Jadi kisahnya, Makyas baru kembali dari dapur, membawa sepiring mi goreng untuk cemilan sambil menimbang kurma. Begitu sampai ruang depan, Makyas melotot, melongo, menahan napas melihat anaknya dan--apa itu?--timbangan? Eum.. Jeroan timbangan kayaknya.
"Ayyash lagi ngapain sama timbangan Bunda?" duduk dulu, kunyah sesendok mie, keep calm.
"Ini kan, Nda. Rupanya lukisan yang angka-angka ini. Lihat sini, lihat. Ya kan?" Ooh jadi dia pengen tahu angka-angka di papan timbangan itu bentuknya gimana.
"Iya. Kelihatan. Trus kenapa itu timbangan jadi modol morot gitu?"
"Ayyash lihat, dalamnya ini kayak katrol. Kalo kita tekan di atas sini, yang besar turun, yang kecil naik."
Makyas mencoba mengorek dalam-dalam ingatannya tentang katrol dan neraca. Maklum, terakhir kali belajar fisika ya waktu SMP.
"Kayak speedometer mobil ini, angka-angka di depannya ini. Jarumnya muuter gini, kayak punya Mio J."
"Iya, ngerti. Tapi kenapa timbangannya dibongkar gitu? Ayyash mau lihat dalamnya?"
"Iya. Penasaran Ayyash."
"Tapi bisa dipasang lagi, nggak?"
"Hmm. Nanti."
"Itu untuk jualan lho, nak. Ntar rusak, Bunda nggak bisa nimbang kurma lagi."
"Nggak akurat lagi, ya?"
"Iya. Pasang lagi, ya." walaupun Makyas nggak yakin timbangannya masih akurat.
"Hmm. Lihat, kayak speedometer kan? Kan?"
Makyas garuk-garuk kepala sambil nyengir. Untungnya pesanan Jumat sudah ditimbang semua. Lucu2 juga ngelihat Ayyash ngebolak-balik timbangan itu sambil menekan atasnya. Lalu menaruh berbagai benda sambil menggumamkan angka yang ditunjuk jarum, " dua ratus, delapan ratus, sepuluh ratus, eh? Sepuluh ratus?"
"Seribu," Makyas nyahut. Yaudahlah. Karena anaknya masih asyik, Makyas balik kanan dan lanjut makan.
"Haa! Kok masih muter2 dia?" Ayyash berseru. Makyas menoleh dan tersedak sawi. Itu wadah plastik untuk kurma sudah bertebaran, ada yang bertumpuk ada yang bercecer di lantai. Kipas angin menderu dengan kecepatan maksimal. Di atas timbangan, sebuah wadah berisi macam-macam printilan. Balon pecah salah satunya.
"Ngapain itu, Nakkuuu?"
"Heran ayyash. Kan angin (kipas) ini kena kesini (wadah plastik), tapi kenapa ini (balon) goyang juga?"
"Oh, kan ada anginnya yang kena ke pinggir wadah ini, yang bagian dalam. Anginnya bisa jadi muter ke dalam wadahnya, kena ke balon, makanya si balon muter juga." Kacao. Makyas harus belajar IPA lagi iniiihh biar jawabannya nggak ngasal.
Kayaknya Ayyash cukup puas dengan jawaban tadi, jadi sesudah sepuluh menit bermain dengan timbangan, wadah, balon dan kipas angin, dia membereskan pernak-perniknya, termasuk timbangan yang cedera tadi. Makyas juga puas, walaupun tadinya agak keki timbangannya dipreteli. Paling tidak malam ini Ayyash belajar fisika melalui praktik. Katrol, gaya kinestetik, neraca. Lalu belajar matematika, mengenal dan menghitung angka. Makyas senang bis mendapat 'sisi bintang' Ayyash malam ini. Bahwa dia suka belajar sains dan rasa ingin tahunya tinggi, bahwa dia juga bertanggung Jawab dengan merapikan pernak-pernik yang dipakainya dan kembali memasak timbangan yang dieksekusi tadi.
Tapi oh tapi, kenapa jarum timbangannya stay di kiri? Kenapa nggak bisa ke kanan? Nooo!
"Chagi, kayaknya kita kudu beli timbangan baru, deh." Teteup, ujungnya Abyas juga yang kena todong hehehe.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jejak Cinta
No Ficción#40-parenting on 26/6/2019 #18-parenthood on 29/7/2019 (Patut disyukuri untuk newbie seperti aku. Alhamdulillah..) Karena menjadi orang tua berarti petualangan, pembelajaran, pengalaman tanpa henti. Proses panjang, seumur hidup. Apa yang kutulis dis...