POV ZENA
"Ketika tiba saatnya hatiku tertidur dalam kelam keabadian, kau datang membawa secercah harapan"_ Zena
>>•••<<
Matahari kini sudah bermukim dipuncak cakrawala. warna biru yang biasanya mendominasi langit di siang hari nampak cantik dengan awan-awan yang bentuknya tak beraturan menyurupai.
Lonceng sekolah telah berbunyi dari beberapa menit yang lalu. Kini Aku duduk bersama Jazy dan Poppy. Dan sudah beberapa hari ini Aku bersama Rian. Dan untung saja, Jazy dan Poppy tak terlalu mempersoalkan itu. Tentu saja, dengan syarat yang setimpal. Traktiran!
"Lo gak bareng Rian?"tanya Poppy sedikit heran. Pasalnya, Aku selalu bersama Rian dikala pria itu menjemputku dikelas.
"Enggak. Dia lagi sibuk sama rapat OSIS-nya"sahutku menyeruput jus jeruk tenang.
"Na, gue penasaran. Sebenarnya lo udah pacaran sama Rian belum sih?"tanya Jazy sontak membuatku tersedak.
"Iya, Na. Lo pacaran sama Rian ya? udah seminggu lo bareng Rian terus tau gak?!"gerutu Poppy.
"What?! kalian ini mikir apa sih? gue sama Rian itu cuman temenan"jelasku meyakinkan.
Poppy dan Jazy saling memandang kemudian beralih ke arah ku bingung.
"Tatap mata gue sekarang"ujar Poppy mencondongkan badannya menatap langsung ke dalam bola mataku lekat."Lo masih suka sama Arga kan?"
Uhuukkuhhukkk
Pertanyaan spontan Poppy bagai biji Salak yang menyangkut di tenggorokkan minta didorong. Kubangan jus jeruk yang menampung didalam mulutku langsung menyembur begitu saja mengenai wajah Poppy. Membuat sahabatku itu memejamkan wajahnya sebal.
"So-sorry pop"sesalku membuat Jazy menahan tawanya.
Poppy mengusap wajahnya bekas semburan air suciku menahan kesal.
"Kampret lo Na, nyembur ke muka gue. Lo pikir muka jamban apa?!"gerutu Poppy tak terima.
"Pff, lagian elo sih. Nanya-nanya gak jelas. Pake nyebut-nyebut nama tu cowok lagi"tuturku menahan tawa.
"Udah gak usah berantem. Nih, tissue Pop"timpal Jazy menyodorkan sekotak tissue ke arah Poppy.
"Bener-bener lo ya Na?!"oceh Poppy mengusap wajahnya sebal.
Aku hanya bisa terkekeh ringan melihat Poppy mengumpatiku. Yah, setidaknya Aku bisa tertawa saat ini.
****
Kelas terasa membosankan. Karena kini guru yang seharusnya sudah berpijak di dalam ruangan, sekitar sepuluh menit yang lalu malah belum muncul juga batang hidungnya. Sebagian penghuni kelas kini memilih untuk duduk perkelompok sekedar membuat tugas dan mengobrol tentang apa saja. Aku tidak bisa mendengar dengan jelas apa yang mereka bicarakan namun sepertinya tidak menyangkutku.
Nampaknya, mereka tidak berani membicarakanku saat ini. Mungkin karena bertepatan Aku yang berada disini sehingga mereka tidak bebas membahas topik tentangku atau mungkin karena mereka lagi tidak mood untuk membicarakanku. Terserah saja! Aku tidak perduli. Tapi bukan tidak mungkin Aku akan melabrak mereka jika kudapati namaku terucap jelas disela perbincangan mereka. Aku kalah bukan berarti aku takut!
Dan seharusnya Aku tidak perlu sesungkan ini atau bahkan merasa bahwa Aku tidak berhak melakukannya. Toh, Aku masih Ratu sekolah bukan? tapi sudahlah. Aku malas untuk membuang-buang tenaga.
Aku menempelkan sebelah sisi kepalaku diatas meja lesuh. Jemariku sibuk mencorat-coret kertas kosong dihadapanku acak-acakkan, sama seperti pikiranku yang kusut saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sultan Sekolah [COMPLETED]√
Teen Fiction[Proses Revisi] Info! Cerita ini mengandung unsur pembangkit emosi seperti marah-marah, sedih, terharu, takut dan Baper-baperan pastinya. Diharapkan yang punya ketahanan hati saja yang membacanya. Karena Novel ini memiliki campuran genre antara Roma...