"Aku hanya ingin bersamamu seterusnya. Semudah itu... sesulit itukah?"_ Zena
>>•JENTERA•<<
Zena kini berbaring dikamar tidurnya sembari memeluk gulingnya sedih. Air matanya terus jatuh membasahi pipinya. Zena tidak menyangka kalau kekasihnya itu akan semarah itu kepadanya. Dan membuat ia lebih sakit hati lagi, Arga hampir saja menamparnya hanya karena membela gadis cupu itu. Zena tak tahu harus bagaimana menahan kepedihan ini.
Ia tak tahu lagi harus bagaimana menghadapi situasi saat ini. Mungkinkah hubungan mereka ke depannya tak akan lagi seperti dulu? atau Arga akan segera memutuskannya? berbagai pertanyaan kini berputar-putar dibenakknya. Kenapa semua harus terjadi pada saat ia sedang bahagia-bahagianya?
Semua ini gara-gara Lavi. Gadis cupu itu selalu saja mengganggunya. Bahkan sebelum jadian pun, Lavi selalu saja yang menang. Zena mendendam. Lo cewek Cupu, jangan paksa gue buat nyakitin lo. Liat aja nanti. Gumam Zena mengepalkan tinjunya erat.
DRRTDRRRTT
ponsel Zena kembali bergetar. Ini sudah yang ke sepuluh kalinya. Dan Zena enggan untuk mengangkatnya. Telepon,pesan diabaikan begitu saja.
Dan sudah bisa ditebak, siapa yang tengah menghubungi gadis malang itu. Arga. Yah, pria itu kini sedang berdiri diluar ruangan mencoba menghubungi seseorang dibalik sana.
Sepuluh menit lagi Olimpiade akan dimulai. Dan Arga sudah beberapa kali mencoba menghubungi kekasihnya itu beberapa kali sehari sebelum keberangkatannya ke Surabaya. Namun, hasilnya tetap saja nihil. Zena tak kunjung membalas atau pun mengangkat teleponnya. Dan itu sangat membuat Arga terguncang. Jujur saja, disaat-saat seperti ini ia sangat membutuhkan dukungan semangat. Namun, entah sial apa ia jadi membuat kesalahan sebelum berangkat ke sini. Arga menyesal.
Tut tut tut
Arga mencoba lagi disisa menit terakhir. Sayang angkat dong. Gumam Arga menempelkan benda persegi itu ke telinganya.
"PERHATIAN DISAMPAIKAN KEPADA SELURUH PESERTA LOMBA OLIMPIADE MATEMATIKA, AGAR SEGERA MENGAMBIL POSISI DIDALAM AULA. SEKALI LAGI... "
Arga mendecak kesal"sial!"
"Arga apa yang kamu lakukan? ayo cepat masuk lomba akan segera dimulai. Lavi sudah duduk disana. Cepat"pintah guru matematikanya.
Arga memejamkan matanya sejenak, menarik napas dalam-dalam, lalu menghembus panjang. Ia hanya berharap segera pulang dan menemui pacarnya itu. Arga frustasi.
****
Zena menatap ponselnya yang bergetar. Hatinya kembali perih dikala mengingat kejadian dua hari lalu itu. Jujur saja, ia ingin sekali mengangkat sambungan itu, namun ia takut kalau Arga akan memutuskannya. Sudah susah-susah jadian. Dan dia mau mengakhiri semuanya begitu saja? Entah kenapa, Zena sangat takut membayangkan kalau itu terjadi. Ia hanya belum siap menerima kenyataan. Untuk itu, Zena berusaha menenangkan diri.
****
Sementara itu, Arga dan Lavi nampak sangat serius berkutat dengan polpen dan kertasnya. Jari-jemarinya bergerak lincah dan cepat diatas lembar jawaban. Kalau matematika, jangan ditanya. Arga tak perlu diragukan soal pelajaran kesukaannya itu.
Berpikir dan mencari solusi untuk mendapat jawaban yang tepat dan benar. Meskipun harus melewati berbagai jalan yang berbeda, namun tetaplah menuju pada satu titik yang benar.
Pandangan Arga tak sekali pun bergeser dari kembarannya. Nampak, gadis berkacamata disampingnya, sesekali melirik ke arahnya.
Tinggal sedikit lagi dan Arga akan menyelesaikan soalnya. Dua soal, belum bisa dijawabnya. Entah kenapa, otaknya kini berputar-putar. Ia bahkan tak bisa menjawab pertanyaan yang biasanya dapat ia jabarkan dengan berbagai rumus. Pikirannya buntuh sekarang. Zena. Ia jadi memikirkan gadis itu sekarang. Entah apa yang sudah ia lakukan, rasanya ia ingin segera berlari pulang menemui kekasihnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sultan Sekolah [COMPLETED]√
Teen Fiction[Proses Revisi] Info! Cerita ini mengandung unsur pembangkit emosi seperti marah-marah, sedih, terharu, takut dan Baper-baperan pastinya. Diharapkan yang punya ketahanan hati saja yang membacanya. Karena Novel ini memiliki campuran genre antara Roma...