Pohon Literasi

43 4 0
                                    

Jauh sebelum masuk materi "Menstimulasi Anak Suka Membaca" di kelas Bunda Sayang IP, Makyas udah berimajinasi. Nanti pohon literasinya bakal dia lukis sendiri, lengkap dengan burung-burung dan pelangi. Jadi waktu sampai ke materi ini, Makyas makin happy. Trus ngajak anaknya bikin pohon literasi sendiri.

Rupanya Ayyash juga semangatnya besar. Walau minta digendong karena kondisinya belum pulih benar, santai dia ngajak emaknya ke semak belukar. Terus ngambil ranting kering dari pinggir kebun, sambil nyengir lebar. Nggak nyadar emaknya baper, karena impiannya buyar.

"Lha kok pake ranting kering sih, Yash? Kita lukis aja di tembok 'napa?"

"Kan namanya pohon literasi, Nda. Jadi harus mirip pohon betulan, la."

"Kita cat, ya?" Makyas nggak hilang akal.

"Taaak.."

"Kita balut pake kertas krep warna-warni!"

"Tidak."

"Eum.. Pake cat semprot?"

"Tidak."

Ayyash santai pulang ke rumah, ninggalin emaknya yang hampir mewek, bete parah. Abyas cengar-cengir doang, nggak berani bantah. Lha wong memang nggak salah sih, bikin pohon dari ranting patah.

"Nanti daunnya pake apa, Nda?"

"Pake origami aja, ya. Nanti tiap judul buku yang sudah Ayyash baca kita tulis di daunnya. Trus digantungin di pohonnya."

"Ayyash je?"

"Nggak. Abi sama Bunda juga. Tiga cabang ini, satu punya Ayyash, satu Abi, satu Bunda."

"Nanti kalau banyak banyak banyak Ayyash baca buku, gimana?"

"Daunnya jadi banyak banyak banyak juga! Asyik kan?"

Ayyash memiringkan kepala, menimbang-nimbang kalimat emaknya. Terus dia loncat-loncat sambil bertepuk tangan bahagia. Lha, kok udah kuat aja? Tadi kan masih lemes-lemes manja?

"Berarti ini kayak ngasih makan pohon! Makin banyak kita membaca, makin subur pohonnya, makin banyak daunnya!  Yeyeye, asyik ini! Asyik!"

"Terus, nambah ilmu juga."

"Hahaha.. Iya. Kayak otak. Dikasih makan ilmu. Ayyash kan suka baca, nanti rimbun cabang Ayyash. Punya Abi meranggas hihihi.." astaga jahilnyaa..

Hati Makyas yang tadinya loyo, jadi sumringah. Biarin deh, nggak jadi melukis pohon di tembok rumah, asalkan pesan  materi ini nyampe ke anaknya dengan mudah. Oke lah dia belum lancar membaca, baru mengeja dan terpatah-patah. Asal rasa cintanya pada buku nggak punah.

Semoga kelak Ayyash nggak cuma bisa membaca, tapi juga paham isi bukunya. Bisa berkembang struktur berpikirnya. Bisa menuliskan kembali apa pemahamannya.  Karena banyak orang yang bisa membaca, tapi nggak ngerti apa yang dibaca. Akhirnya sekedar lewat, nggak ada yang nyangkut di kepala.

Jejak CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang