kecil untuk membersihkan apartemen. Menyapu, ngepel, dan mengelap beberapa bagian yang kotor.

Tak begitu berantakan memang ruangan ini karena aku dan Veranda benar-benar lebih sering menghabiskan waktu di luar. Bisa dibilang, tempat ini hanya menjadi tempatku tidur dan makan dengan Veranda. Mobilitas kami terlalu banyak habis di kantor kalau dipikir-pikir.

Hanya play station di depan televisi lah yang membuat tempat ini tampak sedikit berantakan. Semalaman kami berdua main game console ini. Tidak kusangka Veranda juga cukup jago memainkan game Pro Evolution Soccer 2017, dan beberapa game lainnya.

Mengingat betapa hebohnya semalam dia berteriak-teriak saat kami memainkan game Tekken 7 juga menyenangkan, heboh sekali dia ketika karakter favoritnya si Jin hampir K.O.

"Hahaha..." tuh, kan. Aku jadi tertawa sendiri saat mengingatnya.

Beralih dari depan televisi, aku menuju dapur untuk mengecek roti yang kupanggang. Sudah matang, kutata selai dan susu coklat untuk sarapan pagi ini. Basic break fast sekali.

Baru membuka pintu kamar, tiba-tiba saja Veranda keluar belingsatan dengan handuk yang tersampir di bahunya.

"Heh, heh, heh?! Mau kemana?" tanyaku keheranan padanya.

Veranda membalikkan badannya, "Mau mandi lah! Udah jam enam lebih ini, nanti telat ke kantor karena macet! Kamu juga masih pake baju gitu ih, heren deh!"

Aku ternganga, menatapnya yang sedang ngomel-ngomel dengan ekspresi bingungku.

"Kok bengong sih?!" omelnya lagi.

Kuletakkan nampan berisi makanan ini di atas kabinet. Kemudian bersendekap lengan dan bersandar pada kusen pintu.

"Hhh..." helaan napasku menderu. "You know what?" lanjutku.

Veranda hanya mengangkat bahunya, kemudian melirik jam dinding dan dia melotot lagi.

"Okay terserah kamu, i don't want to care anymore. Cause we'll gonna late after this, Kinal!"

"Heh, heh, heh. Mau kemana?" kutahan pergelangan tangannya.

"Mandi lah! Time is gold! Aku gamau telat di bulan-bulan pertama aku kerja di kantor baru."

Aku terkekeh melihatnya yang mati-matian masih mempertahankan kemauannya itu. Dia tidak menyadari satu hal saking gigihnya dalam bekerja. Mungkin Veranda butuh piknik.

"Kamu mau kemana sih?"

"Kantor!" jawabnya lantang.

"Okay... kantor. So, you still wanna go to the office even it... Saturday?"

Ekspresi wajah Veranda langsung berubah 180 derajat. Dari marah setengah mati, jadi tampak layaknya orang dungu. Ia menyadarinya, she got it.

"Ini sabtu, Veranda. It's weekend today. Kamu mau ngantor?"

Tiba-tiba ia menunjukkan cengirannya yang menggemaskan. Ya Tuhan, tak kuasa aku untuk melihatnya menunjukkan gigi-gigi kelincinya yang lucu itu.

"Hehehehe..." cengirnya, berjalan mendekat padaku dan memelukku erat.

"Libur ding, hahahaha!" lagi ia tertawa, aku hanya mendecih.

"Idih, ngeselin asli yah. Udah gitu pake ngomel-ngomel segala lagi. Kamu mah..."

"Uwuwu, jangan marah dong..." godanya, mencolek-colek daguku.

Mana bisa aku marah pada makhluk semanis ini? Tentu aku hanya mampu menggeleng pelan dan menggiringnya duduk di depan sofa.

"Ya udah sarapan dulu sini," ujarku, sembari menggenggam tangannya.

Ia menggeleng cepat, "This is saturday! Ayo sarapan, tapi sambil..." ia menjeda perkataannya, kemudian bersila di atas karpet depan televisi. "Main PS!!"

Aku mengulum senyumku, melihat tingkahnya yang seperti anak kecil itu.

"Ok. Yang kalah digimanain?" tanyaku, sudah siap duduk di sampingnya sambil menggenggam joystick.

"Dicium!"

EMMUAAHH!!!

Begitu bunyinya, ketika Veranda mencium pipiku dengan gemas dari samping.

DrabblesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang