Uang Gopek 73

873 99 6
                                    

73

"Kamu, kenapa?" Rio memecah keheningan yang tercipta diantara dirinya dan Ify. Di dalam mobil. Pada Siang Senin yang tampak hangat ini.

Saat ini mereka sedang dalam perjalanan pulang, tepatnya Rio yang mengantar Ify ke rumahnya.

"Hah, eh, enggak gue nggak papa cuman gak ada yang mau diomongin aja." Kilah Ify. Lah, iya lagian emang mereka mau ngomong apaan, orang pada kaku gini, hadeuh.

Sumpah ya, Ify tuh gak suka keadaan kayak gini. Males bareng tadi, tapi kasihan juga. Mana Shilla dorong-dorong lagi.

"Kamu gak suka aku anterin?" Tanya Rio tampak murung. Pasalnya pemuda itu nankepnya gitu, si Ify tuh kayak ogah gitu ngomong sama Rio, huhu sebel tingkat akut.

"Bukan, biasa aja sih, cuman ya emang gue mau ngomong apa. Gak tahu, ngerasa gak sih keadaan ini tuh aneh banget, loe tiba-tiba bilang suka sama gue, perhatian sama gue padahal kan dulu-dulu kita berantem, loe benci gue, gue juga benci loe,"

Ify mulai meyerukkan ketidaknyamanannya atas apa yang terjadi belakangan ini. Gimana ya, Ify tuh masih merasa aneh.

"Kamu gak suka?" tembak Rio langsung.  Ify diam.  Suka nggak Ya? Suka sih apalagi pas kayak tadi dikasih uang gopek banyak.  Tapi,  hubungan mereka nggak jelas.  Rio tuh gak minta Ify jadi pacarnya.  Jadi dekat aja gimana gitu tanpa kejelasan.

Rio mengangguk pasrah,  diamnya Ify sudah menunjukkan jawaban kalau pemuda itu mungkin saja harus mundur.  Ify tak nyaman dengan kehadirannya. Dan,  Rio gak bisa terus mengejar gadis itu jika hal tersebut hanya menganggu gadis itu.

"Mungkin aku emang harus nyerah, kayaknya kamu gak suka aku yang kayak gini.  Maaf Ify,  kalau kamu ngerasa nggak nyaman, aku cuman mau kamu tahu kalau aku sayang sama kamu.  Tapi kalau hal itu ngebenanin kamu,  aku akan berusaha menahannya,  terimakasih udah mau kembali,  seenggaknya kalau kamu di sini aku bisa terus melihat kamu walau dari jauh. "

***

Mungkin aku emang harus nyerah

Maaf Ify kalau kamu ngerasa nggak nyaman.

Aku cuma mau kamu tahu kalau aku sayang kamu.

Ucapan Rio terus terngiang di telinga Ify sedari pulang sekolah hingga waktu menunjukkan pukul empat sore pada hari senin kali ini. Sejak tadi perasaan gadis itu galau. Ya, Ify takut kalau Rio benar-benar melakukan hal demikian, menjauhinya. Tidak bukan itu yang Ify inginkan, lalu apa sebenarnya yang dia inginkan ya?

Ify agak risih Rio perhatian tanpa adanya status.

Tapi, Ify juga gak mau kalau pemuda itu menyerah, arrrgghhh pusing.

Tok.. tok...

Suara ketukan pintu dari luar menganggu kosentrasi melamun Ify. Siapa sih? Batin Ify merutuki si penganggu.

"Masuk, gak dikunci" titah Ify setengah berteriak pada si pengetuk pintu. Gadis itu kembali pada kegiatan awalnya melamun sembari duduk di kursi santai dekat balkon kamarnya.

"Kata tante, loe gak keluar kamar dari pulang sekolah, makan juga belum, ada apa?"

Rupanya Agni sipengetuk pintu tadi. Sepupu Ify tersebut langsung saja nyerocos bertanya penasaran akan keanehan Ify yang juga nggak keluar  kamar dari siang tadi. Biasanya kan Ify kalau gak makan ya nonton televisi. Ini nggak ada jadinya Agni  susul aja ke kamarnya.

