Uang Gopek 23

1.6K 122 3
                                    

Nenek Sari hanya bisa pasrah mengiyakan tadi saat anaknya -Manda meminta ditemani ke supermarket. Sejujurnya dari hati yang paling terdalam nenek Sari malas ikut bersama anaknya itu, tetapi Manda -anaknya malah memelas, katanya kalau tidak ditemani dia akan kesepian tidak ada teman mengobrol. Dan pada akhirnya nenek Sari menyetujui ajakan tersebut, hingga di sinilah ia berada di sebuah stand buah-buahan segar seorang diri, karena Manda anaknya itu entah berada di mana kini.

Saat ini nenek Sari sedang memilih buah Apel, selain suka kue brownies nenek Sari juga suka buah apel, apalagi yang warnanya merah, duh nggak bisa digambarkan dengan kata-kata deh.

"Dea, mangganya mau berapa kilo memang?" Sebuah suara berhasil menghentikkan aktifitas nenek Sari memilih buah Apel.

Tunggu, Dea?

Kenapa rasanya nenek Sari nggak asing ya sama nama itu, pernah mendengar nama tersebut, dan rasa-rasanya nenek Sari punya masalah dengan nama Dea itu. Tapi, apa ya?

Nenek Sari menoleh ke samping, menatap lekat siluet orang bernama Dea tersebut. Gadis itu tengah berbincang dengan seorang wanita paruh baya yang kira-kira seumuran anaknya Manda, sementara gadis bernama Dea itu sendiri kira-kira seumuran dengan cucunya Rio.

Cucunya Rio.

Ah, Rio iya, nama itu, Dea nama yang sama yang Ify sebutkan sebagai selingkuhan cucunya, apa gadis di sampingnya ini yang membuat cucunya itu tega menyakiti hati Ify?

"Maaf nek, apa ada yang bisa saya bantu?" Tanya gadis bernama Dea tiba-tiba.

Nenek Sari terlonjak kaget. Kemudian berdehem, sedikit malu karena ketahuan memperhatikkan gadis bernama Dea seperti tadi, "Ah, tidak saya tidak membutuhkan apapun, terimakasih." Balas nenek Sari sambil tersenyum sopan.

"Baiklah kalau begitu." ucap Dea sambil balas tersenyum sopan pada nenek yang sedari tadi memperhatikannya dengan lekat tersebut.

Sepertinya bukan, pasti bukan Dea yang ini, nenek Sari sangsi gadis dengan senyum sopan, yang menawarkan bantuan tadi padanya adalah gadis jahat yang tega merebut pacar orang lain.

Nenek Sari kemudian menghilangkan pikiran buruknya mengenai gadis di sampingnya ini dan kembali memilih buah Apel.

Tapi, kemudian satu nama kembali membuat nenek Sari menghentikkan aktifitasnya.

"Ya ampun Dea, kamu kan tahu kalau Rio itu sukanya Semangka bukannya Melon." Seru wanita paruh baya mencegah gadis bernama Dea yang hendak  mengambil buah Melon tepat berada di samping buah Mangga.

Rio. Rio. Rio.

Cucunya? Jadi, gadis ini, adalah gadis selingkuhan cucunya. Ckck ternyata dugaan nenek Sari benar. Gadis ini, pura-pura sopan tadi tapi ternyata hatinya busuk juga, tega sekali dia merebut pacar orang dan membiarkan Ify sakit hati gara-gara ulahnya. Nenek Sari tak akan membiarkannya.

Nenek Sari harus memperingatkan gadis itu supaya meninggalkan cucunya, dan membiarkan cucunya kembali bersama Ify.

"Kamu, apa hubungan kamu dengan cucu saya Rio? Apa kamu tidak tahu kalau dia sudah punya pacar? Apa kamu tidak punya hati sampai-sampai tega nyakitin hati Ify dengan merebut cucu saya darinya? Seharusnya kamu juga sadar kamu ini juga seorang perempuan, bagaimana jika pacar kamu direbut perempuan lain?" Kata nenek Sari tiba-tiba marah sambil menatap Dea yang kini tengah kaget mendengar rentetan kata yang keluar dari mulut nenek Sari tersebut.

Dea mengerjap-ngerjap kaget atas ucapan nenek yang berada di sampingnya itu, nenek tersebut menatapnya dengan marah. Dea yang tak mengerti apa-apa hanya terkejut bingung, kenapa nenek di sampingnya ini? Tadi nenek tersebut memperhatikkan Dea dengan lekat dan sekarang nenek tersebut mengata-ngatai Dea sebagai perebut pacar orang. Dea bingung memangnya mereka kenal di mana, bertemu saja baru hari ini di sini? Dan astaga, siapa Ify? Lalu Rio, ada apa dengan kakaknya itu? Sial. Sepertinya salah paham, tapi salah pahamnya yang bagaimana? Atau mungkin.... nenek di depannya ini sudah mulai pikun? Ah, jadinya pusing.

"Kenapa kamu diam saja? Ingat ya kamu, kamu harus segera memutuskan cucu saya, karena saya lebih setuju dia pacaran dengan Ify, bukan kamu." Kata nenek Sari lagi berapi-api. Nenek sebel loh sama gadis di sampingnya ini, malah kayak orang bingung gitu, pasti dia lagi nyari cara buat kabur dari nenek, takut kan dia sama nenek, rasain aja kenapa berani-beraninya merebut kekasih orang.

"Maaf ibu, ini ada apa? Dan, apa maksud ibu berkata seperti itu pada anak saya?" Ibu Dea tiba-tiba bersuara. Sama seperti Dea, ibu Dea juga kaget bukan main mendapati kemarahan nenek di sampingnya kini. Memangnya siapa nenek di sampingnya ini? Apa sebelumnya dia pernah mengenal anaknya?

Kini tatapan nenek Sari teralih pada ibu Dea, "Kata Ify pacar cucu saya Rio, Rio selingkuh dengan orang yang bernama Dea, dan tadi kalian menyebut-nyebut nama Rio, itu pasti cucu saya kan? Kenapa, dia suka ngapel ke rumah kalian sehingga kalian membelikan buah kesukannya?" Sahut nenek masih dengan penuh emosi.

Dea melongo. Ibunya pun begitu. Heh, nenek ini salah paham, dia nyangka Dea orang yang di maksud pacar cucunya adalah Dea yang kini sedang dimarahinya padahal bukan sama sekali, dan ya ampun Rio itu kakak Dea, dan ibunya menyebut nama Rio itu karena memang dia adalah kakak Dea yang sama sekali tidak menyukai buah Melon. Ini perlu di luruskan.

"Maaf nenek, sepertinya nenek salah orang, saya bukan Dea yang nenek maksud, dan saya tidak pernah mengenal nama Rio cucu nenek serta Ify pacar cucu nenek. Tadi ibu saya bilang nama Rio itu adalah kakak saya." Jawab Dea mencoba meluruskan.

"Iya nek, Rio memang nama kakak Dea, kebetulan dia memang tidak menyukai Melon." Ibu Dea menambahkan.

Nenek terdiam mendengar penjelasan dua orang di sampingnya tersebut. Astaga, salah orang rupanya. Aduh, malu dong kalau kayak gini, mana nuduh yang nggak-nggak lagi, gimana nih kalau nenek dilaporin ke polisi gara-gara tuduhan ini, batin nenek jadi resah sendiri. Habisnya namanya Dea terus nyebut-nyebut nama cucunya Rio, kan nenek jadi curiga. Memang ya, kita tuh jangan mengira-ngira suatu hal, belum tentu kan suatu hal tersebut seperti apa yang kita pikirkan?

"Jadi kamu bukan orang yang sudah merebut cucu saya dari pacarnya? Dan kamu gak pernah kenal Rio cucu saya dan juga Ify?" Tanya nenek Sari memastikan.

"Enggak nek, saya baru aja denger nama Ify pas tadi nenek bilang, kalau nama Rio itu memang nama kakak saya." Jawab Dea sambil tersenyum sopan.

Nenek jadi ngerasa bersalah melihat senyuman gadis itu, bisa-bisanya nenek nyangka gadis baik seperti ini sudah merebut cucunya dari Ify. Tuh kan, perkiraan nenek Sari pertama kali tentang gadis ini memang benar, kalau gadis ini gadis baik yang nggak mungkin ngerebut pacar orang.

"Oh maaf ya nak,;nenek sudah salah sangka sama kamu. Nama kamu sama seperti gadis yang disebut Ify sebagai selingkuhan cucu saya." Jawab nenek Sari penuh sesal.

Dea dan ibunya mengangguk, keduanya lagi-lagi tersenyum sopan pada nenek Sari yang membalas senyum mereka dengan perasaan bersalah. Bagaimana bisa nenek Sari salah sangka pada kedua orang baik di depannya ini.

"Iya nek, tidak apa-apa. Kami harap maklum kok, nama saya dan kakak saya mirip, pantas nenek salah paham pada saya." Ujar Dea. Nenek serius, lebih ngerasa bersalah lagi dengan jawaban gadis di depannya ini. Sopan dan juga baik. Ya Tuhan, untung saja nenek nggak salah sangka pada Dea yang lain dan malah ke gadis bernama Dea yang ada di hadapannya ini. Sekarang, nenek kalau mendengar nama Dea satu kali lagi di manapun tempatnya, nenek janji bakal nanya dulu sebelum menuduh yang tidak-tidak.

"Oh iya kenalkan nama saya nenek Sari...

Dan pada akhirnya nenek Sari mengajak mereka mengobrol. Pada dasarnya nenek Sari memiliki sifat yang mudah sekali berteman, selain itu daripada merana seorang diri karena anaknya Manda entah kemana mending ngobrol ngalor ngidul sama orang yang baru dikenalnya.

Anaknya itu, tadi minta ditemani karena takut kesepian tak ada teman mengobrol, tapi sekarang entah ada di mana dan malah meninggalkan nenek Sari.

Uang GopekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang