Catur, Halma, dan Ludo

17 2 2
                                    

Makyas belum pernah merasakan bahwa bermain catur itu asyik, sampai melihat Ayyash bermain catur. Di beberapa langkah dia memang bingung, misalnya langkah kuda yang membuatnya harus membentuk huruf L imajiner. Tapi bisa Makyas katakan, untuk anak usia enam tahun, Ayyash lumayan gemar bermain catur. Belum mahir, tapi nggak papa. Bersenang-senang dahulu, mahir kemudian hihihi.

Apa manfaatnya? Jelas, dia akan 'terpaksa' lebih tenang. Saat bermain memang dia tetap lasak, dikit-dikit berdiri, Jalan mondar-mandir. Atau sesekali bersenandung. Membuat lawannya nggak bisa mikir, hahaha. Tapi saat dia yang harus mengambil langkah, dia akan diam. Both his body and mouth. And it's a good progress. Lalu, catur juga melatihnya menyusun strategi, berpikir matematis, dan menyiapkan mental ; elegan saat menang dan siap jika kalah.

Selain catur, board game yang dia sukai adalah halma. Menggunakan delapan bidak dan setengah bagian papan catur, halma mengharuskan Ayyash memindahkan bidaknya ke wilayah lawan. Sama sih, ini soal berpikir strategis dan matematis. Abyas yang punya andil mengajarkan permainan ini. Berikutnya ludo. Yang ini lebih gampang, tapi Makyas mengakalinya dengan menggunakan dua dadu. Akhirnya, secara nggak sadar Ayyash belajar matematika dengan menghitung jumlah mata daku hehehe.

Tiga permainan itu akan membuat matanya berbinar-binar dan bersemangat. Biarpun kecewa--bahkan pernah menangis--kalau kalah (biasanya Ayyash kalah dari Abyas dan Opungnya), tetap dia suka memainkannya.

Jejak CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang