106. Samyang Mala

2.4K 410 37
                                    

Minggu pagi, seminggu sebelum menjelang hari Natal.

Veranda bilang, Natal tahun ini dia ingin rayakan di apartemen bersamaku serta teman-teman kami nanti dan tidak ada niatan untuk dirinya menginap lagi di rumah keluarga besarnya seperti sebelumnya.

Kabar baik tentu. Karena aku tidak akan merasa jiper bolak-balik antar Veranda ke rumahnya setiap berangkat dan pulang kantor.

Sambil mendekor pohon Natal kecil di atas kabinet kecil pojok ruangan dekat sofa, Veranda menonton acara televisi yang menayangkan aksi liburan selebritis.

Aku jadi teringat sesuatu,

"Liburan Natal kita ke mana nih?" tanyaku padanya yang langsung mendongakkan kepalanya.

Keningnya mengerut, seperti sedang berpikir. Tapi ia hanya berujung dengan mengedikkan bahunya, tidak tau, tak punya ide.

"Ikut Nink, yuk? Ke Thailand! Dia kan katanya mau pulang kampung pas Natal-an ini."

Selesai memasang bintang emas di puncak pohon Natal-nya, Veranda mendekatiku yang sedang duduk di sofa depan TV.

"Kamu udah pesan tiket emangnya? Trus akomodasinya, semuanya. Udah siapin?"

Aku nyengir, "Hehe, ya enggak sih. Tapi kan cuma Thailand, Ve? Nggak perlu visa, terus aku lihat di Youtube, street food sana masih murce kok. Yah, yah, yaaah? Mau ya?"

Veranda mengangkat kedua alisnya.
Oke, ini tanda siap-siap untuk ditolak.
Veranda pasti tidak setuju dengan ideku.

Well, terlalu dadakan sih. Habisnya, Natal nya kan sudah seminggu lagi. Harusnya kami siapkan dua minggu atau sebulan sebelum liburan ke luar negeri.

"Anggep aja ini kado Natal dari aku deh!" celetukku lagi, masih coba membujuknya.

Veranda harus setuju, karena aku ingin ke Thailand!

Kulayangkan sejuta jurus pasang wajah selucu mungkin dan coba buat Veranda luluh. Dia menghela napasnya, lalu mengangguk pelan.

"Ya udah. Aku telfon temen aku yang travel agent dulu. Kita berangkat kapan?" akhirnya, beneran setuju.

"Yes! Sabtu depan! Fix!"

Ah, sungguh menyenangkan. Kupeluk Veranda erat-erat. Kabar gembira di minggu pagi pertengahan Desember yang dingin.

Di luar hujan deras, perutku keroncongan siang-siang. Tadi pagi sarapan bubur yang Veranda masak. Siang ini, Veranda sibuk bikin Christmas cookies. Ala-ala western gitu katanya, biar hits!

Aku sudah lapar duluan, tapi malas untuk bergerak alias mager.

Tau nggak?

Tips untuk mengurangi rasa lapar yang ampuh pas lagi mager?

Yaitu,

NONTON VIDEO FOOD VLOGGER DI YOUTUBE!

Food Vlogger favoritku adalah MGDalena, Ria SW, TanboyKun, Nex Carlo, Ken & Grat. Paling sering, nontonin MGDalena sih. Sampai hafal semua episode-nya.

Silahkan cek sendiri di Youtube kalau nggak percaya, konten mereka terbaik!

Veranda juga sampai hafal kebiasaanku yang satu ini. Dia bisa dengar suara video yang kutonton dari arah kitchen set.

"Nonton vlog lagi?" ia bertanya dari arah dapur yang sebelahan dengan ruang TV.

"Hehe, abisnya laper banget. Tapi mager."

"Aku masih bikin cookies. Mau delivery aja nggak?" dia menghentikan aktivitasnya untuk melihatku sejenak.

"Hah? Nggak usah deh. Kayanya aku simpen mie instant gitu di lemari."

Biasanya Veranda melarangku makan mie instant sering-sering. Tapi berhubung dia sibuk kayaknya, makanya dia cuma manggut dan kembali melanjutkan acara masaknya. Tiada omelan! Asik!

Bedebah, yang kutonton adalah video TanboyKun sedang makan Samyang Mala, yang katanya empat kali lebih pedas dari Samyang biasa.

Aku pernah nonton video ini sebelumnya. Sekarang nonton lagi, dan berakhir dengan kebodohan luar biasa.

Jadi, tips nonton video makanan saat lapar itu salah besar!

Yang ada jadi makin lapar!

Oke, aku berdiri untuk kehilangan semua rasa mager itu dan menuju dapur.

Coba tebak? Apa yang kusimpan di lemari?

Yap, benar!

SEBUNGKUS SAMYANG MALA!

Veranda melihatku yang sedang giat masak mie impor ini. Dia geleng-geleng kepala saat tak sengaja mencium aroma pedas dari Samyang-ku.

"Bentar, aku bikinin susu dulu. Kalau mau makan pedes, harus minum susu atau gak yoghurt biar kamu gak sakit perut!" dia buru-buru membuat segelas susu cokelat.

Tapi, aku sudah lapar duluan dan langsung melahap beberapa garpu awal Samyang-ku.

"GHEEELAAAAAAA! PEDES MAMPUS!" pekikku saat separuh mie telah raib.

Keringatku bercucuran di seluruh wajah. Pedas, tapi enak, bikin nagih. Veranda yang selesai dengan cookies-nya, cuma mendecih.

"Bodo amat. Rasain! Dibilang makannya sambil minum susu, ngeyel! Gak mau tau, ini susunya aku yang abisin." yah, benar, susunya diminum Veranda sambil makan cookies-nya.

Rasanya ingin nangis. Tapi mungkin aku sudah menangis. Kucoba untuk menghabiskan Samyang ini. Sampai pada garpuan terakhir, aku teriak lagi.

"Allahuakbar! Mati aing ya ampun, Mami! Gak kuat!"

"HAHAHAHA! KAPOK KAN! HAHAHAHA!"

Veranda ketawa puas di dekat counter, dia berdiri sambil bersandar di sana. Meneguk susunya sampai habis.

"Abis! Wleee!" dia mengejekku, menjulurkan lidah saat menunjukkan gelas kosongnya.

"Ish!" aku berdesis saat berdiri, lalu melangkah cepat menuju ke arahnya.

Mata Veranda membulat lebar saat aku sudah berada tepat di hadapannya.

Tanpa aba-aba, kutarik pinggangnya untuk kemudian menyatukan bibir kami. Tidak peduli dia bergerak gusar, tetap kuciumi bibirnya, lumat, dan jilati tiap inci dalam mulutnya.

Manis!

Nyaris hilang pedasku, membuatku lengah.

Veranda berhasil mendorongku dengan wajah merahnya. Ekspresinya kesal dan malu. Banyakan kesalnya sih sepertinya.

"KINAL!"

"Apa?"

"NGESELIN BANGET! RASANYA PEDES TAU NGGAK SIH?!!"

Pffttt...

BUG!!!

Belum sempet ketawa, Veranda sudah menendang perutku.

"AW! Sakit tau, Ve!"

"Ya kamu! Udah tau pedes!" dia terus ngedumel sambil usap-usap bibirnya yang memerah.

Ya ampun, biar ditendang juga tetep saja aku gemas padanya.

LUCUK!

DrabblesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang