Uang Gopek 52

1.5K 125 21
                                    

"Ag, loe duluan aja deh gue ada perlu dulu ke Koperasi." Ujar Ify tepat ketika dirinya dan Agni sampai di depan gerbang sekolah. Mereka baru saja turun dari angkot.

"Ya udah deh males ah gue harus nunggu." Sahut Agni. Selanjutnya gadis itu meninggalkan Ify di depan gerbang sekolah setelah menerima anggukan dari Ify sendiri pertanda sepupunya itu setuju akan keputusannya untuk terlebih dahulu berjalan memasuki area sekolah mereka ini.

Dasar, tuh anak emang gitu deh nyebelin, padahal cuma bentar  juga, gerutu Ify dalam hati sambil berjalan memasuki area sekolah namun berlawanan arah dengan Agni. Tadi sih cuma basa-basi aja Ify juga pingin dong ditemenin, jalan sendiri tuh ngenes banget ah, mana sekarang kan dia harus lebih hati-hati sama fans nya si perampok uang gopek takutnya dilabrak lagi kayak kemarin, huh!

Eh ngomong-ngomong soal si perampok uang gopek, ke mana ya dia hari ini? Kok nggak ke rumah Ify buat ngejemput seperti kemarin-kemarin? Apa, mungkin dia marah gara-gara Ify sudah mengaku jujur pada nenek Sari? Ah enggak mungkin banget, tapi mungkin juga sih, eh apaan sih Ify, ya terserah si perampok uang gopek aja mau marah juga emang Ify siapanya si perampok uang gopek? Cuma pacar boongannya kan?

Ify berjalan dengan pelan, sekolah  sudah mulai ramai, namun tak banyak siswa yang berkeliaran di daerah koperasi hanya ada beberapa saja yang mungkin memiliki tujuan sama dengan Ify membeli alat tulis. Kemarin, tinta bolpoin Ify habis, jadinya ya gini sekarang sebelum masuk Ify harus ke koperasi dulu untuk membeli bolpoin baru.

"Bukannya itu pacarnya kak Rio ya? Siapa namanya?" Bisikan seseorang di belakang membuat Ify menajamkan telinganya, rupanya ada orang dibelakangnya, hemmzzz mereka pasti fans si perampok uang gopek. Ify segera mempercepat langkahnya, ia ingin segera sampai di koperasi supaya nanti bisa cepat ke kelas dan duduk nyaman dibangkunya, Ify berjanji kalau sudah sampai di kelas dirinya tak akan keluar lagi kecuali nanti pas istirahat bersama sobatnya Shilla biar aman dari labrakan kakak kelas kemarin.

"Iya tuh, yang sering duduk bareng  kak Rio kan di kantin? Kok gue baru lihat dia ya, kayaknya dia nggak cukup populer deh, gue bahkan baru tahu kalau ada siswi model dia di sekolah ini." Timpal yang satunya lagi.  Membuat kuping Ify panas,  model? Emangnya Ify model kayak apa sampai-sampai mereka mencemooh Ify sampai segitunya, duh bahasanya, namun gadis itu berusaha mengabaikannya dengan terus berjalan cepat tanpa menghiraukan dua orang di belakanhnya tersebut. Sepertinya mereka sengaja mengeraskan suara dan ikut berjalan cepat mengikuti Ify, padahal Ify berusaha menghindari mereka dengan mempercepat langkah kakinya namun sia-sia karena sepertinya mereka sengaja ingin Ify mendengar obrolan tersebut dengan terus berada di belakang gadis itu. Ify merasa tak nyaman, ah sial, kenapa sih cuma gara-gara Ify pacaran dengan si perampok uang gopek itupun cuma boongan jadi buah bibir begini, dan mendengar perkataan mereka tadi sepertinya mereka meledek Ify yang mungkin tak pantas bersanding dengan seorang Rio Gunawan. Memang, Ify termasuk siswa biasa-biasa saja bahkan mungkin yang mengenal dirinya hanya teman sekelas saja, beda dengan Rio Gunawan, yang kepopuleran nya sudah tidak bisa diragukan lagi. Semua penghuni sekolah ini pasti tahu siapa Rio Gunawan, bagaimana keluarganya yang kaya raya, bahkan mungkin semut yang berbaris di dinding pun mengakui kepopuleran gadis itu.

"Iya, gimana ya mereka bisa jadian jangan-jangan dia lagi yang ngerayu kak Rio." Balas si suara pertama.

Ify menghentikkan langkahnya kemudian membalikkan tubuhnya menatap dua orang yang bergosip tadi dengan tajam, "Denger ya, Rio yang ngejar-ngejar gue, bahkan dia sengaja maling uang gopek gue supaya dapat perhatian dari gue. Terus kenapa kalau gue pacar dia, kalian iri ya? Kenapa, kalian juga pengen di posisi gue?" Cerocos Ify dengan emosi gadis itu sudah tak bisa lagi mengabaikan cacian dua orang yang kini malah menunduk tersebut, karena omongan mereka benar-benar melukai harga diri Ify. Hey, siapa sih yang suka dituduh merayu cowok, si perampok uang gopek lagi, duh mikir dong kenal aja enggak Ify sama dia, Ify tuh cuma pengen balas dendam, mana tahu jadinya akan seperti saat ini, andai mereka tahu yang sebenarnya.

"Kalian kurang kerjaan ngomentarin hidup orang, emangnya pengharagaan apa yang kalian dapat? Gue enggak habis pikir deh, terserah Rio dong mau milih cewek kayak apa, harus ya yang populer sama yang populer lagi?" Tambah Ify masih dengan penuh emosi.

Kedua orang di depannya masih menunduk, mereka mendadak mati kutu ketika disemprot Ify. Makanya jangan berani-berani sama Ify ya, Ify gini-gini kalau marah tuh nyeremin. Tadi aja berani koar-koar nggak jelas, eh sekarang malah ketakutan.

Melihat lawannya ketakutan Ify tanpa banyak bicara membalikkan badannya kembali, untuk meneruskan langkahnya menuju koperasi sekolah, biarin deh nanti ada gosip apalagi terserah mau diomongin kayak apa juga Ify enggak peduli lagi sekarang.

***

Cakka diturunkan di depan gerbang sekolah oleh Rio, sementara Rio sendiri sedang memarkirkan mobilnya.

Cakka itu murid baru, udah jelas sekali kalau murid baru pasti nggak tahu apa-apa tentang sekolah barunya, dengan begitu tak ada pilihan lain selain menunggu sahabatnya Rio yang bisa menunjukkan di mana ruangan kepala sekolah berada.

Cakka sendiri tidak menunggu di depan gerbang karena malas berdiri, pemuda itu memilih memasuki area sekolah lalu duduk di bangku pos satpam. Sedari tadi banyak pasang mata yang menatapnya, terutama kaum siswi yang sudah pasti terpesona pada wajah tampan pemuda itu. Beginilah resiko jadi orang baru pasti jadi sorotan apalagi orang ganteng kaya gue, gumam Cakka narsis dalam hatinya.

Si Rio lama lagi, udah kayak cewek lagi dandan aja. Cakka sudah menunggu hampir tiga menit duduk kayak orang bego di depan pos satpam seperti ini. Pemuda itu kemudian iseng mengedarkan pandangan ke depan setelah tadi menunduk memainkan ponsel yang berada dalam genggaman tangannya, matanya berhenti pada seorang gadis yang terlihat sedang memarahi dua orang siswi di hadapannya. Jarak mereka lumayan jauh sehingga Cakka sendiri tidak bisa mendengar apa yang sedang gadis itu ucapkan.

Siapa gadis itu?

Cantik, pikir Cakka terpesona pada si gadis, tapi sayang sepertinya tukang marah, buktinya aja sekarang tuh cewek lagi marahin dua temannya, eh temannya bukan ya?

Pandangan Cakka tak lepas dari si gadis yang belum diketahui namanya tersebut. Hingga gadis itu mulai membalikkan badannya meninggalkan dua siswi yang barusaja dimarahinya tersebut.

Sudah saatnya kah Cakka move on dari Agni? Apa gadis itu yang dikirimkan Tuhan agar Cakka bisa memulai hidup yang baru dan melupakan Agni?

Uang GopekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang