EPILOQUE IV

1.6K 91 0
                                    

Jin jing termenung di jendela kamarnya sambil melihat kearah taman. Sejak nyonya zhenzuan kembali ke kediaman menteri yuan, tempat ini akhirnya ditempati oleh keluarganya. Ayahnya adalah mantan jendral tertinggi tapi sudah pensiu. Walau begitu sebagai senior dan orang yang direspek dikerajaan, ayahnya masih sering mengunjungi istana, namun ia tidak mau kembali ke kediamannya yang sangat besar di kota dan memilih untuk tinggal disini. Alasannya terdengar sederhana namun rumit.

Ayah dan ibunya menikah dengan perbedaan derajat yang mencolok. Ayahnya dari keluarga bangsawan terpandang, dan menjabat sebagai jendral tertinggi kepercayaan kaisar sebelumnya. Sementara ibunya hanyalah seorang pelayan, ibunya berasal dari keluarga sederhana. Sejak kematian orang tuanya, ibunya tinggal bersama bibinya yang sakit-sakitan. Dan saat bibinya meninggal, ia dijual sebagai budak. Beruntungnya keluarga zhenzuan mau membelinya dan memperlakukannya dengan baik. Karena pernikahan yang timpang ini, tentu membuat ayahnya khawatir. Ayahnya khawatir kalau-kalau akan ada seseorang yang berani merendahkan martabat isterinya. Walaupun kenyataannya tidak akan ada yang berani mengingat jabatannya, namun tetap saja ia tidak ingin isterinya terluka kalau-kalau itu kembali terungkit.

Isatana bukanlah tempat yang ramah. Istana dan politik adalah satu-kesatuan yang akan selalu berkaitan, dan ktulah yang menjadikannya sebagai akar dari semua masalah yang ada. Istana bisa dengan cepat merubah orang baik menjadi jahat, dan orang jahat menjadi semakin jahat. Untuk bisa bertahan hidup didalamnya, kita tidak bisa gampang percaya pada siapapun. Karena tidak ada yang tahu, siapa kawan dan lawanmu. Hari ini bisa saja mereka menjadi kawan namun keesokan harinya menjadi lawan. Niat baik diistana belum tentu dianggap baik. Istana membuat kita harus hidup seperti kata pepatah ini, cerdik seperti merpati licik seperti ular. Baiklah, kembali ke keadaan jin jing.

Mimik wajah jin jing semakin senduh. Ia cemburu jika mengingat cinta yang ditujukan ayahnya pada ibunya. Kembali ia membuang nafas gusar. Sudah setahun ia tinggal disini. Sejak kepergian xing sheng karena tugas, jin jing sama sekali tidak mau kembali ke kediaman tempat tinggal xing sheng dan memilih untuk tetap disini. Dia masih sakit hati karena suaminya lebih memilih mendengarkan yao shan ketimbang dirinya. Walaupun masih jengkel namun jin jing bisa memakluminya. Biar bagaimanapun, sudah tugas suaminya untuk menjalankan apapun yang dikatakan oleh yao shan. Di satu sisi jin jing bangga sekaligus kagum karena suaminya sangat bertanggung jawab pada tugasnya tapi disisi lain, ia juga benci karena tidak bisa melarang dan hanya bisa mendukungnya.

Ini akan sangat munafik baginya jika ia tidak mengakui kalau ia sangat membenci situasi ini. Mengingat belum ada sehari usia pernikaha mereka, xing sheng harus pergi untuk melaksanakan tugas dari yao shan.

Jin jing kembali membuang nafas gusar. Sudah cukup lama ia disini, sekarang waktunya membantu ibunya memasak untuk makan malam. Jin jing berdiri dan membalikan badannya dengan malas, namun beberapa langkah didepannya matanya segera menangkap sosok yang sangat dikenalnya, sosok yang sangat dirindukan.

Mata jin jing menetap sosok itu dengan lekat dari bawah hingga keatas. Sama sekali tidak ada yang berubah dari sosok itu, masih setampan dulu. Namun hati jin jing kembali teramas saat menyadari bahwa pria yang sudah berganti status sebagai suaminya itu, terlihat semakin kurus dari tahun lalu. Jin jing semakin menajamkan penglihatannya, jarak mereka hanya terpisah tiga langkah dari tempatnya berdiri.

Garis rahangnya semakin tirus batinnya sedih

Ingin ia segera berlari dan memeluk suaminya, namun ego dan emosinya menahannya untuk diam. Jin jing menahan semua kerinduan dalam dirinya. Matanya kembali melihat bulu-bulu halus yang tumbuh disekitaran dagu, sepertinya seoama mengembara suaminya itu sama sekali tidak merawat dirinya.

Keduanya masih betah berdiri dan saling bertukar tatap.

Setelah setahun lalu memberi penghormatan sebagai suami-isteri yang sah, akhirnya hari yang ditunggunya tiba juga. Jantung xing sheng berkejaran dengan aliran darahnya. Sosok yang selama ini membuat malamnya sengsara dan paginya berat kini berdiri dihadapannya dan menatapnya dengan pandangan senduh. Tidak ada kebahagiaan dalam sorot mata itu selain rasa benci. Hati xing sheng kembali teramas. Ragu-ragu ia mendekat untuk bisa menggapai sosok itu. Sosok yang sejak pertemuan pertama mereka berhasil membuat dunia xing sheng luluh lantak. Sosok yang sama sekali menolak untuk menyukainya dan malah menjadikan dirinya sebagai rival ketimbang kekasih hati. Satu-satunya wanita yang menuntut dirinya untuk memiliki jin jing seutuhnya.

It's YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang