"Gimana sih cara manajemen gadget Adit?" begitu pertanyaan dari seorang senior. Saya jadi garuk-garuk kepala, soalnya rasanya sih manajemen gawai yang saya lakukan masih jauuuhh dari sempurna. Saya aja bingung ngejelasinnya hehehe. Yo wes saya tulis lagi disini bukan untuk ajang pamer, tapi untuk pertimbangan untuk ibu-ibu yang mau mendisiplinkan gawainya. Kalo ada yang punya cara lebih ampuh dalam mengelola pemakaian gawai, monggo dishare heheh..
Ups, sekedar info. Gawai itu bahasa baku untuk gadget yaa..
1. 21.00-23.00
Saya pegang gawai sejak jam sembilan malam. Jam 19-21 itu khusus untuk keluarga. No boxes hours kalo kata Abah Ihsan (ahli parenting). Setelah jam sembilan adalah saat saya membalas semua chat yang masuk di kurun waktu 19-21 atau sebelumnya, yang belum sempat terbalas. Sebenarnya sering bablas sih waktu ini. Biasanya saya ketiduran jam segini, ntar bangunnya jelang tengah malam, nyaingin si... Ah, jangan sebut nama deh.2. 03.00-04.00
Naah..ini waktu kencan khusus sama gawai heheh.. Di jam ini saya biasa nulis, mengedit foto, membuat design, atau mengedit dan memposting tulisan teman-teman di Rumbel Menulis IIP Pekanbaru. Setelah itu saya ngerjain PR ; mencuci, memasak dan bersih- bersih.3. 07.00-16. 00
Nggaaaakk..di jam ini bukan saya teruuus main gawai. Ini jam kebersamaan dengan Ayyash. Berhubung Ayyash HS, jadi kegiatannya full dengan saya. Di jam ini saya akan minta izin ke Ayyash kalau perlu bergawai ria. Misalnya untuk mengunggah foto-foto yang sudah diedit dini hari tadi, mengunggah status, atau membalas chat singkat. Sesudah foto diunggah, dan chat dibalas, ya gawainya ditaruh jauh-jauh.Kadang-kadang saya perlu memakai gawai agak lama. Misalnya kalau ada jam materi di kelas perkuliahan IIP. Nah, kalau begitu saya minta izin sama Ayyash, "Yash, bunda izin pakai hape dua puluh menit, ya. Bunda mau ikut kelas dulu." Nah kalau sudah diizinkan ya pakailah gawai itu sebaik mungkin. Begitu dua puluh menit selesai, kembali ke Ayyash lagi. Gawainya taruh dulu. Pernah nggak hampir seharian pakai gawai dan lappy? Pernah. Waktu itu ada kerjaan yang hectic banget. Ayyash terpaksa main lego dan mobil-mobilan sendiri. Setelah itu saya coba menebus waktu yang terbuang di kesempatan lain. Sore hari atau saat no boxes hours.
4. 17.00-19.00
Sebenarnya sama juga sih, dengan jam di atas. Kondisional, kalau Ayyash lagi me time dengan teman-temannya saya bisa bergawai ria walau cuma sebentar. Membalas chat, mengunggah status, menulis kisah singkat (misalnya satu chapter After Sonshine), atau membaca postingan bermanfaat. Tapi seringnya saya ikutan main sama anak-anak itu wkwkwkw.Apa jam ini saklek? Nggak juga. Ada saatnya saya harus mengikuti kulwap di jam delapan malam, misalnya. Maka saya akan bilang satu atau dua hari sebelumnya ke Ayyash dan Abyas supaya mereka bisa berkegiatan tanpa saya. Atau saya harus ngerjain sesuatu menggunakan laptop agak lama. Ya kalo mendesak maka Ayyash kadang harus dikondisikan. Saya sediakan tontonan sehat, misalnya. Jadi waktu saya kerja, Ayyash bisa nonton. Nggak lebih dari satu jam karena Ayyash masih harus membatasi jumlah screening time nya.
Yang terpenting itu konsistensi. Komitmen untuk patuh sama jadwal yang sudah disepakati. Bagi saya dan Abyas, pengalaman tentang masalah tumbuh kembang Ayyash karena terpapar gawai dan TV sejak bayi adalah salah satu pengingat. Cukup deh, dua tahun mellow dan nyalahin diri sendiri gegara gawai dan TV. Bukan berarti Ayyash benar-benar dijauhkan dari gawai--ya kali zaman sekarang nggak ngikutin teknologi. Tapi akan ada masanya nanti dia boleh bereksplorasi dengan gawai dan internet. Kalo TV? Dibatasi juga. Tiga puluh menit sehari. Itu pun sering nggak diambil Ayyash haknya.
Seiring waktu saya memahami bahwa gadget and television free bukan berarti nggak berinteraksi sama sekali, tapi nggak merasa tergantung dan 'hampa' tiap kali jauh dari gawai dan TV. Masih banyak kegiatan lain yang nggak kalah asyik selain duduk menatap layar.
Semoga bermanfaat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jejak Cinta
Non-Fiction#40-parenting on 26/6/2019 #18-parenthood on 29/7/2019 (Patut disyukuri untuk newbie seperti aku. Alhamdulillah..) Karena menjadi orang tua berarti petualangan, pembelajaran, pengalaman tanpa henti. Proses panjang, seumur hidup. Apa yang kutulis dis...