Anak-anak langsung bergegas meninggalkan kelas ketika bel tanda istirahat memekik menyebar ke seluruh sudut sekolah. Sementara, segerombolan siswa berbondong-bondong menyerbu kantin sekolah, satu makhluk penghuni kelas nampak sedang tekun dengan buku dan penanya.
Benda bertinta yang digenggam gadis berparas tak biasa itu, bergerak lincah di atas kertas. Sesekali, ia mendesis kesal.
"Na, ngantin yuk,"ajak Poppy sudah bangkit dari kursinya.
"Lo aja deh. Gue lagi gak nafsu makan,"timpal Zena masih asyik mencorat-coret bukunya tanpa menoleh ke arah Poppy.
Poppy mendesis sebal."Lo jadi aneh tau gak sejak Arga diskors."
"Enggak kok. Siapa bilang? gue ya, tetep gue,"tentang Zena sekilas menoleh Poppy sebal.
"Hm. Terserah lo. Tapi ingat ya, Na. Kita lagi taruhan. Jangan sampe lo kalah ntar. Ingat lo bakal nembak Arga di corong."Poppy melengkungkan punggungnya sembari berbisik kepada Zena.
Napasnya serasa tertahan sejenak. Namun, Zena berusaha menetralkan pikirannya agar tak teracuni dengan lontaran sahabatnya itu.
"Oke. Gue ingat kok. Tenang aja,"ujar Zena setenang mungkin.
"Ya udah. Gue cabut dulu,"tutur Poppy sudah melangkah pergi dan tenggelam dibalik pintu.
Zena menghembuskan napas berat sembari merebahkan sisi kepalanya lunglai. Tilikannya lagi-lagi kini mengarah ke bangku kosong di pojokkan belakang ujung. Lagi-lagi semburan lesuh terhembusan dari hidung lancipnya.
Gue harus gimana sekarang? gue udah mencoba untuk ngelupain lo. Bisa nggak sih lo pergi jauh-jauh dari pikiran gue? gumam Zena cemberut. Kepalanya kini tegak lurus. Diliriknya kertas berkas coret-coretan tadi. Aishh! Arga. Arga. Arga. kenapa sih harus lo? Zena segera menyobek kertas itu kemudian mengoyak-ngoyakkan menjadi keping-kepingan kecil kemudian menghempaskan begitu saja ke udara, dan hilang terbawa angin. Kemudian kembali tidur tanpa peduli beberapa penghuni kelas yang jadi menatapnya aneh bercampur bingung.
****
Lonceng pulang, berkumandang memenuhi seisi sekolah. Semua murid SMA menghambur keluar memenuhi lorong sekolah.
Tampak Zena tengah sibuk menyimpan semua peralatan sekolahnya ke dalam ransel.
"Na, gue duluan ya? hari ini gue mau ketemu pacar gue,"tutur Poppy berbunga-bunga.
"Ya udah, yang mau pacaran. Pergi aja sana,"cetus Zena memasang tampang masam.
"Yaelah, bentar lagi giliran lo kok. Tenang aja. Sabar,"bisik Poppy tersenyum.
Zena melirik Poppy rada sebal seraya berkata,"maksud lo?"
"Udah ya. Gue buru-buru nih. Bye-bye Zena. Muaach,"pamit Poppy seraya mendekap sahabatnya itu.
"Apaan sih Pop? jijik gue tau gak?"decak Zena memasang tampang sebal. Nampak, Poppy terkekeh lalu segera menghilang dibalik sana..
Zena menggeleng-geleng kepala. Memang sudah keunikkan sahabatnya satu itu yang terbilang energik. Zena tersenyum kecil.
Tas putih kini bersarang di belakang punggungnya aman. Segera ditariknya kedua kaki jenjangnya itu menyisir lorong sekolah santai. Dan tak berapa lama kemudian, ia sudah menapaki lantai bawah.
"Ze, Zena. Tunggu."Seorang pria tampan berlari kecil hendak menghampiri gadis cantik itu.
Gadis berkuncir satu itu, nampak terkejut. Ia segera memutar badannya 180 derajat, hanya ingin memastikan siapa yang tengah memanggilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sultan Sekolah [COMPLETED]√
Teen Fiction[Proses Revisi] Info! Cerita ini mengandung unsur pembangkit emosi seperti marah-marah, sedih, terharu, takut dan Baper-baperan pastinya. Diharapkan yang punya ketahanan hati saja yang membacanya. Karena Novel ini memiliki campuran genre antara Roma...