Bab 35 ( RAMALAN )

2.9K 243 16
                                    

Kaisar meneguk teh yang baru dituangkan sambil memancing. Ia sedang ditemani oleh sahabatnya sejak kecil, dan kegiatan memancing adalah kegiatan rahasia mereka, karena melalui kegiatan ini mereka bisa mempunyai waktu untuk membicarakan berbagai hal yang bersifat konfidential.

"Tidakkah sekarang adalah waktu yang tepat untuk menjemputnya kembali?" Tanya kaisar pada sahabatnya yang sedang duduk melihat pancingnya

Pria tua itu tersenyum mendengarnya "Dia sangat mirip ibunya"

"Ya.... sama-sama pembangkang" potong kaisar sambil tertawa "aku masih ingat saat isterimu menendang hidungku"

"Syukurlah tabib kerajaan kita cerdas"

"Dia maafkan karena kepintarannya, apalagi dia kesayangan ayahanda" kenang kaisar

"Ya, kaisar juan xiu benar-benar menyayangi keponakannya itu"

"Berat untuk mengakui dia sepupu jauhku" cela kaisar "untung saja dia cerdas dan cantik"

Mendengar itu keduanya langsung tertawa

"Jemputlah dia, kini sudah saatnya" pinta kaisar "aku merindukan teriakannya saat berkunjung diistanah"

"Entahlah yang mulia" pria tua itu kembali menerawang dengan pandangan sedih "hati ingin membawanya pulang kembali tetapi aku masih merasa bahwa aku tidak pantas untuknya, aku sudah melukai kepercayaannya.."

"Tidak, justru ini semua salahku" potong kaisar "karena kekhawatiranku pada isteri pertamaku, aku tidak ingin terlibat pernikahan politik lagi, dan terpaksa aku harus mengorbankanmu dan membuat keluargamu hancur"

"Ini bukan salahmu, yang mulia. Ini memang konsekuensi kita berdua"

Kaisar menganggukan kepalanya "ya benar. Aku kehilangan permaisuriku dan kamu ditinggalkan zhenzhen" kaisar membuang nafas lemah "tapi aku yakin sekarang pasti zhenzhen akan menerimamu"

"Kenapa kamu bisa yakin, yang mulia?"

"Kami tumbuh bersama di kerajaan, ingat itu" kaisar memukul lengan sahabatnya "aku yakin dia pasti tersentuh karena isteri keduamu merawat putri sulungnya dengan penuh kasih sayang"

"Ya, benar"

"Kamu harusnya bersyukur, kamu dianugerahi dua putri yang sama-sama cerdas dan sangat pintar" kaisar kemudian berdehem sebelum melanjutkan kata-katanya "kecuali si bungsu yang mempunyai peringai buruk"

Keduanya kembali tertawa

"Aku heran bagaimana nantinya dia akan menjadi ratu termahsyur dinegeri ini" ungkap kaisar disela-sela tawanya

Pria itu yang adalah sahabat kaisar itu kembali mengingat ramalan yang diucapkan ahli astronomi istanah dan petuah tinggi istanah

"Tidak perlu sedih, aku yakin anak-anak kita pasti bisa melewati semuanya dengan baik" kaisar memegang pundak sahabatnya, ia tahu apa yang ada dipikiran sahabatnya itu "jemputlah dia, aku yakin dia sedang menunggumu, perdana menteri yuan"

"Ya" jawab perdana menteri sambil berdiri melihat kepergian kaisar, sahabatnya.

Perdana menteri kembali menengadah langit pagi yang cerah, ia kembali mengenang ramalan kerajaan dimana hanya dia yang sadar tentang kebenaran ramalan itu

"Ada dua bintang raja yang bersinar terang dikerajaan, menteri yuan. Tapi kamu harus ingat bahwa hanya satu yang akan menjadi raja"

It's YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang