28 Mei 2018, Masjid Jami' Abu Ad Darda'
Selama Ramadhan kami mengajak Ayyash safari masjid, sholat isya dan tarawih bergantian tiap malam dari satu masjid ke masjid lain. Malam ini giliran masjid Abu Ad Darda', one of Ayyash's favourite. Setelah isya berjamaah, Ayyash menolak ikut tarawih. Iya sih, tantangan tarawih di masjid ini cukup W.O.W bahkan bagi orang dewasa. Apa lagi anak kecil. Satu malam bacaan surat sesudah Al Fatihah adalah satu juz. Jadi kira-kira dua lembar per rakaat. Cukup berat untuk anak usia enam tahun.
Karena nggak ikut sholat, Ayyash nemenin emaknya yang lagi haid dan terpaksa nongkrong di pelataran masjid. Makyas lagi menyelesaikan artikel yang tenggatnya besok pagi, sementara Ayyash berlarian di teras masjid yang luas. Tak lama dia nyamperin emaknya dengan napas ngos ngosan.
"Nda-hosh hosh-ada orang-hosh buang sam-hosh-pah sembarangan hosh hosh. Gimana-hosh tuh, Nda? Hosh hosh."
"Menurut Ayyash gimana?" Makyas nanya balik. Emang hobinya ini, kalo ditanya anaknya dia bakal nanya balik. Ayyash duduk di depan emaknya sambil ngatur napas.
"Bagusnya Ayyash bantu, buang ke tong sampah. Gitu nggak?"
"Ya boleh. Kalo orangnya nggak tahu lagi udah dimana, Ayyash langsung masukkan aja sampahnya ke tong."
"Okeh." anak itu segera melesat. Tak lama dia kembali lagi dengan muka serius. "Banyak kali sampahnya, Nda. Di situ," sambil nunjuk ke balik tiang, "di rumput, di tangga juga. Hadhoohh."
"Menurut Ayyash baiknya kita gimana?"
"Yawdah lah, Ayyash beresin. Boleh?"
"Boleh."
Jadilah dia bolak-balik memunguti sampah dan memasukkannya ke dalam tong sampah. Berlarian di sepanjang selasar, menunduk di balik meja-meja bekas hidangan berbuka, mengambil plastik dan bekas air kemasan yang berserakan. Beberapa kali bertemu anak-anak sebayanya yang bingung melihat Ayyash bagai kereta langsir. Dari jauh Makyas melihat Ayyash terlibat percakapan singkat dengan mereka dan diakhiri dengan ikutnya anak-anak itu memunguti sampah. Tapi emang Ayyash cuek, dia tinggal aja tuh mereka, malah berlari ke tempat yang lebih jauh, yang lebih banyak sampah. Hahahah. Akhirnya kembali, hanya dia yang memunguti sampah. Yang lain bubar wakakak.
Bertepatan dengan selesainya empat rakaat pertama tarawih, selesai juga kegiatan Ayyash membersihkan sisi kanan pelataran masjid. Dengan peluh berlelehan di kening hingga punggung dia duduk di depan emaknya.
"Capek, Say?" dia ngangguk. "Masyaallaah.. Pahlawan anak Bunda. Keren. Waktu yang lain bikin kotor, Ayyash nggak ikutan. Malah bikin bersih. Tabarakallah, semoga berlimpah pahala ya Ayyash.."
"Itu perbuatan baik, ya?"
"Iya dong."
"Kenapa mereka nggak buang sampahnya di tong sampah?"
"Mungkin karena kebiasaan. Karena terbiasa buang sampah sembarangan, waktu di masjid pun, walau sudah kelihatan tong sampah dimana-mana, ya tetap buang sampahnya sembarangan."
"Nggak bagus, ya?"
"Kira-kira?"
"Nggak. Kan ini rumah Allah. Masak dikotorin. Karena kebersihan itu sebagian dari iman. Kotor itu sebagian dari apa, Bunda? Dari dosa ya?"
"Hehehe.. Kalau mereka kotor, jorok, berarti imannya sedang rendah. Kurang imannya."
Lantas Makyas menelepon suaminya yang sedang tilawah di dalam masjid, nanyain bekal minum Ayyash yang memang bergabung dengan perlengkapan Abyas. Kasihan nih anak udah mandi keringat, pasti haus heheh.
Malam itu Ayyash jauh lebih happy dari malam sebelumnya. Sepertinya energi berbuat baik membuatnya jadi lebih bahagia. Sampah-sampah itu memang pasti akan diberesin oleh para petugas kebersihan masjid setelah tarawih berjamaah selesai. Masjid sebesar Abu Ad Darda' punya pasukan kebersihan yang sigap dan jumlahnya banyak. Para relawan disana juga sangat loyal, Masyaallaah. Tapi tak masalah kan, kalo anak kita berinisiatif memunguti sampah yang dia lihat? Toh itu membantu meringankan kerja mereka juga. Lagipula semua jamaah seharusnya punya tanggung jawab memelihara kebersihan masjid. Malu, euy. Umat Islam yang bahkan ajaran tentang kebersihan disebutkan secara eksplisit dalam aturan agama malah nggak mengamalkannya. Gimana mau think big kalo yang kecil-kecil gini aja masih keok?
Kebaikan kecil yang dilakukan Ayyash mungkin cuma segede tungau, kalo dilihat-lihat. Tapi kami percaya kebaikan kecil itu Insya Allah punya dampak yang nggak kecil--paling tidak untuk dirinya. Bahwa kebaikan kecil juga bakal dihitung sama Allah, diberi ganjaran pahala, jadi tabungan untuk akhiratnya. Juga bahwa kebaikan yang kueciiiiiillllllll pun akan membawa rasa bahagia di hatinya, Insya Allah.
#selfreminder
KAMU SEDANG MEMBACA
Jejak Cinta
Non-Fiction#40-parenting on 26/6/2019 #18-parenthood on 29/7/2019 (Patut disyukuri untuk newbie seperti aku. Alhamdulillah..) Karena menjadi orang tua berarti petualangan, pembelajaran, pengalaman tanpa henti. Proses panjang, seumur hidup. Apa yang kutulis dis...