Sore tadi saya mengamati Ayyash dari dapur. Sambil ngubek-ngubek bahan masakan untuk makan malam hari ini. Anak itu sedang mandi, mengguyur kepalanya dan melumuri badan dengan sabun sambil ketawa-ketiwi riang. Mandi sendiri. Katanya dia sudah besar, nggak mau lagi dimandikan. Tidur juga di kamarnya sendiri. Jadi disinilah saya, mengamati dari jauh, takut kalau-kalau dia terpeleset atau matanya kemasukan sabun.
Sekarang dia sedang tidur. Biasanya kami punya momen khusus sebelum tidur. Semacam 'pillow talking'. Ngobrol ringan, saya menceritakan dongeng, mengulang hafalan ayat pendeknya, atau menyanyi. Yaa.. Seperti anak dan emak pada umumnya. Tapi malam ini begitu kepalanya ketemu bantal, Ayyash langsung miring kanan dan merem. Saya cuma sempat mengiringinya membaca doa tidur T_T
Anak ini biasanya nempel banget sama saya. Apa yang saya lakukan akan diikuti dan ditirunya. Saya masak, dia mau ikut masak. Saya nyapu, dia juga ambil sapu. Saya packing orderan, dia siap-siap mengguntingi selotipnya. Saya mencuci, dia masuk ke ember sambil ngucek cucian hehe.. Hal-hal yang kemudian berujung pada agenda yang molor, kerjaan yang nggak kunjung kelar, rasa masakan yang makin aduhai (kadang Ayyash suka bereksperimen dengan bumbu), atau masuknya lego ke dalam paketan yang akan dikirim :D
Tapi seharian ini dia punya agenda sendiri. Pagi-pagi sarapan tanpa ingin ditunggui. Bermain sendiri, nggak berusaha ngintilin saya di dapur sambil kepo, "Bunda ngapain? Masak apa? Ayyash mau cuci ikaaann."
Saat saya packing, dia hanya melirik dan sibuk memainkan 'monster' yang dibuatnya dari jepitan jemuran. Sore ini mandi dan tidur sendiri.
Trus saya? Harusnya seneng dong ya. Kerjaan kelar tanpa halangan. Agenda on time, tanpa ada teriakan dan helaan nafas. Rumah rapiii.. Nggak ada kepingan lego berhamburan di ruang tengah, cat air di lantai ruang tamu, atau bola di meja makan. Tapi rupanya tidak, sodara-sodara hix... Saya kangen sama kekacauan yang biasa kami hadapi. Rindu sama kehebohan yang bikin istighfar wal elus-elus dada tapi enak ditertawakan di ujung hari. Nggak enak nyuci sendiri, tanpa Ayyash yang bolak balik memasukkan cucian bersih ke ember yang salah. Nggak seru masak tanpa Ayyash yang nangis melihat ikan yang dibersihkannya masuk penggorengan ("dia ikan baik bundaaa.. Kenapa digoreeng?? Huhuhuuuu..")
Mungkin karena, hal-hal seperti ini sebenarnya keseruan alih-alih petaka. Karena bisa jadi, 3-4-5 tahun kedepan, saya akan kehilangan momen demi momen. Nggak ada lagi balita yang merengek minta disuapi dan pura-pura jadi bayi. Atau anak lelaki kecil yang menyemprotkan pistol air ke seluruh ruangan dengan alasan mengusir laba-laba. Saat dia sibuk dengan pe er, takkan ada yang kepo ngintilin saya saat packing dan memasak lagi. Atau saat sepeda dan sepak bola bareng teman-teman mengisi sorenya, saya akan kangen menyuapinya cemilan sambil nonton upin ipin. Pasti rindu menemaninya jumpalitan, memanjat dan tunggang langgang di taman bermain, dengan tenaga alkaline nya yang nggak habis-habis itu.
Bener kata Ummu 'Urwah Hafidzohallah, semua kerepotan dan kekacauan ini akan cepat sekali berlalu. Dan kita akan sangat merindukannya. Rindu pada mainan yang tak terhitung, yang bertebaran di lantai. Rindu pada tangisan dan rengekan, atau pada tarikan manja di blus kita. Rindu pada gumpalan plastisin, ceceran cat air, atau serakan pasir di teras depan dan robot-robotan yang terbang ke atas lemari. Semua emak menghadapi hal yang kurang lebih sama. Dan hanya perlu bersabar, serta merekam tiap momen indah yang takkan terulang :)
25112015
KAMU SEDANG MEMBACA
Jejak Cinta
Non-Fiction#40-parenting on 26/6/2019 #18-parenthood on 29/7/2019 (Patut disyukuri untuk newbie seperti aku. Alhamdulillah..) Karena menjadi orang tua berarti petualangan, pembelajaran, pengalaman tanpa henti. Proses panjang, seumur hidup. Apa yang kutulis dis...