"Rio Gunawan!" seru Ify tak sopan, seharusnya memang ia memanggil nama Rio dengan diawali sebutan kak, dia kan kakak kelasnya, tapi, berhubung pria itu telah mencopet uang gopek miliknya, Ify sebodo amat sama embel-embel kakak itu.Rio yang merasa namanya disebut berbalik menoleh kearah sumber suara, begitu pula dengan Gabriel sahabat Rio yang berjalan bersisian dengan pemuda itu juga ikut menoleh ke belakang, di mana berdiri seorang gadis menatap mereka dengan tatapan permusuhan, 'Mungkin gadis uang gopek,' pikir Gabriel.
Ify berjalan dengan tergesa kearah Rio, tampangnya jutek abis, pertanda ia keki, tapi Rio malah mengangkat alis, seolah-olah heran kenapa gadis itu menghampirinya lagi, apakah si Alvin tidak memberitahunya kalau Rio punya undang-undang tentang kepemilikkan barang yang jika sudah ada ditangannya itu tidak bisa diambil lagi? Dan, bukankah kemarin juga kalau tidak salah pemuda itu sudah mengatakkan pada gadis itu tentang undang-undang kepemilikkan barang tersebut? Apa gadis aneh itu tidak punya telinga?
"Balikin uang gopek gue!" tagih Ify galak ketika sudah sampai di hadapan Rio, Rio sendiri tersenyum miring, rupanya masih saja menagih uang gopek, haduh, sekere apa sih gadis di depannya ini?
Kejadian ini berlangsung di depan koridor kelas Sepuluh, untung masih sepi sehingga belum banyak murid yang datang, pintu kelas Sepuluh Tiga pun masih tertutup, entah sudah ada penghuninya atau belum, Ify tak tahu. Lagipula Ify enggak peduli, meski ada yang melihatnya sedang menagih uang gopek pada kakak kelas pun tidak masalah bagi Ify, asalkan uang gopeknya kembali padanya.
"Lo nggak punya kuping ya? Kemarin kan gue bilang, gue punya undang-undang yang berbunyi 'Hal yang sudah ada di tangan Rio Gunawan, adalah miliknya, tidak bisa diambil lagi' terus juga kemarin gue udah suruh Alvin bilang undang-undang gue tersebut ke elo, apa nggak cukup buat negasin kalau gue nggak bakalan balikkin uang gopek itu." Jawab Rio berkata dengan tegas. Membuat Ify berdecak. Persetan dengan undang-undang itu, yang jelas Ify ingin uang gopeknya kembali, Ify gak peduli, pokoknya uang gopek itu miliknya, dan harus kembali padanya, apapun alasannya.
Gabriel di tempatnya hanya menggaruk tengkuknya bingung juga melihat dua orang yang rebutan uang gopek, astaga, kalau Gabriel jadi Ify, sudahlah mending direlain saja uang gopek itu daripada harus berurusan dengan si keras kepala, Rio. Tadi pagi saja waktu Gabriel menyuruh Rio mengembalikkan uang itu pada pemiliknya, Rio bilang Gabriel jangan ikut campur, nadanya ketus, padahal harusnya Gabriel yang ketus, kemarin Rio bohong padanya, ah, tapi namanya juga Rio, sahabatnya itu mana mau disalahkan, pusing juga ya.
"Gue nggak peduli sama undang-undang gak jelas ciptaan elo itu. Pokoknya balikin uang gopek gue." teriak Ify prustasi. Membuat Rio dan Gabriel menutup telinganya, teriakkannya itu loh membahana, bikin yang denger sakit kuping saja. Untung saja saat ini koridor sepi, masih pagi sih.
"Heh, cewek tarzan, kalau mau teriak itu di hutan. Lagian kata elo kemarin buat apa kan uang gopek itu? Nah, kenapa elo ngebet banget pengen balik kalau tuh uang cuma buat beli minuman dingin di warung aja nggak cukup." kata Rio lagi kesal dengan gadis yang kini menatapnya sengit itu.
Ify menatap Rio sengit, terlihat jelas sekali tatapan kebencian dari sorot matanya, cowok ini? Sudah ngerampok uang gopeknya dan sekarang malah mengatainya cewek tarzan, sialan. Maki Ify tak terima dalam hati.
"Ify, sorry ya Fy, gue ikut campur, entar gue aja yang ganti deh ya uang gopeknya, nih anak keras kepala Fy, lo mau minta berapa, Dua, Tiga, Lima atau Sepuluh?" Gabriel yang sedari tadi hanya diam kini ikut nimbrung, membuat dua orang yang tadi bertatapan sengit menoleh kearahnya. Rio menatap Gabriel tak suka, hey, ngapain Gabriel so perhatian, sedangkan Ify hanya melengos, dia tidak butuh uang gopek dari orang lain sekalipun jumlahnya banyak, tapi Ify hanya ingin uang gopek miliknya yang dicuri Rio dikembalikkan padanya.
"Gue maunya uang gopek yang kemarin Rio rampok, nggak butuh ganti rugi dari siapapun." jawab Ify keras kepala, membuat Rio melotot marah kearahnya. What? Rampok? Ralat, mungut.
"Heh! Gue nggak ngerampok uang gopek itu, benda itu jatuh di depan kaki gue, jadi salah siapa, hah? Salah elo, elo nggak hati-hati jagain tuh uang gopek, salah siapa malah dijatuhin." bela Rio tak terima dituduh ngerampok. Padahal iya kan? Kalau nggak ngerampok pasti mau dikembaliin, lah ini? Malah marah-marah nggak jelas kayak gini.
"Apa namanya kalau bukan ngerampok? Lo nggak mau ngembaliin benda yang jelas-jelas bukan punya elo tapi punya orang lain, dasar cowok gilaaa!" teriak Ify lagi. Sumpah demi apapun, Ify kesal setengah hidup, rasanya Ify ingin menampar si Rio dengan kotoran sapi, tepat dimukanya saking kesalnya.
"Elo yang gila, pokoknya gue nggak peduli sama sebutan elo, yang jelas yang harus elo tahu, gue nggak bakal ngembaliin uang gopek itu, ingat itu." kata Rio lagi sambil berbalik. Pemuda itu kini meneruskan langkahnya yang tertunda akibat teriakkan adik kelasnya tersebut tadi.
Ify di tempatnya geram, kalau saja ia punya apa yang bisa dilempar ingin rasanya sekarang dilemparkan ke kepala Rio yang tanpa dosanya berjalan dengan tenang itu.
Dada Ify naik turun menahan emosi, lalu menoleh pada Gabriel yang masih terdiam mengamati pertengkaran antara adik kelas bernama Ify tersebut dengan Rio sahabatnya.
"Kak, tolong dong bilangin sama sahabat elo itu, balikkin uang gopek gue." kata Ify lemah.
"Iya, gue coba ya nanti ngomong sama Rio." Gabriel berujar prihatin. Kasihan juga adik kelasnya ini. Gabriel benar-benar tak habis pikir dengan kelakuan Rio yang malah mempertahankan uang gopek milik gadis yang kini hanya mengangguk lesu tersebut, bukannya ngembaliin. Memangnya uang gopek itu buat apa sih? Masa iya mau dibeliin permen, kalau sampai benar, Rio benar-benar keterlaluan.
Tanpa mengucapkan apapun Ify berlalu dari samping kakak kelas sekaligus sahabat si perampok uang gopek. Gadis itu berjalan dengan lunglai menuju kelasnya. Oke, istirahat coba lagi, siapa tahu beruntung, pokoknya sampai lebaran kucing juga Ify akan tetap berjuang untuk mendapatkan kembali uang gopek miliknya, tidak boleh menyerah.
Gabriel yang sadar dirinya kini sendirian mulai menepuk jidat, tadi ia sempat melamun, untung saja tidak ada yang melihatnya, kalau ada yang melihatnya wah bahaya disangka kurang waras nanti.
Dengan gerakan setengah berlari Gabriel mulai menyusul dua orang tadi meninggalkan koridor kelas sepuluh Tiga ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Uang Gopek
Teen FictionLewat uang gopek, Ify dan Rio saling jatuh cinta. Pengen tahu kisahnya? Cek yuk di sini! Cover by @Hyderia ☺?.