Ada Ide Apa?
Jadi, belakangan ini Ayyash kayaknya butuh jalan-jalan. Bukan.. Bukan ke alpa buat jajan ciki. Dia mah minta ke emol. Lha, tanggung bulan gini? Saat dompet tipisnya udah mirip peci? Nggak kuku, bo'!
Ya udah lah, Makyas bawa aja ke taman kota di Jalan Diponegoro sana. Makan siang, lari-larian, main dan ngobrol. Waktu kami sedang duduk-duduk sambil menghabiskan sebungkus nasi uduk dan omelet jamur, Ayyash nyeletuk, "Kapal yang disana itu Lancang Kuning ya, Nda?"
Makyas ngangguk. Di taman kota memang ada replika Lancang Kuning.
"Ngapain dia cuma duduk disana ya? Kenapa nggak berlayar, ya?"
"Lha kan itu cuma replika, Nak. Tiruan aja. Bukan asli."
"Seharusnya dia dilepaskan aja dari kabel-kabel itu," maksudnya kabel lampu hias di sekeliling badan kapal. "Nanti dia bisa berlayar malam, di kolam ini aja, nggak usah ke laut dalam."
"Terus?"
"Kolamnya kotor," maksud Ayyash waduk di dalam taman kota. Iya sih, banyak sampah. "Bersihkan dulu kolamnya, terus betulin kapalnya. Kasih lampu hias yang baru, kasih mesin, nanti bisa lah dia berlayar malam di kolam ini. Jadi anak-anak tahu, ooh gini ya Lancang Kuning yang berlayar malam itu.."
Saya manggut-manggut, membiarkan Ayyash dengan ide dan impiannya.
"Terus?"
"Teruuus, dapat uang lah. Bisa untuk beli bensin, hehehe."
"Terus, yang ngerjakan siapa?"
"Oh iya. Siapa?"
"Taman kota ini di bawah pengawasan Dinas Tata Kota kalo nggak salah. Jadi pengelolaan dan rencana kayak yang Ayyash bilang tadi, dikerjakan dan diawasi Dinas Tata Kota."
"Terus gimana Ayyash kasih tahunya?"
"Kita bisa tulis surat kesana. Ke Kepala Dinas atau langsung ke Wakil Walikota. Gimana?"
"Ayyash belum bisa nulis.."
"Kita bisa kirim email pake video? Nanti Ayyash ngomong di videonya. Mau?"
"Mm... Ayyash ma-lu.." dia cengar-cengir. Makyas senyum aja, sambil membersihkan pipi si Intan Payung dari remah-remah nasi uduk.
Jujur nih ya, jujur. Makyas agak kuciwa. Tadinya Makyas berharap anaknya bakal antusias, menyampaikan idenya tadi. Mengingat Ayyash anak yang bersemangat, banyak ide, suka berpikir jauuuhh ke depan. Ah, Makyas lupa. Ayyash kan masih anak-anak juga. Masih gamang, kadang nggak pede, dan butuh sokongan penuh orang di sekitarnya. Pe er besar untuk Makyas, agar anaknya lebih pede dan bisa mengoptimalkan potensinya.
"Nggak usah malu, kita coba aja. Kan bagus itu ide Ayyash. Nanti Bunda bantu."
"Nggak lah, nggak usah."
"Ciyus nih? Bunda bantu kok. Nggak apa-apa ngirim email begitu. Kan ide Ayyash bagus."
"Nggak. Nggak usah," dia mulai kelihatan nggak nyaman.
Oke, Makyas putuskan untuk berhenti mendorongnya. Biar dia berpikir lagi, menimbang lagi. Walaupun rasanya sayang jika ide tidak dilaksanakan atau disuarakan. Mungkin lain kali Ayyash akan lebih berani mengungkapkan idenya. Walaupun pada orang penting seperti Wawako. Dia akan belajar, tentu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jejak Cinta
Non-Fiction#40-parenting on 26/6/2019 #18-parenthood on 29/7/2019 (Patut disyukuri untuk newbie seperti aku. Alhamdulillah..) Karena menjadi orang tua berarti petualangan, pembelajaran, pengalaman tanpa henti. Proses panjang, seumur hidup. Apa yang kutulis dis...