Pagi ini Zena bertekad untuk memulai perjuangannya mendekati 'Pangeran es'. Rambut pirang menjuntai di atas pinggang, sesekali terhempas diterpa angin lembut. Seragam putih hitam lengkap dengan ransel merah dan sepatu putih baru nampak serasi ditubuh semampai gadis berdarah campuran itu. Ia sengaja tampil lebih menarik agar bisa memikat hati sang 'incaran'nya itu.
Kedua kaki jenjangnya kini menjejaki koridor lantai satu. Seperti biasa, berpasang-pasang mata pasti akan segera memberi jalan serta menyorotinya kagum. Dan semua itu berkat kharisma dan hartanya yang banyak. Semua orang seakan segan kepadanya, dan Zena berpikir segalanya pasti akan mudah baginya. Terlebih khusus untuk mendapatkan Arga.
Satu persatu anak tangga kini di tanjakinya. Dan tak lama kemudian ia sudah tiba di area anak kelas dua berada.
Lima menit lagi bel sekolah berbunyi. Dan kini Zena sudah tiba di lantai dua. Segera ia menarik langkahnya masuk ke dalam kelasnya.
Arga.
Pandangan pertama segera tertuju ke sosok pria yang sedang memasang earphone dikedua telinganya santai, sembari menatap sebuah buku berjudul 'Einstein'. Sudut bibirnya kini terangkat sedikit. Dengan penuh pesona ia melangkah mendekati Arga.
Tap
Arga sedikit terkejut karena sosok Zena sudah berada tepat di depannya dengan kedua telapak tangan yang menempel di atas mejanya sambil tersenyum manis.
Krik krik
Arga menatap Zena dengan tatapan aneh campur bingung. Entah kenapa, gadis ini semakin 'abnormal' menurutnya.
"Hai, Arga. Apa kabar?"sapa Zena menyunggingkan senyuman terbaiknya.
Arga menatap Zena risih. Nih cewek kesambet apaan sih? gumam Arga heran. Tak ingin terpancing dengannya, Arga pun kembali fokus ke aktivitasnya.
Semua penghuni kelas yang menyaksikan 'Fenomena langkah' tersebut sontak dibuat keheranan. Terlebih lagi Poppy. Gadis bermata bulat lentik itu ternganga melihat aksi Zena yang lain dari pada yang lain.
"Raf, lo pindah sekarang,"pintah Zena membuat Raffa yang tadinya asyik main game mendadak menatapnya heran.
"Lah, terus gue mau duduk di mana?"tanya Raffa.
"Lo duduk di bangku gue sama Poppy,"cetus Zena membuat Arga bahkan Poppy terbelalak.
Raffa mengusak-ngusak belakang kepalanya gusar. Dengan terpaksa pria itu menurut.
"Lo gak boleh pindah,"cegat Arga menahan lengan Raffa yang hendak bergeser.
"Raffa gue nyuruh lo pindah sekarang juga,"ngotot Zena.
"Iya tapi ini..., "Raffa nampak kebingungan.
"Gue nyuruh lo gak boleh pindah,"timpal Arga menatap Raffa dingin.
Pria yang suka memakai topi terbalik itu kini jadi serba salah. Entah kenapa, dua orang di depannya ini seperti beradu kekuatan antara Api dan Es. Raffa merinding.
Zena mengeluarkan uang seratu ribu dari saku seragamnya.
"Gue suruh lo pindah sekarang,"sogok Zena menyodorkan lembaran merah itu tepat dihadapannya.
Mata Raffa nampak berbintang-bintang. Nampaknya ia tergiur dengan uang kertas yang disodorkan Zena.
"Gue mau lo tetap disini"Arga menyodorkan kartu master game yang sudah lama di incarnya.
"Gue tambahin nih"Zena mengeluarkan
dua lembar seratus ribu.Raffa jadi benar-benar kebingungan sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sultan Sekolah [COMPLETED]√
Teen Fiction[Proses Revisi] Info! Cerita ini mengandung unsur pembangkit emosi seperti marah-marah, sedih, terharu, takut dan Baper-baperan pastinya. Diharapkan yang punya ketahanan hati saja yang membacanya. Karena Novel ini memiliki campuran genre antara Roma...