57. Phone Call

2.9K 409 24
                                    

Ada satu kebiasaan yang tak pernah kulewatkan setiap kali aku menelpon Veranda. Terutama ketika menelponnya ke nomor, bukan melalui Line call atau WhatsApp call. Yaitu merekam segala pembicaraan kami berdua di telepon.

Aku sangat menyukai fitur yang terdapat pada ponsel canggih zaman sekarang ini. Tidak seperti dulu saat aku masih pertama kali mengenal Veranda. Jangankan merekam percakapan di telepon, bisa mendengar suaranya melalui telepon saja sepertinya tidak mudah.

Sekarang, bahkan apa yang aku bicarakan dengannya dua bulan lalu, bisa aku dengar lagi berulang-ulang.

Yang menggelikan ketika aku menelponnya adalah saat dia memprotesku, seperti...

"Kebanyakan pulsa yah? Apa mau pamer lagi banyak pulsa?"

Saat jam makan siang, aku bisa menelponnya secara free call berkat wifi kantor. Tapi aku lebih senang menelponnya lewat nomor.

Dan, siang ini aku merasa ada ide iseng yang terlintas di kepalaku saat sedang menyunting beberapa rekaman percakapan kami di telepon.

"Nal, gak mau cabut? Makan siang." tawar mbak Dinda yang lagi siap-siap beranjak dari cubicle-nya.

Aku menggeleng pelan, "Udah order barusan. Lagi males turun nih!"

"Yaiya, lu demennya di atas mulu emang!" komentar mbak Dinda sambil tersenyum tipis, "Kalo mau titip apa-apa, chat aja ya? Ntar gue beliin. Duluan yah?"

"Sip!" balasku, mengacungkan jempol.

Lalu kembali sibuk pada ponselku, aku menimang lagi ideku. Sepertinya ini sangat menarik untuk dilakukan. Bergegas aku membuka laci untuk mengambil bungkusan kecil terdiri kertas tipis dan plastik mika di dalamnya.

Selembar kartu perdana baru yang belum sempat terpakai. Tak ada satu pun yang mengetahui nomor aktif ini. Lekas kupasang nomor baru ini ke ponsel double sim card-ku.

Belum kucoba ideku, sudah aku tertawa duluan membayangkan apa yang akan terjadi.

Nomor sudah terpasang, langsung aku membuka kontak yang tersimpan di ponsel. Kupilih sebuah kontak bernama 'Veranda💙' yang terdapat di bagian bawah.

Jantungku berdebar-debar saat kutekan tombol 'Call'. Panggilan terhubung, aku menunggu-nunggu dia di seberang mengangkat panggilanku.

Klek!

Bunyi panggilan diterima terdengar. Kutelan ludahku sendiri untuk mengumpulkan keberanianku bicara.

"Halo..." sapaku.

"Halo... ini siapa?"

Aku tertawa dalam hati, namun jujur aku tak tau harus bicara apa. Dan semua rencana-rencana jahilku untuk mengerjai Veranda, musnah begitu saja saat mendengar suara lembutnya.

"Eeee...." bukannya bicara dengan benar, aku justru bergumam tak jelas.

"Sebentar, suaranya aku tau!" serunya sebelum terdiam lagi, dan aku gugup setengah mati.

"Coba ngomong?" pintanya kemudian.

Aku membeku, entah harus bicara apa. Dan dari sekian banyak kata-kata yang tersedia di dunia, aku hanya mampu mengatakan sebuah kata tak jelas. "Nggak."

"Ee, Kinal. Hahah..." telak, ia menebak dan seratus persen benar.

"Ah, gak jadi ah. Baru aja ngomong 'nggak', udah ketebak duluan. Males dah..."

"Hahahahah, lagian? Ngapain sih kamu?"

"Harusnya kamu mah pura-pura nggak tau kek. Pengen ngerjain kamu nih. Kan kalo kamu pura-pura gak tau juga, nanti kamunya bisa ngerjain aku?"

"Idih, apaan coba. Ini nomor siapa juga, gak aku simpen. Hahahaha!"

"Nggaaak, ini nomor random. Jangan disimpen deh. Kesel ah, ketebak."

"Ya gimana nggak ketebak, udah hafal juga sama suara kamu. Aneh-aneh aja kamu sih. Hahahaha..."

"Ngg..."

Tentu saja aku tidak lupa untuk menekan tombol record saat panggilanku diterima tadi. Kulirik detik demi detik yang terekam saat kami belum bicara lagi.

"Udah makan siang?"

Baru aku ingin menjawab pertanyaan Veranda, suara seorang bapak-bapak menginterupsi.

"Permisi mbak. Mbak Kinal yang pesen Wings Top extra hot kan? Saya dari gojek mbak nganterin pesenannya..."

Bahaya...

"Bentar, bentar. Kamu barusan pesen apa? Wings Top pedes lagi?!"

Beberapa hari yang lalu, aku sempat sakit perut tiada henti setelah menyantap menu sayap ayam pedas kesukaanku ini. Veranda kesal setengah mati setelah tau penyebab sakitku, karena makanan yang katanya tidak 'berfaedah' ini.

"Sekarang kamu bayarin go food-nya, trus kasih makanannya ke bapaknya atau aku gak pernah mau angkat telfon dari kamu lagi?!"

Mati aku...

DrabblesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang