Ting tong
Suara bel terdengar dari luar. Menandakan ada seseorang yang ingin bertamu di pagi Senin yang tampaknya akan cerah ini.
Ify sudah duduk manis di meja makan, ditemani om Dirga yang sibuk membaca koran, segelas kopi yang tersaji di hadapan beliau.
Agni? Gadis itu belum turun dari kamarnya, entah sedang apa. Sementara mama Sandra sendiri tengah sibuk memasak ayam goreng untuk menu makanan mereka pagi ini.
Beranjak dari kursinya, Ify mengayunkan langkah kakinya menuju pintu. Membukanya perlahan, hingga seketika gadis itu membeku di tempat mendapati siapa tamu yang bertandang ke rumahnya pagi-pagi begini.
Si perampok uang gopek.
Asli, Ify kaget luar biasa mendapati si perampok uang gopek kini tersenyum canggung di depannya, euh mau ngapain pagi-pagi ke rumah Ify? Bikin orang jantungan aja!
Gimana ya, kemarin tuh kan habis pertanyaan cinta, ya sekarang ginilah, kikuk, canggung dan sebagainya pas ketemu.
"Eung hai Ify, apa kabar?"
Setelahnya Rio merutuk bodoh dalam hati. Bisa-bisanya dia melontarkan pertanyaan konyol begitu. Kayak sama orang yang baru ketemu setelah kepisah lama deh, padahal kan kemarin baru aja ketemu, hadeuh ngapa sih yang buka pintu mesti si Ify? Kan canggung gini.
"Eum.. Baik. Loe mau ngapain ke sini?" Sahut Ify yang canggung juga.
"Ngajak berangkat bareng, mau?"
Tanya Rio hati-hati. Masih sama canggung banget.
"Mauuu kak Rio. Eh, Ify loe ada tamu malah diintrogasi di depan pintu. Ajak masuk kek. Ajak sarapan juga. Gak sopan banget."
Bukan Ify yang menyahut, tapi Agni dengan cerianya menyambut ajakan berangkat bersama yang Rio tawarkan pada Ify, elah Rio lupa kalau ngajak Ify bareng pasti bakal ada pengganggunya. Ini mah harus segera deh menyatukan Cakka sama Agni, bisa-bisa Rio nggak bisa berduaan sama Ify kalau Agni ngekor terus. Lagi pedekate man, masa sih mesti ada orang ketiga?
Lagian tuh anak malah tiba-tiba nongol di sini aja, tadi kan gak ada.
"Oh iya, ayo masuk," Ify pada akhirnya membuka pintunya lebar-lebar mempersilahkan Rio masuk.
Bibir Rio terkulum. Hatinya senang luar biasa meski Ify kini telah berjalan memunggunginya.
"Cieee kak Rio, seneng ye, gue tunggu PJ nya yak, jangan pelit-pelit loe ama gue. Gue harus dibaik-baikkin supaya pedekate loe lancar."
"Iya tenang aja. Loe mau borong sama meja kantin aja gue bayarin."
Agni mencibir, "Iye tahu orang kaya mah bebas."
Rio tertawa renyah, "Bantuin gue ya, ntar gue bantuin juga loe balik sama Cakka."
Ngapa jadi bawa-bawa Cakka. Tapi tawaran balikan sama Cakka amat sangat menarik bagi Agni.
"Siapa yang mau balikan lagi? Enggak ya gue mah," dusta Agni, gengsi.
Pura-pura dong. Kan malu kalau ketahuan ngarep. Ntar Cakka tahu lagi, mau ditaruh di man coba muka Agni, di kolong meja?
"Alah gak usah gengsi deh. Cakka pindah hati nyesel loe so jual mahal begini."
Cakka pindah hati loe nyesel. Jangannnnnnnn
Agni menjerit dalam hati.
***
"Tunggu Fy!"
Ify menghentikkan langkahnya. Menoleh ke belakang dengan raut bingung menatap Rio.
Kenapa?
Pemuda tampan itu saat ini tengah membuka ranselnya, kemudian tangannya merogoh sesuatu dari dalamnya.
Ify yang bingung kenapa dihentikkan langkahnya hanya terdiam memperhatikkan, ketika Rio sudah berhasil mengeluarkan kotak kecil berwarna pink yang dihiasi pita dari dalam ranselnya tersebut.
"Buat elo, dari gue. Terima ya," Rio menyodorkan kotak pink yang dihiasi pita tersebut pada Ify.
"Buat gue?" Tanya Ify yang masih dengan raut bingung. Asli, ini Rio kenapa ngasih beginian? Kan Ify gak lagi ulang tahun, apa ini semacam cara Pedekate yang dilakukan pemuda itu?
"Heem," Rio mengangguk mengiyakan.
"Tapi, gue lagi nggak ulang tahun kok, kenapa loe ngasih kado?"
Rio tersenyum canggung. Iya juga sih ya, ngapain dia mendadak ngasih Ify kado? Tapi, kata Cakka, awal pedekate tuh harus kayak gini, kasih sesuatu yang si cewek suka banget, biar kelihatan serius. Soalnya kan si Ify kayaknya masih kelihatan ragu tuh sama Rio. Rio harus lebih gencar lagi usaha buat pedekatenya berhasil, ya saran Cakka sih dengan always ngasih hal-hal yang Ify sukain.
"Eung, ya udah deh, makasih ya, kak em.. Rio." Ujar Ify dengan kikuk, apalagi menyebut nama Rio, selama ini kan gak pernah, gadis itu mana sudi manggil nama apalagi tadi itu, what happen with you Ify? Nyebut KAK, sama si perampok uang gopek? Benar-benar koslet deh otak gue, Ify merasa ada yang salah dengan otaknya.
Senyum Rio melebar. Pemuda itu mengangguk-ngangguk senang, "Sama-sama. Moga suka," ujar Rio dengan senyum manisnya yang sukses membuat Ify panas dingin saking melelehnya.
Asli, udah baper kali ya gue? Batin Ify menjerit panik.
"Iya, thanks ya sekali lagi, gue duluan kekelas Kak, em Rio,"
Belum mau menyebut kak, Ify masih memanggil nama pemuda itu, padahal kakak kelas loh, harusnya sopan.
"Iya, semangat belajarnya princess," ujar Rio lagi yang sukses membuat muka Ify merah padam.
Gila aja cuy, dipanggil princess, seumur-umur Ify gak pernah dipanggil begitu. Iyalah gak pernah punya pacar!
Masih dengan muka kepiting rebusnya, Ify berbalik, diam-diam jantungnya jumpalitan dengan sebutan Rio barusan. Heuhh ini mah gak bener, bakal deh jatuh ke pesonanya si perampok uang gopek.
Sementara Ify mulai meninggalkan Rio, yang dilakukan pemuda itu menatap punggung Ify yang kian menjauh dari pandangannya, sambil dalam hati mengucap beribu doa pada Tuhan supaya segera dipersatukan dengan Ify.
Princess, geli juga gue ngomong begitu ke cewek. Pikir Rio.
NB : maafken yang typo banyak dan EYD yang berantakkan ya, ceritanya garing juga 😅😅
KAMU SEDANG MEMBACA
Uang Gopek
Teen FictionLewat uang gopek, Ify dan Rio saling jatuh cinta. Pengen tahu kisahnya? Cek yuk di sini! Cover by @Hyderia ☺?.