Saya sering gugup kalo ketemu orang pinter. Bukaaaann.. Bukan orang pintar yang klenik gitu. Tapi mereka yang pintar beneran, dalam arti yang bukan sekedar punya IPK tinggi, lulus cum laude atau langganan juara kelas. Tapi orang-orang yang open minded. Yang nggak anti kritik dan kebal saran, yang berpengetahuan luas, dan berdiskusi bukan untuk memojokkan orang lain tapi membagi pengetahuan pada orang lain. Orang-orang yang begini bikin saya merinding disko dan meringis dalam hati, "ya ampun Dit, elu apa kabar?" 😥😥 Apalagi kalo mereka perempuan. Oh my!
Saya pernah ngomong ke Ayyash bahwa kita nggak boleh berhenti belajar. Tanggapan Ayyash membuat saya kena heart attack ringan, "Bunda udah belajar apa aja?" nah kan kapok. Waktu kapan kami ngobrol dan saya bilang bahwa pinter dan berakhlak bagus baru jempolan dia nyahut, "Bunda gitu, nggak?" mau jawab jujur malu, mau jawab nggak juju kan nggak boleh. Wibawa mana wibawa, Makyas? #plakk
Yang saya tahu, karakterlah yang harus saya kuatkan di usia Ayyash sekarang. Termasuk karakter senang belajar dan mencari tahu, karena itu termasuk fitrah manusia. Selalu ingin berkembang, nggak mau stuck di satu kondisi saja. Jangan sampai ia nggak kritis, nggak skeptis, menerima begitu saja informasi tanpa cross check dan mencari tahu kebenarannya. Daan sebagai emaknya, sayalah yang jadi role model selain ayahnya. Suka nggak suka, siap nggak siap. Saya yang akan ditiru. Apa emaknya juga suka belajar? Rajin membaca? Melihat satu masalah dari dua sisi? Berpikiran terbuka dan menerima kritik saran? Lalu juga akhlak saya, apakah saya bersikap rendah hati? Mau berbagi ilmu, bukannya menggurui? Seperti apa saya memperlakukan sumber ilmu? Bagaimana saya bersikap pada para guru? Apakah saya menerima ilmu seperti gelas kosong? Apa saya bersikap jumawa, seolah sudah tahu banyak hal? Bersikap bagai seorang expert yang tak butuh tambahan info dan pengalaman? Bagaimana.. Bagaimana.. Aah, ada banyak bagaimana yang lain.
Adab menuntut ilmu. Itulah yang pertama kali saya pelajari di madrasah diniyah dulu. Yang diulang lagi saat ikut mentoring di SMK, diulang lagi waktu ngaji di kampus, dan saya dapatkan lagi di matrikulasi IIP. Saya harus tanamkan di diri, agar anak saya pun mau belajar dan terus mencari tahu. Bersikap humble and stay low jika sudah berurusan dengan ilmu. Karena pintar saja nggak cukup tanpa akhlak yang baik. Sementara akhlak yang baik hanya bisa didapat dari akidah yang lurus. Haddooohh.. Tugas jadi ortu itu banyak beud!
Intinya, jadi emak kudu pintar dan berakhlak baik. Kudu teruuus memperbaiki diri dan menambah pengetahuan. Seperti pengetahuan yang terus berkembang dan makin canggih, anak-anak juga makin hebat dan kritis. Karena sekali lagi, kita adalah role model.
Kamar di Kampar, 260817
KAMU SEDANG MEMBACA
Jejak Cinta
Phi Hư Cấu#40-parenting on 26/6/2019 #18-parenthood on 29/7/2019 (Patut disyukuri untuk newbie seperti aku. Alhamdulillah..) Karena menjadi orang tua berarti petualangan, pembelajaran, pengalaman tanpa henti. Proses panjang, seumur hidup. Apa yang kutulis dis...