"Ngggak papa. Gue cuman lagi nggak enak hati aja."

"Galau?"

Ify megangguk,"Mungkin,"

"Kak Rio?"

"Mungkin juga."

"Jawaban gak yakin kayak gitu mah. Cerita aja gue siap kok jadi pendengar yang baik. Janji deh nggak bakal nyebelin kali ini, soalnya gue lagi happy hehe. Atau loe mau denger good news dari gue?"

"Good news, apaan?" Ify mulai tertarik. Memangnya berita bagus apaan yang Agni punya? Apa orang tua Agni akan ke sini, wah kalau iya Ify bahagia banget, pasti dapat oleh-oleh.

Agni berdehem malu, "Gue balikan lagi sama Cakka hehe."

Ify langsung mendengus sebal mendengarnya, kirain apaan? Eh, mau pamer. Yang kayak gitu good news? Ewwwwr good news dari hongkong? Ify keki jadinya.

"Oh, selamat ya,"

Agni tersenyum cerah mendapat respon Ify, bahagia dong dikasih selamat.

"Yaps makasih. Oh iya gue juga sekalian mau pamitan sama elo Fy, mau balik ke Aussy, udah rindu ortu."

Perkataan Agni membuat Ify sedikit kaget juga, loh kok malah jadi pulang lagi? Katanya mau sampai kelas tiga di sini?

"Kok cepet banget, kata loe mau sampai lulus?" Ify heran juga, kenapa lagi ini sepupunya, perasaan sama Ify juga baik-baik aja selama ini, gak ada ribut-ributan sampai-sampai gadis itu ngerasa gak nyaman? Kok mau  balik aja.

"Alasan gue pindah kan karena mau move on, tapi gagal orangnya malah ke sini. Sekarang juga kita kan udah balikan lagi, gue gak punya alasan buat gak tinggal di Aussy, Orang tua gue ada di sana, pasti mereka pengennya gue ada di sana kumpul sama mereka setiap hari."

Ify mengangguk paham, betul juga sih, yang namanya keluarga meski kadang ada berantemnya, Tetap aja mantinya akan saling rindu jika berpisah terlalu lama, berasa ada yang kurang kalau salah satu gak ada.

"Cakka juga?"

"Heem, dia juga sama kayak gue. Kita udah sempat rundingan tadi pas pulang. Gue mau minta maaf ya Fy kalau selama tinggal di sini gue nyebelin atau ngeganggu elo."

Agni berkata tulus. Ify yang mendengarnya jadi sedih juga. Kayak lagi mau perpisahan ya? Padahal biasanya suka happy kalau Agni mau pulang, tapi sekarang kok beda ya?

"Ah nggak kok, nggak perlu ada yang dimaafin, kayak ke siapa aja. Kita kan saling sayang yoi nggak? Nggak perlu maaf-maafan takut gue kayak nggak bakal ketemu lagi. Tapi, gue ada janji deh sama elo, mau nurutin satu permintaan elo. Apa tuh?"

Ify agak kikuk juga ngomong maaf-maafan sama Agni Gak tahu lah sekarang Agni agak beda,  jadi nggak terlalu semenyebalkan dulu.

"Oh iya iya, hemmm apa ya, gimana kalau gue minta loe bahagia sama kak Rio aja, sanggup nggak?"

Ify langsung diam mendengar nama Rio terlontar dari bibir sepupunya tersebut. Hatinya kembali galau. Padahal tadi lupa sebentar, Agni sih malah ngingetin.

"Tuh kan lagi ada masalah ya kalian, kenapa sih?" Agni kepo tingkat akut. Di koridor tadi kak Rio nanya apa dia ganteng atau nggak, Sehingga Ify nggak suka sama dia. Sekarang Ify malah mengurung diri di kamar sejak pulang sekolah.

Fix. Mereka lagi ribut.

Ify cerita ke Agni nggak ya? Jawabannya di next part ya.

Uang GopekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang