Ini tulisan temanya mainstream, tapi karena tujuan utama saya menulis untuk pengingat diri sendiri, jadi nggak apa-apa lah yaa..#*#*#*#*
Anak bisa belajar banyak hal di pasar, terutama pasar tradisional. Bukan cuma belajar ekonomi--transaksi jual beli, nilai uang, dll--tapi juga belajar empati. Saat Bunda membeli barang dari penjual yang sudah renta tanpa menawar, bahkan melebihkan pembayaran misalnya. Anak juga belajar lebih teliti, memilih barang dengan cermat supaya nggak dapet yang jelek, atau berjalan dengan hati-hati agar nggak kecemplung becek.
Juga belajar aneka profesi. Pedagang, tukang parkir, kuli panggul, marketing yang bagi-bagi brosur 'anda butuh dana tunai? Blabla...', abang becak, pencopet (ehh? Pencopet profesi juga?). Anak belajar mengantri, menunggu giliran di tukang bumbu yang rame banget. Anak bahkan bisa belajar sedikit syariat, kenapa Allah suruh kita menyembelih hewan, bukan distunning? Kenapa harus pakai pisau yang tajam dan harus memutuskan dua urat?
Sepulang Bunda dari pasar, nggak usah marah kalo anak-anak berebut membongkar belanjaan. Ada banyak pelajaran yang bisa mereka ambil dari segerombol ikan atau seikat sayur yang kita beli.
Belajar biologi. Anak-anak bisa tahu yang mana insang, bagaimana bentuknya saat mereka melihat si ikan yang terbaring di kantong plastik. Gimana cara insang bekerja? Terus apa itu di dalam perut ayam? Mana jantung, mana hati, mana usus? Lihat ada bintik merah di usus? Apa ini? Apa gunanya? Aww, kenapa ikan mati ini matanya melotot?
Belajar berkebun. Ada akar di bayam merah dan bawang prei. Bisa ditanam nih, ayo dipotong lalu ditanam. Kalau batang wortel ditanam, numbuh tunasnya tapi nggak jadi wortel, kok gitu ya? Eh eh, batang pok coy kalau di rendah air bisa tubuh tunas lhoo.. Bawang dan jahe bisa ditanam juga. Umbinya yang ditanam. Sebutir-sebutir aja ya nak, kalo semua nanti Bunda nggak jadi masak hix..hix..
Belajar matematika. Ada berapa kaki ayam? Ayamnya ada dua ekor nih. Jadi berapa jumlah kakinya? Kita hitung sambil nyuci ayamnya ya. Kalo kaki ikan ada berapa? Nggak ada? Berarti nol yaa.. Coba tolong ambil sepuluh cabai, delapan bawang merah dan empat bawang putih. Mana yang lebih banyak bawang merah nya atau bawang putihnya? Iya, bawang merah. Karena delapan lebih besar nilainya dari empat. Nah, anak Bunda sudah bisa mengenal konsep matematika ya.
Belajar warna. Ada cabai merah, hijau, bawang merah, putih, kunyit warnanya oranye, sama seperti wortel. Ubi jalar ada yang putih, oranye, ungu. Lihat ada banyak sayuran hijau. Ada yang putih juga kayak kol dan lobak. Waw, meja dapur warna warni jadinya. Si adik kecil mengenal dan mengelompokkan warna.
Melatih motorik halus, konsentrasi. Ayah mau makan petai? Oh, boleh. Ini si adik yang mengupas petainya. Dikupas aja ya dek, nggak usah dikunyah. Kakak bisa memetik bayam ya, dan si abang mengupas bawang putih. Bunda potong akarnya nanti gampang dikupas kulitnya. Atau kita bisa lomba mengupas telur puyuh! Asyik juga.
Belajar apa saja bisa dimana saja, tak harus di dalam kelas berisi kursi dan meja. Sekolah juga bisa berupa apa saja, bukan cuma yang ada papan tulisnya.
#status_inspirasi
#rumbelmenulis_iip_pekanbaru
#myhousemyschool
KAMU SEDANG MEMBACA
Jejak Cinta
Non-Fiction#40-parenting on 26/6/2019 #18-parenthood on 29/7/2019 (Patut disyukuri untuk newbie seperti aku. Alhamdulillah..) Karena menjadi orang tua berarti petualangan, pembelajaran, pengalaman tanpa henti. Proses panjang, seumur hidup. Apa yang kutulis dis...