70. Gift for VE

3K 406 28
                                    

Veranda sibuk tengah mencatok rambutnya. Sedangkan aku yang sudah selesai dari tadi, mencoba merapikan isi tas yang akan kami bawa berdua untuk pergi belanja keperluan Natal Veranda.

"Power bank, handphone, kabel data, earphone, dompet, parfum. Apalagi nih?" tanyaku pada Veranda yang masih sibuk di depan cermin.

"Tisu, kering sama yang basah juga jangan lupa. Trus itu kotak make up yang kecil. Lipstick-nya yang ini aja deh. Trus sticky note, bolpoin juga."

Aku memutar bola mataku malas, menyadari terlalu banyak barang yang dibawa Veranda. Kubandingkan dengan isi tasku sendiri. Seperangkat gadget, dompet, permen, dan parfum.

Tak lama kemudian, Veranda mendekatiku dan langsung mengecek isi tasnya yang telah kusiapkan. Ia tersenyum ketika melihat isinya.

"Perfect!" serunya.

Aku hanya tertawa hambar. Mengingat betapa rumitnya aku untuk menata semua isi dan keperluannya. Kalau jalan bersama banyak orang, Veranda ingin tampil perfeksionis. Dia hanya tidak menjaga image ketika jalan berdua denganku.

Bisa kumaklumi, karena dua temannya, Sabrina dan Kinan adalah perempuan-perempuan muda yang bergaya kekinian. Jelas Veranda tak mau kalah gaul.

Kalau sudah begini, tentu saja aku cuma bisa jadi buntut mereka bertiga, bersama mbak Dinda yang jalan di sampingku.

"Mbak, lu udah jalan aja. Harusnya bed rest lah. Baru juga minggu kemarin kejadiannya. Kemarin lusa juga baru ngantor lagi. Itu luka lu masih bekas." omelku pada mbak Dinda yang lagi sibuk main Mobile Legend di ponselnya.

"Bete gue, Nal. Bulan-bulan gini tuh asiknya jalan, bukannya sakit trus ngedekem di rumah doang."

"Iya sih. Natal rame, sama deket dengan tahun baruan juga. Banyak diskon akhir tahun ya."

"Nah, itu lu paham!" serunya, menepuk bahuku yang lebih tinggi darinya.

Berdiri di samping mbak Dinda memang seru. Tingginya hanya sebatas bahuku. Ia mendongak cukup tinggi saat menatapku. Persis Sabrina, teman Veranda. Akan sangat lucu kalau mbak Dinda jalan bersamaan dengan Sabrina.

Aku dan Veranda tertawa bersamaan, saat kutunjuk ke arah mbak Dinda yang sedang ngobrol dengan Sabrina. Mereka sibuk membicarakan tentang produk dari brand Victoria Secret yang dipajang di salah satu franchise.

"Zara itu produk yang femes di Indonesia doang. Padahal di negara asalnya, dia produk gak laku. Tapi di sini, abg-abg yang mau gaya, sukanya pamer pas lagi make Zara. Di luar, merk-merk kayak H&M, Gucci, Rolex, Hermes, Louis Vuitton gitu yang sering dikejar-kejar sama seleb terkenal. Hahaha!" ujar mbak Dinda yang membuatku dan Veranda langsung saling memandang.

"Wih, sense fashion mbak Dinda lumayan juga ya." komentar Kinan yang kagum mendengar omongan mbak Dinda.

"Sebenernya gue ngomong apa barusan ya? Itu salah satu penistaan bocah abg labil yang suka gaya kekinian jaman sekarang kan. Hahahaha!" lagi ia tertawa.

"Padahal, gue sendiri sukanya belanja di jakcloth doang. Sok ngerti dunia fashion." imbuhnya lagi.

"Mbak Jess, ini snow glass buat hiasan bagus gak sih?" tanya Kinan saat kami memasuki salah satu toko pernak-pernik dalam mall.

Snow Glass yang Kinan maksud adalah sebuah bola terbuat dari kaca, dengan miniatur Princess Aurora yang sedang berdansa dengan Prince Phillip di dalamnya. Jika ditekan tombol musiknya, miniatur itu akan berputar. Dan salju dari sterofom akan berterbangan, melambai pelan di dalam bola kacanya.

"Ih, lucu!" komentar Veranda.

Memang benda ini sangat lucu. Karena yang naksir bukan hanya Veranda saja. Semua di antara kami, kecuali mbak Dinda, naksir benda ini.

DrabblesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang