Rok hitam diatas lutut lengkap dengan atasan putih dan dasi abu-abu terbalut rapi ditubuhnya yang ramping. Apapun yang dikenakan gadis ini selalu saja terlihat cantik. Seperti biasa, gadis berparas setengah bule itu selalu bertingkah semaunya. Setiap pagi, ia tak perlu repot-repot memasang sepatunya sendiri karena sudah ada pembantu yang akan melakukan itu untuknya. Dan itu sudah menjadi tanggung jawab mereka untuk melayani semua keinginan majikannya itu. Jika sampai para pelayan itu melakukan kesalahan sedikitpun, satu kata yang sangat sakral bagi para pekerja itu akan langsung terucap dari bibir tipisnya.... Pecat!
Yah, Zena selalu bisa mendapatkan apa yang ia mau. Kekurangan kasih sayang orang tua membuatnya menjadi bebas dan sulit diatur. Dan tentu saja, ia bukanlah satu-satunya anak didunia ini yang tak bisa merasakan kasih sayang orangtua hanya karena mereka yang sibuk mengejar uang demi menghidupi anak semata wayangnya.
Dan Zena, mulai terbiasa dengan semua itu. Ia mulai terbiasa dengan hidupnya yang suka menghambur-hamburkan uang untuk mentraktir semua temannya hanya untuk sekedar bersenang-senang. Tidak peduli apa pandangan orang, baginya selama uangnya tak habis ia adalah segalanya.
Pagi ini Zena berangkat ke sekolah dengan mengendarai Lamborghini Aventador merahnya. Hadiah ulang tahun yang dipersembahkan Ayahnya ketika ia menginjak usia ke 17 tahun.
Zena masuk ke dalam mobil kesayangannya, memutar kunci dan tak lama kendaraan itu sudah melesat kencang ke depan.
****
Bangunan bertingkat dua nampak berdiri kokoh. Dengan sebuah papan tulisan SMA bakti luhur. Salah satu SMA ter-favorite dijakarta.
Segerombolan anak perempuan di koridor maupun di lapangan sekolah terngangah tak berkedip sedikitpun ketika seorang pria berparas bak seorang Pangeran memasuki gerbang sekolah dengan santainya.
Masih ada sisa waktu lima belas menit bagi lonceng untuk memperdengarkan suara merdunya dipagi hari. Lelaki berkulit bening itu seakan tak menghiraukan semua sorotan meleleh ke arahnya. Hanya satu hal yang berputar dibenaknya kini, cepat sampai di ruang guru dan masuk ke kelas barunya. Hanya itu saja.
Akhirya bel pun berbunyi. Namun, Zena belum juga kelihatan batang hidungnya. Akhirnya, tibalah waktu dimana semua murid masuk ke dalam kelas dan mempersiapkan diri menimba ilmu.
Semua murid XI IPA 1 yang tadinya rusuh sendiri kini mendadak duduk manis tak berkutik, ketika Pak Dadang sang 'Wali Kelas' memasuki ruangan dengan seorang murid dibelakangnya.
"Selamat pagi anak-anak. Hari ini kita kedatangan murid baru, pindahan dari 'SMA Arwana'. Silahkan perkenalkan dirimu kepada teman-teman!"pinta guru Kimia itu.
"Perkenalkan nama saya Arga retno Sanjaya, "ujar Arga tanpa ekspresi. Sudah pembawaannya jika lelaki tampan satu ini tak pernah terlihat senyum apalagi tertawa sedikit pun.
Perkenalan singkat dari Arga sontak mengundang tatapan takjub dari para gadis karena sosok ketampanan dan sikapnya yang rada dingin. Yah, Arga terbilang dianugerahi badan yang tinggi dan sedikit kekar serta kulit mulus tak kalah dari anak perempuan. Itulah, mengapa pria itu selalu menjadi sorotan incaran dari para gadis belia.
"Arga, kamu sekarang duduk di samping Poppy,"pinta Pak Dadang sontak membuat semua anak dikelas itu menahan napasnya. Mereka sangat tahu kalau tempat itu sangat 'sakral'. Bisa-bisa yang mendudukinya akan langsung didepak keluar.
"Yang bener pak?"mata Poppy berbintang-bintang seakan tak tahu keadaan.
Arga pun mengikuti perintah wali kelasnya itu tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Ia segera melangkah dengan gontai menuju tempat duduk barunya, dan segera mengeluarkan segala peralatannya dari dalam ransel tanpa menghiraukan pandangan Poppy yang kini menatapnya penuh kagum serta, sorotan lain yang ikut memandangnya cemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sultan Sekolah [COMPLETED]√
Teen Fiction[Proses Revisi] Info! Cerita ini mengandung unsur pembangkit emosi seperti marah-marah, sedih, terharu, takut dan Baper-baperan pastinya. Diharapkan yang punya ketahanan hati saja yang membacanya. Karena Novel ini memiliki campuran genre antara Roma...