Sebenarnya ini artikel yang nggak nyambung dengan spirit 'Jejak Cinta', tapi aku nggak tahu mau ditaruh dimana artikel ini. Jadi disemayamkan aja dulu disini , ya :)
*******
Pipiet Senja adalah nama pena Etty Hadiwati Arief, lahir di Sumedang, 16 Mei 1957 dari pasangan Hj.Siti Hadijah dan SM. Arief (alm) seorang pejuang’45. Novel yang telah ditulisnya ratusan, belum lagi cerpen-cerpennya, tapi yang telah diterbitkan sebagai buku baru 186.Pipiet Senja harus ditransfusi darah secara berkala seumur hidupnya karena penyakit thalassemia. Ini adalah penyakit kelainan darah bawaan yang disebabkan oleh berkurangnya salah satu zat pembentuk hemoglobin sehingga menyebabkan hemoglobin berkurang. Penderita akan terlihat pucat dengan perut membesar karena pembengkakan limpa dan empedu. Pipiet menjalani transfusi darah setiap satu hingga dua bulan sekali sejak tahun 1969 termasuk bagian kantung empedunya.
Beliau memiliki dua orang anak yang selalu membangkitkan semangat; Haekal Siregar dan Adzimattinur Siregar yang keduanya juga penulis. Novel Cover boy Lemot karya Adzimattinur adalah salah satu favorit saya saat SMA hehe..
Beliau sangat mencintai dunia menulis sejak tahun 1975. Ketika kecil beliau sudah kecanduan dongeng dan mendengarkan siaran wayang golek. Ketika sudah bisa membaca sendiri ia pun menjadi kecanduan membaca berbagai buku. Bakat menulisnya pun ditularkan oleh sang ayah yang notabene adalah seorang prajurit. Pipiet kecil pun suka sekali membenamkan kerinduannya di buku hebat koleksi sang ayah ketika ia sedang rindu pada sang ayah yang ditugaskan dimana-mana.
Di sela-sela pengobatan penyakitnya, di antara kerepotan yang harus dialami karena bolak-balik transfusi darah, Pipiet Senja tetap menulis. Saat opname di RS Polri tahun 2009 ia tetap menulis dan merampungkan dua novel anak. Bahkan beliau tidak sadar infusnya yang tergeser-geser dan tertekan terlalu kuat saat menekan keyboard sudah berdarah. Beliau baru ngeh saat darah menetes ke keyboard laptop. Setelah dirawat di RS Polri beliau sempat menjalani operasi laparatomi di RSCM tanggal 10 September 2009, bertepatan dengan bulan Ramadhan.
Selain menderita thalassemia Pipiet juga mengalami KDRT selama bertahun-tahun. Suami yang tidak mau mengakui anaknya, ringan tangan, dan jarang memberi nafkah membuatnya harus berjuang menghidupi keluarganya. Bahkan pernah satu kali kakinya patah karena perbuatan sang suami, yang menyebabkan beliau tidak bisa berjalan selama berbulan-bulan. Selain dengan mendekatkan diri pada Yang Maha Kuasa, beliau mengatasi masalahnya dengan menulis. Menulis menjadi semacam terapi bagi Pipiet Senja saat ia merasa terpuruk, sedih, dan tertekan. Dengan menulis beliau tidak hanya menyalurkan emosinya, tapi juga mendapat uang untuk menafkahi keluarganya dan biaya pengobatannya.
“Ayo menulislah yang baik, dan jadikan tulisan kita sebagai media dakwah. Menulislah, sebab tulisan akan dikenang meski orangnya telah mati,” pungkasnya.
Pipiet Senja adalah mother of authors sekaligus motivator bagi para penulis muda. Ketangguhannya dalam menjalani hidup dan tetap produktif berkarya menjadi semacam tamparan bagi mereka yang memiliki kemudahan tapi masih melempem dalam karya (eh, itu saya! Getok kepala sendiri).
Novel-novel karya Pipiet Senja yang sudah mencapai ratusan lebih antara lain adalah, Dalam Semesta Cinta, Jejak Sevilla, Kepada YTH ... Presiden RI, Jurang Keadilan, 9000 Bintang, Meretas Ungu, Namaku May Sarah, Catatan Cinta Ibu dan Anak dan masih banyak lagi. Ribuan cerpen dan artikel pun ia telah ciptakan, baik yang sudah maupun belum diterbitkan, dan karya-karyanya pun tersebar di berbagai media seperti, Pikiran Rakyat, Republika, Majalah Paras, Kartini, Alia, Ummi, dan masih banyak lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jejak Cinta
Non-Fiction#40-parenting on 26/6/2019 #18-parenthood on 29/7/2019 (Patut disyukuri untuk newbie seperti aku. Alhamdulillah..) Karena menjadi orang tua berarti petualangan, pembelajaran, pengalaman tanpa henti. Proses panjang, seumur hidup. Apa yang kutulis dis...