18. Parfume

4.7K 485 19
                                    

Setiap pulang kerja, aku selalu buru-buru menuju kamar mandi terlebih dahulu karena aku tidak suka membiarkan kondisi tubuhku tetap bau.

Dan satu lagi alasan lain, aku takut Veranda merasa tidak nyaman dengan bauku meskipun sebenarnya kami sama-sama kelelahan dan sama baunya.

Berbeda denganku yang langsung mandi sesampainya di apartemen, Veranda memilih untuk mengganti pakaiannya.

Kebiasaannya adalah mencari cemilan di dalam lemari es serta softdrink untuk temannya menonton berita sore. Dan menunggu aku selesai mandi tentunya.

"Kamu mau makan malam apa?" tanyaku sembari mengeringkan rambutku yang basah seusai mandi.

Veranda hanya menoleh padaku, kemudian ia merentangkan kedua lengannya di sofa depan televisi dan menatapku dengan pandangan manjanya.

Aku tertawa kecil melihatnya seperti ini. Langsung kumendekatinya dan memeluknya dengan erat. Dia sedikit berjengit karena hawa dingin dari kulit tubuhku yang bersentuhan dengan kulitnya yang masih hangat dan sedikit 'lengket'.

"Nggak mau mandi? Aku mau bikinin makan malamnya. Kamu mau apa? Hm?" tanyaku lagi sambil sesekali menciumi pucuk kepalanya.

Veranda semakin merapat kala aku merasakan hendusan kecil darinya di sekitar bahuku. Kemudian ia menjauh kan sedikit kepalanya, dan kembali menenggelamkannya di ceruk leherku.

"Heh, geli!" seruku padanya yang malah terkekeh.

Entah mengapa Veranda senang sekali bergelayut manja seperti ini semenjak hari ini tentunya. Dan di hari selanjutnya, dia makin sering bertingkah seperti ini.

Sepertinya, intensitas kami untuk berpelukan jadi makin bertambah dan ini sangat amat lucu hingga aku tak bisa kehilangan rasa gemasku padanya.

Sampai suatu hari, kami berdua sedang pergi berbelanja di mall untuk keperluan kami sehari-hari.

Tiba-tiba, saat kami berkeliling di store kecantikan, aku kehilangan Veranda. Dia yang sebelumnya pamit untuk mencari lulur, kini tak tampak sama sekali di sekitarku.

Jelas ini membuatku khawatir dan kebingungan. Dia jarang sekali tiba-tiba pergi meninggalkan aku sendirian jika sedang berbelanja berdua karena ia selalu meminta pendapatku untuk membeli sesuatu.

"Ve?"

"Veranda?"

Panggilku sepelan mungkin di sepanjang jalanku. Segera kuhubungin ponselnya, dan sialnya ponselnya tidak aktif.

"Kemana sih?!"

Resah karena ponselnya tidak aktif saat dihubungi, aku mempercepat langkahku untuk mengelilingi store khusus kecantikan ini.

Dari bagian make-up hingga sekarang di bagian parfum, aku mencari sosoknya.

Dan disinilah, aku melihat seorang Veranda tertawa sendirian dan berjingkat-jingkat layaknya anak kecil di depan sekumpulan parfum yang dipajang.

"Ve?" panggilku memastikan bahwa ini benar-benar Veranda.

Dia membalikkan tubuhnya dan sebuah parfum yang tampak familiar, berada di genggaman tangannya. Kedua alisku terangkat karena ia tampak sangat gembira dan senang.

"Kamu kemana aja? Aku nyariin kamu, astaga. Mana handphonenya gak aktif lagi. Aduh!" keluhku, mengacak-acak rambutnya gemas.

"Hahah. Aku lagi cari parfum. Dari beberapa hari lalu penasaran banget sih. Kayanya bau kamu beda dari biasanya. Eh, ternyata kamu ganti parfum. Trus aku suka banget sama wanginya. Makanya aku nyariin sekarang. Trus ketemu deh! Hahahah!" jelas Veranda dengan senyuman lebarnya.

Kedua matanya berbinar, senang sekali tampaknya. Aku jadi ikut senang dan tertawa melihatnya seperti ini.

"Aku kira kamu kenapa kok cerah banget gini, hahahah. Terus, sekarang udah ketemu parfumnya kan? Kamu mau pake itu juga?"

Veranda menggeleng pelan, tapi anehnya dia malah membawa dua buah parfumnya ke kasir dan membelinya.

"Lho, katanya gak mau pake? Kok dibeli deh?" tanyaku setelah penasaran sejak tadi.

"Emang gak boleh beli kalo aku gak mau pake?"

"Yaa, nggak papa sih. Tapi kan mubazir kalo gak kamu pake?"

"Yeee, kamu mah. Aku belinya kan buat kamu. Biar kamu terus aja yang pake. Suka banget sama baunya, cocok sama kamu. Jadi enak kalo dipeluk. Hahahah!"

Sebelah alisku terangkat, dan Veranda melenggang manis di depanku setelah mengerlingkan mata kirinya dengan senyuman yang sulit untuk kuartikan.

"Wha..t. Kok, kamu genit gini sih?"

DrabblesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang