Hallo maaf baru dipost lagi, mendadak ide hilang ini pun semakin ngaco ceritanya. Yang masih mau baca silahkan yang enggak juga nggak papa karena benar-benar membosankan semakin ke sini, ampun deh 😅.
Happy reading!
***
"Nenek ikut Yo." Nenek Sari berujar mantap. Saat ini Rio tengah meminta izin pada mama Manda dan juga nenek Sari perihal keberangkatannya ke kota Garut untuk menyusul Ify.
Ditemani Gabriel dan Cakka yang saat ini tengah terbengong-bengong menatap nenek Sari karena mendengar ucapan nenek gaul itu.
Serius, nenek Sari mau ikut? Mau ngapain di sana emang?
"Tapi, nek nanti kita nggak tahu mau tinggal di mana kalau udah sampai di sana." Bukannya Rio nggak mau ngajak sang nenek, tapi, emangnya neneknya itu bersedia tidur di masjid kalau saja tidak mendapatkan tempat tinggal untuk bermalam? Kan, pasti bakal nggak mau.
"Nggak papa kalau harus tidur di masjid juga."
Kali ini Gabriel dan Cakka membuka mulutnya lebar-lebar, sumpah demi apa?
Kok cucu sama nenek itu samaan ya, sama-sama punya otak kurang sekilo, masa demi seorang Ify rela tidur di masjid?
Hebat banget si Ify bisa meluluhkan dua orang itu.
"Nenek juga mau tahu keluarga nenek Ify di sana." Tambah sang nenek, berharap Rio mau mengajaknya. Memang, nenek Sari terkesan ikut-ikutan, padahal yang punya urusan anak muda, tapi nenek Sari serius pengen ikut, nenek Sari pengen berkunjung ke kota yang terkenal dengan makanan khas dodolnya itu.
Apalagi nenek Sari juga ingin mencicipi Endog Lewo, yang kata Retno -Teman perjalananya ke Thailand beberapa minggu yang lalu, hanya bisa ditemui di daerah Garut, tepatnya kampung Lewo.Rio tampak berpikir.
Diajak nggak ya? Kalau diajak nanti ribet, apalagi kan mengenai tempat bermalam belum jelas, Rio, Gabriel sama Cakka kalau nggak di masjid bisa di mobil, lah, kalau nenek gimana?
Kemudian pemuda itu melirik mamanya yang sedari tadi hanya diam di samping sang nenek, meminta jawaban.
Mama Manda mengangguk, pertanda kalau Rio harus mengizinkan sang nenek untuk ikut bersamanya.
"Ikut ya, Yo." Pinta nenek kali ini dengan memelas. Rio jadi kasihan.
"Ya udah nek, kalau mau ikut. Rio ajak."
Sang nenek tersenyum cerah ketika mendapat persetujuan dari Rio.
Sementara Gabriel dan Cakka yang mendengar keputusan sahabatnya tersebut hanya berdoa dalam hati semoga nenek Sari nggak bikin mereka repot, dan nggak bikin kuping mereka panas sepanjang perjalanan.
***
Malam menjelang ketika akhirnya Rio, Gabriel, Cakka serta nenek Sari tiba di kampung Kamayangan. Rio yang bertugas sebagai supir menepikan mobilnya di sebuah lahan kosong.
"Udah sampai nih?" Gabriel mengajukan pertanyaan ketika menyadari Rio memberhentikkan laju mobilnya.
Jadi, di sini toh tempatnya? Setelah berjam-jam perjalanan tadi akhirnya sampai juga di tempat yang si Ify itu tinggali saat ini.
"Menurut si bapak di masjid tadi sih iya, tuh di seberang Sekolah Dasar." Sahut Rio sambil melepaskan seatbeltnya. Pemuda itu kemudian membuka pintu kemudi, lalu keluar dari dalam mobil.
Yang lain mengikutinya kemudian.
"Terus kita ke mana nih?"
Rio juga tidak tahu kalau ditanya begitu. Tadi si bapak di masjid yang entah siapa namanya hanya memberi tahu kalau kampung Kamayangan itu dekat dengan Sekolah Dasar, pas ditanya rumah nenek Ify di mana si bapak menggeleng sambil minta maaf. Katanya meskipun tetanggan kampung si bapak gak tahu kalau ada nama Ify tinggal di kampung Kamayangan. Meskipun Rio menyebutkan nama ibu Ify, si bapak tetap menggeleng.
KAMU SEDANG MEMBACA
Uang Gopek
Teen FictionLewat uang gopek, Ify dan Rio saling jatuh cinta. Pengen tahu kisahnya? Cek yuk di sini! Cover by @Hyderia ☺?.