Murid baru harusnya menjadi teladan dan memberi kesan baik pada hari pertamanya. Namun, tidak dengan Arga sang murid pindahan yang terkenal pintar dan berprestasi, kini harus bernasib sial karena ulah gadis iblis yang baru saja dengan paksa menyeret dirinya masuk ke ruang BK, tempat yang selama ini di anggapnya 'Ruang Keramat' bagi siswa seperti dirinya.
Wajar saja jika Arga berpendapat demikian, pasalnya hanya orang-orang yang memiliki etika dan moral yang bermasalah yang keluar-masuk dari tempat itu.
Dan ajaibnya, ini adalah rekor kedua yang ia pecahkan setelah mengoleksi semua piagam dan piala dari kejuaraan ternama yang pernah ia ikut. Apa Arga harus tersenyum bangga sambil memperlihatkan barisan giginya yang putih?
Lucu sekali. Ketika tersadar dengan keadaan ternyata kedua kakinya sedang menopang tubuh jakungnya di atas lantai yang papannya terpampang jelas tulisan 'Ruang Bimbingan Kesiswaan'. Ingin rasanya Arga berteriak dan bertanya pada cermin. Kenapa Kesan pertamanya harus hancur berantakan se tragis ini? Tapi sudahlah.
Kini Arga dan Zena tak berhenti saling melemparkan tatapan penuh kebencian. Kalau saja Zena itu seorang pria, mungkin satu tonjokkan sudah cukup menambah polesan make up-nya agar lebih menarik. Namun, Arga masih tahu aturan. Semarah apapun dirinya, ia tak akan sampai melepas tangan pada seorang wanita. Itu bukan dirinya. Hanya lelaki 'Banci' yang melakukan itu. menurutnya.
"Jadi kenapa kalian bertengkar?"tanya seorang wanita gemuk seketika memutuskan sorotan sengit kedua orang itu.
"Dia yang salah bu bukan saya."Zena tak segan menunjuk Arga.
"Kamu. Apa betul yang dikatakan Zena?"tanya Bu guru Rahayu beralih menatap wajah dingin Arga.
"Saya tidak melakukan apa-apa. Cewek gila ini yang mengusik dan menyirami saya dengan air bu,"jelas Arga serasa menikam Zena dengan tatapannya.
"Zena, apa itu benar? HAPUS MAKE UP KAMU! sudah berapa kali harus ibu katakan kalau di sekolah dilarang memakai riasan. Apa kamu tidak mengerti, hah?"ucap guru itu dengan nada tinggi.
Zena memutar bola matanya terlampau bosan. Dan seolah tak peduli dengan perkataan guru gemuk itu. Perlu diketahui bahwa seorang Zena tak pernah takut dengan guru killer mana pun. Ia merasa bahwa siapa saja tak pantas melarangnya untuk melakukan apapun yang dia mau.
"Nggak bu. Dia bohong,"elak Zena.
"Kamu Zena, minta maaf sekarang juga kepada dia,"titah wanita berambut sanggul itu segera membuat mulut Zena ternganga.
"Tapi bu, saya kan gak sa...."ucapan Zena terputus.
"Kamu dengar yang saya katakan? minta maaf sama dia sekarang juga!"mata Bu Rahayu melotot.
Okey. Ini mungkin terdengar gila. Tapi jangan coba-coba berharap jika seorang Zena akan langsung luluh dan patuh begitu saja. Lihat saja, bagaimana gadis itu dengan entengnya melipat kedua tangan di dadanya, seraya berujar,"nggak mau Bu. Saya kan gak salah."
Saat itu juga mata Bu Rahayu langsung mencuat memperlihatkan seberapa emosinya Guru itu dengan kelakuan Zena yang terlampau bandel.
"ZENA...!"
Spontan kedua murid itu segera membekap kedua kupingnya seerat mungkin, guna menghindarkan lengkingan sang Guru BK yang mengguntur menaungi luasnya ruangan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sultan Sekolah [COMPLETED]√
Teen Fiction[Proses Revisi] Info! Cerita ini mengandung unsur pembangkit emosi seperti marah-marah, sedih, terharu, takut dan Baper-baperan pastinya. Diharapkan yang punya ketahanan hati saja yang membacanya. Karena Novel ini memiliki campuran genre antara Roma...