EPILOQUE V

1.7K 104 0
                                    

Semua pelayan sudah meninggalkan dirinya sendiri. Malam ini xing juan akan berendam air panas belerang yang mengalir dari gunung berapi. Ia menatap dengan lekat keseluruh penjuru. Angin malam menyapa tubuhnya dengan lembut, sementara rembulan bersinar dengan terang. Pemandian dialam terbuka ini adalah tempat kesukaannya dikediamannya.

Dibelakang kediaman keluarganya ini ada gunung berapi yang sudah mati. Sejak ia kecil, gunung berapi ini sama sekali tidak menunjukan keadaan yang berbahaya, sebaliknya air hangatanya sangat dinikmati oleh keluarganya dan juga para warga disekitar.

Xing juan kembali melihat pantulan tubuhnya dan akhirnya ia membalikan badannya. Ia membuka lapisan terakhirnya dan kembali berwajah senduh melihat bekas luka itu dicermin. Xing juan kembali melihat kedepan, namun tangannya masih merabah bekas luka yang sangat besar itu. Xing juan masih terlarut dalam kesedihannya, hingga kemunculan feng ying dihadapannya mengagetkannya.

"Kau..." teriak xing juan tertahan namun kesedarannya lebih cepat bekerja. Ia segera menutupi kembali tubuhnya dengan baju yang berbahan tipis itu. Xing juan merasa sangat malu dan takut sekarang, ia terus berjalan mundur agar pria yang ada dihadapannya ini tidak melihat bekas luka itu.

"Apa yang kau lakukan?!!" Tanya xing juan dengan amarah tertahan

Tidak ada seorangpun yang bisa menerobos tempat ini, karena ayahnya sudah merancang tempat ini ditempat yang susah dijangkau sehingga penguntit atau orang dari luar tidak bisa masuk seenaknya. Namun, semua itu tidak akan pernah berlaku untuk feng ying.

Feng ying menatap xing juan dalam. Keingintahuannya lebih besar sekarang, menunggu? itu tidak akan dilakukannya.

"Kenapa kamu menghindariku?" Tanya feng ying memecah keheningan

Xing juan kembali membuang wajahnya, menolak untuk menjawab. Sementara emosinya saling bercampur, rasa malunya kembali muncul. Bagaimana bisa feng ying berdiri dihadapannya tanpa rasa malu. Tidakkah ia sadar bahwa xing juan dihadapannya sudah setengah bertelanjang, apa yang bisa diharapkan oleh sehelai baju tipis dengan kain tembus pandang ini?

"Aku tidak mengindarimu" jawab xing juan mencoba tetap tenang

"Kau jelas melakukannya"

"Tidak" teriak xing juan akhirnya, ia kini menatap sengit feng ying.

Feng ying melihat ketegasan diwajah xing juan. Seketika amarah, kecewa, rasa sakit, dan juga penyesalan memenuhi dirinya. Feng ying mencoba menenangkan dirinya. Ia menghirup udara dengan rakus lalu kembali menatap xing juan.

"Apakah kamu tidak membaca suratku?"

Xing juan menelas salivanya susah payah namun ia vukup pintar untuk menyembunyikan emosinya "aku sudah membacanya"

"Aku minta maaf, karena aku tidak bisa disisimu saat kamu sadar. Aku minta maaf karena tidak bisa menemanimu selama masa pemulihan. Aku sungguh minta maaf"

Xing juan merasa sesak mendengar semua pernyataan feng ying. Kedua tangannya masih menyilang didepan dadanya, mencoba menutupi bagian depan tubuhnya. Ia semakin erat memeluk tubuhnya sendiri.

"Aku senang kamu sudah sadar dan berhasil melewati masa kritis. Tapi aku melakukan perjalanan ini bukan untuk menghindarimu, aku melakukannya sebagai perjalanan menebus dosa. Dosa pada orang tuaku. Maafkan aku sudah membuatmu menunggu begitu lama"

Bisakah kau berhenti feng ying, aku sudah tak tahan batin xing juan, ia berusaha sangat keras agar air matanya tidak jatuh. Ia tidak ingin melihat wajah feng ying sekarang apalagi memohonnya

"Itu isi suratku, benarkah kamu sudah membacanya?"

Xing juan sama sekali tidak menoleh untuk menatap feng ying, dan bukan menjawab ia malah memilih diam. Karena jika sekarang ia berbicara, pasti semuanya akan tumpah.

"Baiklah. Jika memang ini sudah menjadi keputusanmu, aku akan merelakanmu dengan wang yeo. Ia adalah sahabatku, setidaknya ia bisa menjagamu dan aku bisa tenang menitipkanmu padanya"

Tanpa bisa ditahan lagi, air mata xing juan jatuh. Feng ying melihat bulir kristal itu yang semakin membuat hatinya sakit.

"Tapi, setidaknya sekali ini. Sekali ini biarkan aku mengetahuinya. Apakah kamu tidak mencintaiku lagi? Benarkah tidak ada cinta yang tersisa untukku?"

Masih menoleh kearah lain xing juan menganggukan kepalanya kuat

"Jawab sambil menatapku, xing juan!" Kini suara feng ying terdengar sarat akan emosi.

"Aku... aku tidak mencintaimu lagi" ulang xing juan namun ia masih menolak menatap feng ying

Feng ying yang tak dapat menahan dirinya langsung menarik paksa tubuh xing juan agar bisa menatapnya "KATAKAN ITU SAMBIL MENATAP MATAKU, XING JUAN!!" teriaknya sambil meremas kuat kedua lengan xing juan

Dengan tekad bulat, akhirnya xing juan menatap feng ying.

"Aku sama sekali tidak mencintaimu. Aku tidak mencintaimu lagi. Sama sekali tidak ada cinta yang tersisa untukmu" ucap xing juan penuh penekanan

Air mata lolos dipelupuk mata feng ying. Pria yang selama ini mempunyai image dan karakter yang dikenal kuat, pria yang selam ini disegani menangis dihadapan seorang gadis. Mendengar sederetan kalimat mematikan yang keluar dari bibir gadis yang dicintainya telah sukses membuatnya tak lagi bersemangat. Ia sama sekali tidak percaya xing juan akan mengatakan hal ini padanya. Dengan berat hati, feng ying melepas tangannya dari tubuh xing juan.

Dengan hati yang hancur ia mengusap wajahnya kasar. Sungguh sangat sakit. Ia sudah berkali-kali ditolak oleh xiao qin sebelumnya namun tidak pernah seperti ini. Ini pertama kalinya xing juan menolaknya dan entah mengapa itu seolah merebut seluruh hidupnya. Hatinya seolah telah mati setelah mendengar pernyataan xing juan yang tegas padanya. Kata-kata yang selama ini ia yakini tidak akan pernah keluar dari bibir xing juan akhirnya terdengar, dan itu sukses membuat dirinya seolah tak bernyawa lagi.

Sekarang, sang jendral terkuat. Sang silver dragon, menangis karena seorang wanita. Wanita yang sama.

Dengan langkah gontai ia berjalan meninggalkan xing juan. Langkahnya sungguh tidak kokoh hingga beberapa kali ia tersandung dan hampir jatuh. Seraya melangkah, air matanya terus bercucuran.

"Feng... ying" bisik xing juan yang juga hancur melihat kepergian feng ying.

"Aku..." ucap feng ying sebelum ia benar-benar menghilang "Aku harap kamu bahagia dengannya" tutupnya lalu menghapus air matanya sebelum benar-benar menghilang dari sana

Xing juan jatuh terduduk. Setelah feng ying menghilang akhirnya air mata yang sedari tadi ditahannya dengan sekuat tenaga kini lolos. Dengan erangan, akhirnya ia menangis sekuat tenaga.

Rembulan menjadi saksi akan perpisahan menyakitkan dari keduanya.

***

Istana heboh saat mendengar berita bahwa lamaran putera mahkota wang yeo ditolak oleh xing juan.

"Sudah kukatakan, bahwa sejak awal ini tidak akan berhasil" ucap wang yeo pada yao shan

"Ya benar! Apa yang sebenarnya terjadi?" Tanya yao shan heran

Wang yeo kini tidak dapat menahan tawanya, ia benar-benar tertawa mengejek kegagalan yao shan, dan tentu saja itu membuat yao shan jengkel.

"Apakah ini lucu?" Tanya yao shan sakarstik

Wang yeo yang masih tertawa mati-matian berhenti "aku... aku masih tidak menyengkah, kau... ha.. ha...ha...ha kau yang dikenal dengan rencana yang selalu berhasil sekarang ga.. gal... ha...ha..ha..ha" air mata keluar diujung matanya

Yao shan hanya bisa mendengus kesal ditempatnya. Ya benar... semua ini adalah rencananya, ia meminta bantuan wang yeo agar kakaknya itu bisa cepat pulang. Dan sesuai dugaannya feng ying kembali karena mendengar itu. Tapi disisi lain, rencananya ini gagal total karena bukannya bersatu, kakaknya dan xing juan malah berjalan didua kutub yang berlawanan.

Wang yeo yang sudah berhenti tertawa kini menatap yao shan dengan serius "jujur, aku senang karena kamu mengizinkanku untuk melamar xing juan. Aku tahu sejak awal aku akan gagal, tapi aku masih tetap mencobanya. Xing juan, ia adalah wanita yang cantik dan sangat cerdas bohong jika aku tidak menyukainya, tapi akan sangat baik jika ia dan feng ying memang berjodoh. Jujur, ini semua sangat mengagetkanku"

It's YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang