JADI BABU?

702 42 15
                                    

Darah Zena semakin menggelegak. Ia berharap bisa lenyap saja ke dasar bumi dari pada harus memunguti satu persatu sampah yang berkeliaran ditepi lapangan itu. Dengan muak, gadis bule itu pun menjejaki lantai semen dengan hentakan jengkel.

Arga menyeringai puas. Pria itu pun memijakkan kakinya menuju tepi lapangan untuk mengambil botol air dan handuk kecilnya, lalu kembali mengawasi Zena.

Sekawanan orang yang tadinya seru melongok acara perlagaan live antara dua makhluk tenar itu, kini sedikit demi sedikit angkat kaki dari dinding kawat sana.

"Lo mau sampe kapan bengong disitu? cepetan lo angkat semua gelas-gelas plastik itu!"titah Arga memasang muka rata.

Zena melirik Arga dengan tatapan mematikan. Jelas sekali, gadis itu ingin sekali melenyapkan sosok disampingnya ini. sejak kapan ada yang berani memerintahnya. Dan parahnya lagi, menitahkannya mengumpulkan semua kotoran yang bersepah dihadapannya ini. Jangankan sampah, bendanya saja yang sudah jatuh ke tanah tak ada hasrat untuk dipungutinya, apalagi... ihhh! Zena bergidik ngeri menatapi benda-benda kotor yang bertaburan itu.

"Gue bakal pungutin ini semua, kalo lo ngasih gue sarung tangan atau apa kek, yang penting tangan gue gak kotor,"tutur Zena menekuk kedua lengannya diatas dada sebal.

Arga menghirup udaranya jenuh. Gadis satu ini sangat gemar menguji tingkat kesabaran orang.

"Banyak bacot lo, CEPETAN!"hardik Arga sudah tak tahan.

"Nggak mau,"elak Zena.

"Lo pilih sekarang, angkat semua limbah ini atau lo gue siram dengan air ini,"gertak Arga menaikkan botol minumannya.

Zena menenggak air liurnya paksa. Ia menilik Arga dengan sorotan murka. Makhluk biadab satu ini, benar-benar sudah menyulut bara apinya.

Dengan jengkel, Zena lekas melengkungkan punggungnya meraih segala barang bekas yang berceceran dihadapannya. Zena menghembus napas sebal untuk kesekian kalinya. Dasar makhluk halus. Penjaga jembatan Ancol. Mati aja lo! Arggh... Rutuk Zena mulai memunguti satu persatu sampah itu gemas.

Arga menyengir kocak. Satu gambaran jelas tertera di paras rupawannya... Puas! gadis itu memang harus diberi pengajaran, agar dia tahu cara memperlakukan orang dengan baik dan benar. Arga melekukkan kedua lengannya diatas dada rileks.

"Bro kita masuk kelas dulu, ya?"pamit Joshua dan kawan-kawan mengangkat tangan sebelah.

Arga segera menoleh dan mengacungkan jempolnya. Gadis pirang itu tak berhenti bersungut-sungut. Sesekali lirikan berang ditujukan kepada pria berpostur ideal itu.

"Tuh, disana masih kotor, pungutin cepat!"komando Arga dengan nada ketus.

Zena mengerlingkan bola matanya bengis. Pria itu semakin berlagak. Rasanya, Zena ingin segera menggiling badannya dengan cobekan hingga remuk tak berbentuk. Tangannya pun turun meraih tempat bekas air minum itu.

"Nih, bersihin sekalian,"pintah Arga menghabiskan isi dalam botol mineral itu lalu menjatuhkan tepat dibawah kakinya.

"NYOLOT BANGET SIH LO!"umpat Zena sudah tak tahan menuruti pria menyebalkan didepannya ini.

"Tugas lo nurutin semua perintah gue, bukan bentakin gue. Ngerti?"ujar Arga dengan raut sedingin es.

Zena memutar bola matanya tak peduli. Tangannya menekuk diatas dada kesal.

"Sekarang lo cuci tangan, terus lo bawain tas gue ke loker,"titah sang pangeran es datar.

"Hah?"Zena tercengang masih dengan posisi tangan mendekap dada.

Sultan Sekolah [COMPLETED]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang