Uang Gopek 7

2.4K 173 1
                                    

Mood Ify sedang tidak baik pagi ini, masih tidak rela jika uang gopeknya dirampok orang, alias Rio Gunawan, kakak kelas yang menurut teman-temannya makhluk paling ganteng di SMAnya. Tapi, bagi Ify bukan dia ya, jauh lebih ganteng kak Alvin, ah, ganteng itu relatif, pas tua mah tetap saja keriput, jadi kakek-kakek, lihat aja kakek Ify yang di Garut, dulu mah iya ganteng banget, tapi semakin usia bertambah, kegantengan itu terkikis oleh waktu, 'Maafin Ify ya kek'.

Ify menatap bayangannya di cermin, dari bangun tidur bahkan mungkin dari kemarin mukanya jelek, soalnya cemberut mulu. Mama bilang Ify nggak cantik kalau cemberut mulu, pernah dulu waktu Ify disuruh nganterin pesanan pelanggan mama, pada hari Minggu gadis itu cemberut sepanjang hari dikarenakan acara nonton musik secara live bersama kedua sahabatnya di balai kota, gagal total, ditinggalin sama kedua sohibnya, soalnya kelamaan, keburu siang nyampe balai kotanya. Dan, mama mengatainya secara blak-blakkan di depan Ify, kalau Ify jelek cemberut mulu. Cara itu ampuh loh, siapa sih yang mau dibilang jelek, sekalipun faktanya emang jelek orang tetep aja suka dipuji cantik, iya kan? Nah, sehabis mama bilang begitu Ify jadi senyum lagi, kan nggak mau dibilang jelek terus. Masa sih sama orang tua dibilang jelek, harusnya kan cantik, anaknya ini kan?

Hufft

Ify menghela napas, mungkin wajahnya akan muram seperti ini, jika uang gopeknya belum kembali ke tangannya.

Gadis itu kemudian memutuskan untuk turun ke bawah, tak ada tujuan lain selain sarapan, dipandanginya sekali lagi wajah muramnya di depan cermin, benar-benar jelek, 'Mama bener, gue nggak cantik kalau cemberut mulu, tapi apa daya gue lagi nggak semangat,' batinnya merutuk.

Sudahlah, mending bangkit lalu capcus ke meja makan, papa pasti akan mengomel kalau terlalu lama menunggu Ify karena tanpa Ify, mamah dan papa tak akan sarapan. Gadis itu segera merapikan seragamnya lalu menyambar tas selempangnya yang ada di atas meja belajar tepat di hadapannya.

---

"Kenapa sayang, kok cemberut gitu? Kamu mau dibilang jelek lagi sama mama?" tanya papa Ify saat Ify baru saja duduk manis di meja makan tepat di sebelah sang papa. Mama belum terlihat mungkin sedang menyiapkan sarapan di dapur.

Ify memaksakan seulas senyum untuk menyambut sang papa pagi Selasa ini. Susah ya, kalau lagi bete mau senyum dikit aja, kesannya itu senyum jutek aja gitu.

"Uang gopek Ify dicuri orang kemarin." Ify membuka suara menjawab pertanyaan sang papa. Membuat papanya menatapnya tak percaya. Uang gopek anaknya? Dicuri orang? Siapa yang nyuri uang model receh itu?

"Siapa yang nyuri Fy? Dimana? Terus kamu nggak papa kan?" tanya papa kaget, sambil memegang bahu Ify. Sama seperti pertanyaan kak Alvin papa juga mengajukkan tiga hal pertanyaan, apa kalau seseorang mengatakan kalau barangnya baru dirampok, pertanyaan tiga itu akan selalu diajukan? Seperti itukah? Ify tidak tahu, karena belum pernah ada yang mengaku pada Ify kalau mereka habis dirampok.

"Sama kakak kelas Ify, dia rese nggak mau ngembaliin pah, padahal uang gopeknya mau Ify masukkin ke celengan." curhat Ify, membuat papanya menghela napas lega. Untung saja bukan sama pencopet, cuma anak sekolah ternyata, palingan juga mungkin cowok, ah, anak muda. Dulu juga om Dirga Hermawan -papa Ify, pernah muda, dan dia juga suka usil pada perempuan yang jadi incarannya, tanpa beliau sadari, putrinya kini sudah tumbuh dewasa dan cantik, padahal rasanya baru kemarin gadis semata wayangnya ini nangis-nangis minta dibelikan boneka, waktu ternyata cepat berlalu, Ify sudah SMA, masa di mana gadis kecilnya itu akan dikenalkan pada rasa cinta terhadap makhluk bernama laki-laki.

"Siapa, cowok ya?" tanya sang papa lagi, beliau kemudian melepaskan tangannya yang tadi sempat nangkring di bahu Ify.

"Iya, namanya Rio Gunawan, kata orang dia paling ganteng seantero sekolahan, padahal menurut Ify nggak tuh pah, ih nyebelin tahu orangnya." kata Ify menceritakan siapa yang merampok uang gopek miliknya. Papanya tersenyum menanggapi.

Sekali lagi anak muda.

"Ya udah relain aja ya uang gopek itu, nanti papah kasih lagi deh yang banyak pulang kantor nanti." timpal sang papa sambil mengelus-ngelus rambut Ify dengan sayang.

Membuat Ify tersenyum ceria di tempat duduknya kini.

"Beneran kan pah?" tanya Ify semangat. Papa mengangguk yakin.

"Iya, asal kamu nggak cemberut lagi, jelek tahu, anak papa kan cantik, masa sih cemberut mulu, nggak enak dilihatnya." Ujar sang papa menasehati.

"Oke, kalau gini ceritanya mungkin Ify cemberut tiap pagi aja kali ya, biar dikasih uang receh yang banyak hehe.." kata Ify sambil cengengesan. Membuat sang papa melotot ke arahnya.

Astaga! Putrinya ini, di kasih hati malah minta jantung? Nyambung nggak om? Nggak deh kayaknya.

"Haduh, papa entar boke kalau tiap hari harus kasih uang receh yang banyak buat kamu." kata papa pura-pura merengut.

Ify tertawa. Papanya ini memang papah terhebat sedunia, selalu punya cara untuk membuat Ify tertawa.

'Tapi, mohon maaf ya pah, sekalipun papa menggantinya dengan uang receh yang banyak nanti sore, Ify tetap akan meminta kembali uang gopek milik Ify dari Rio Gunawan' ujar Ify dalam hatinya.

Soalnya itu uang gopek punya Ify, bukan punya Rio, dan seharusnya pemuda itu sadar kalau uang gopek itu bukan miliknya.

"Anak papa udah gede ya, udah kenal cowok juga,"

Ify mengernyit mendengar ucapan sang papa, lah, dari TK aja kan Ify emang udah kenal cowok, apanya hubungannya sama udah gede dan kenal cowok. Kak Alvin juga kan cowok terus apa yang spesial sampai-sampai papanya merasa terharu Ify sudah menginjak remaja.

"Dari TK aja kan Ify udah kenal cowok pah, teman-teman SD Ify juga banyak yang cowok, terus kak Alvin juga cowok, apa hubungannya sama udah gede?" Ify bertanya heran menanggapi perkataan sang papa yang menurutnya aneh tersebut.

Papa tersenyum manis, anaknya ini nggak ngerti sama ucapan tersiratnya, sepertinya Ify masih menjadi gadis kecilnya yang masih polos, sehingga ia pun tak mengerti taktik si cowok bernama Rio Gunawan yang menurut pemikiran papa Dirga sendiri sengaja mencari perhatian puterinya.

"Ah enggak kok, papa salah ngomong tadi. Eh, mama kok lama ya Fy, ini papa udah laper." Ujar papa mengalihkan pembicaraan.

"Iya ih, sama Ify juga laper pah. Ya udah deh Ify cek dulu." Ujar Ify sambil bangkit dari tempat duduknya menuju dapur di mana sang mama yang sedang memasak untuk sarapan mereka pagi ini.

Papa Dirga memperhatikkan puterinya yang kini tengah berjalan menuju dapur menyusul istrinya yang sedang memasak. Andai, dulu Sonia -istrinya tak mengalami keguguran, mungkin rumahnya akan terasa ramai dengan kehadiran buah hatinya satu lagi dan Ify anak gadisnya itu tak akan merasa kesepian karena memiliki adik.

Ah, bukankah manusia itu hanya pintar berandai-andai?

Uang GopekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang