Derap langkah gadis berkaki jenjang itu bergerak ke depan dan ke belakang dengan cepatnya. Cairan bening disudut matanya pun tak henti meluncur menggenangi kedua pipi mulusnya.
"Na, tunggu"kejar Poppy.
Zena tak menghiraukan. Ia terus membawa pergi kedua tumpuannya.
Kakinya kini menuju ujung lorong. Dimana lagi tempat yang bisa ia jadikan pelampiasan emosinya, kalau bukan di-atap sekolah. Tanpa menghiraukan tatapan orang sekitar bahkan sahabatnya yang berusaha mengejarnya. Zena pun menarik langkah menanjaki anak tangga, cepat.
Ia sudah tak tahan ingin mengeluarkan semua ganjalan yang bersarang didalam dadanya saat ini. Segalanya terasa begitu mengesalkan.
TAP
Sepatu putih bertalinya kini melangkah diatas lantai semen, puncak dari gedung besar itu menuju ke arah pojokkan tempat dimana tempat ia sering bersimpuh. Segera ia meringkuk disana. Membiarkan semua luapan emosinya tercurah.
Poppy yang sedari tadi berusaha menjangkau gadis itu, harus ngos-ngosan kewalahan. Rautnya tiba-tiba murung melihat sahabatnya kini duduk dengan membenamkan kepalanya diantara kedua lutut. Hingga tak sadar roknya tersibak dan menampakan short hitamnya.
Zena segera bangkit. Tangannya terkepal kencang. Jelas sekali, kalau sang Ratu sekolah sedang meluap-luap sekarang.
Buk buk buk
"Dasar brengsek! cowok gak punya hati! bodoh! tolol!"umpat Zena menendang-nendang beton didepannya kesal.
"DASAR ARGA BODOH!"
Hiks
Zena menangkupkan kedua telapak tangan menyembunyikan wajahnya yang basah kuyup dengan butiran-butiran air mata.
Poppy segera mengambil tindakan mendekati kawannya itu.
"Na, udah gak usah nangis lagi. Emang ya sih Arga keterlaluan banget. Malah pake belain si cupu itu lagi!"ujar Poppy mencoba menghibur Zena.
"Gue udah berusaha Pop. Tapi gue gak tahu kalau bakal gini jadinya. Emang salah ya kalo gue kayak gitu?"ratap Zena.
Poppy mendengus panjang. Wajahnya langsung murung.
"Lo gak salah kok Na. Yang salah itu Arga, karena ngebelain si cupu! udah tahu yang salah si Lavi"gerutu Poppy tak terima.
"Nih, ya. Gue tadi liat kok pake mata kepala sendiri. Kalo si Lavi emang sengaja ngejatuhin parfum lo"cibir Poppy meyakinkan Zena.
Mata merah Zena kini menyorot Poppy tajam. Gadis manis itu nampak sedikit tersentak.
"Gue juga udah punya firasat kalo dia emang sengaja ngelakuin itu,"ucap Zena lirih.
Poppy memelintir ibu jari dan jari tengahnya, hingga menimbulkan dentingan.
"Nah itu! semua akar permasalahan ini karena si cupu, Na. Gue juga heran sama si Lavi, tuh anak budek kali ya?"
"Udah dikasi tahu, jangan deketin Arga. Eh, taunya makin ngelunjak tu anak!"
Poppy menatap Zena kencang.
"Lo harus ngasih pelajaran sama si Cupu Na. Ingat lo itu 'Ratu sekolah'. Jangan mau lo diinjak-injak"desah Poppy meyakinkan Zena.
Kedua telapak tangan Zena mengumpul membentuk tinju. Raut wajahnya mengencang. Poppy benar! semua ini gara cewek jelek itu. Gumam Zena membatin.
Marah.
Satu kata yang dapat mendeskripsikan suasana Zena saat ini. Kepulan-kepulan asap yang sedari tadi nampak,kini berubah menjadi kobaran api yang siap menghanguskan siapa saja didepannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sultan Sekolah [COMPLETED]√
Teen Fiction[Proses Revisi] Info! Cerita ini mengandung unsur pembangkit emosi seperti marah-marah, sedih, terharu, takut dan Baper-baperan pastinya. Diharapkan yang punya ketahanan hati saja yang membacanya. Karena Novel ini memiliki campuran genre antara Roma...