I am a mood swing person. Really am. Bisa saja mood saya bagus di pagi hari lalu berantakan menjelang malam. Hiiiihhh.. Ngeri. Saat remaja saya mengalami banyak kesulitan karena sifat yang satu ini, tapi alhamdulillaah sesudah belajar sana sini saya makin bisa mengendalikan emosi. Also thanks to Abyas who teach me a lot to control emotion and being more patient.
Mood swing bukan cuma merepotkan orang sekitar, tapi juga membuat kadar pede nyungsep sedalam-dalamnya. Karena itu saya biasanya berusaha menjaga mood tetap stabil dan hati terkendali. Apa hubungannya dengan pede? Awal menikah saya sempat nggak pede dengan kelemahan saya ini. Takut suami ilfeel ke saya. Saya juga takut anak saya kena imbas kala emaknya sedang bad mood. Syukurlaah Abyas banyak mengerti dan cukup sabar mengendalikan saya. Terutama saat hamil, saat hormon ikut mengacaukan mood saya.
Menjaga mood tetap OK berarti harus lebih dulu mengenali penyebab mood berantakan. Kalau sudah kenal, tinggal mencegah mood swing terjadi. Sebabnya banyak, misalnya karena PMS atau standar yang terlalu tinggi, fokus pada hasil bukan proses, iman yang sedang melorot, dll. Bagi saya penyebab utamanya adalah terlambat. Iya, terlambat. Saya bukan orang yang suka dengan jadwal kaku tapi saya suka tepat waktu. Jadi kalau saya telat bangun lima menit saja saya akan merasa kesal. Bangun pagi tepat waktu akan membuat pekerjaan saya juga selesai tepat waktu. Biasanya saya membuat batasan pukul tujuh pagi untuk pekerjaan rutin rumah tangga. Lewat jam tujuh adalah saat saya menemani Ayyash. Kalau saya telat bangun dan pekerjaan telat selesai, saya akan menemani Ayyash dengan sisa rasa kecewa pada time management saya. Karenanya saya berusaha selalu tepat waktu agar mood terjaga.
Jika mood terlanjur hancur, maka saya harus bisa mengembalikannya secepat mungkin. Saya butuh Plan B dan mood maker. Kapan saya menyusunnya? Saat merencanakan kegiatan esok hari. Biasanya saya susun sebelum tidur. Bagi saya Plan B penting untuk jaga-jaga mana tahu Plan A tidak terlaksana dengan baik. Misalnya saya harus memasak, mencuci pakaian dan peralatan dapur serta bersih-bersih hari ini. Selesai jam tujuh pagi lalu menemani Ayyash outing ke hutan kota. Tapi karena saya telat bangun, kerjaan baru kelar jam delapan. Maka saya akan menjalankan Plan B. Bisa jadi Ayyash akan saya minta ikut terlibat dulu hingga jam delapan, selama saya masih berkutat di dapur. Entah itu membilas piring atau menyapu teras, tentu dalam suasana fun. Lalu langsung ke kegiatan belajar sementara outing dilakukan sore. Enaknya HS ya itu, fleksibel hehe..
Lalu saya butuh mood maker. Bagi saya itu adalah bermain dengan Ayyash (terutama bermain air), dan cappuccino cincau dengan vanilla float. Maka saya akan mengajak Ayyash belajar dengan santai. Belajar menghitung sambil melompat di trampoline misalnya, main petak umpet (jangan salah, ini belajar juga. Melatih kognisi, ketepatan, keberanian dan problem solving), atau membuat percobaan yang fun. Saya akan hindari belajar calistung bersama Ayyash karena berpotensi membuat saya makin emosi. Saat break saya akan 'nyepi' di teras depan dengan secangkir cappuccino sementara Ayyash tidur siang. Biasanya saya akan tetap having fun sepanjang hari.
Hal lain yang saya lakukan adalah mempersiapkan esok hari. Saya benci bangun pagi dan melihat setumpuk piring di bak cuci maka saya akan mencuci piring sebelum tidur. Membuat persiapan ringan untuk pekerjaan rumah tangga esok pagi dan merencanakan jadwal untuk Ayyash (termasuk plan B). Mengetahui bahwa saya sudah mempersiapkan diri untuk besok akan meringankan beban pikiran saya. Dan akhirnya mood swing pun bisa dikendalikan.
Being a mood swing person is not so easy. Karena ini ada hubungannya dengan kemampuan mengendalikan emosi. Saya selalu mengingat-ingat bahwa mood saya akan mempengaruhi orang-orang di sekitar juga, which is not fair for them.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jejak Cinta
Non-Fiction#40-parenting on 26/6/2019 #18-parenthood on 29/7/2019 (Patut disyukuri untuk newbie seperti aku. Alhamdulillah..) Karena menjadi orang tua berarti petualangan, pembelajaran, pengalaman tanpa henti. Proses panjang, seumur hidup. Apa yang kutulis dis...