Rambut acak-acakan, seragam lusuh dan wajah berantakan. Mengerikan. Itulah satu kalimat yang menggambarkan keadaan dua gadis korban amukkan Zena.
Bu Rahayu menggeleng-geleng penak. Entah mengapa, kepalanya terasa pusing. Dalam satu hari, selalu saja ruangannya tak pernah sepi. Ada-ada saja masalah yang diciptakan anak-anak didiknya itu.
"Zena, masalah apa lagi yang kamu lakukan kali ini?"sorot guru berkacamata itu melotot.
"Mereka yang duluan cari gara-gara sama saya bu,"ujar Zena menatap kedua perempuan di depannya itu enteng.
"Nggak kok bu. Yang duluan cari masalah itu dia. Pake cekik dan nampar saya lagi bu,"tutur Priska mengadu.
"Iya bu. Yang salah itu Zena,"timpal Jeny membela.
"HEH, LO GAK USAH BOHONG. YANG NGEDORONG GUE KE KOLAM KEMARIN ITU SIAPA? LO BERDUA KAN?!"hardik Zena mulai jengkel.
"Eh, yang salah itu lo. Gak usah nyolot deh. Udah tahu salah masih ngebantah,"timpal Priska memberanikan diri.
"LO TUH YA?"Kedua tangan Zena kini membentuk kepalan
"APA?DASAR PECUNDANG. BERANINYA DISEKOLAH DOANG,"gertak Priska tak mau kalah.
"LO... "
"STOOOP!"
Suara kencang guru BK yang membahana seketika membuat ketiga makhluk penghuni sekolah itu terbungkam.
"SAYA TANYA ZENA. KENAPA KALIAN BERDUA YANG JAWAB, HAH?!"bu Rahayu mulai emosi.
Zena mengerlingkan bola matanya kesal. Dua gadis itu benar-benar minta dihajar lagi pikirnya.
"Zena jawab pertanyaan saya sekarang. Kamu yang memukul mereka duluan?"tanya guru bertubuh agak gemukkan itu berusaha tenang.
"Yah itu karena mereka nyebelin sih bu,"sahut Zena menekuk kedua lengannya didepan dada sebal.
"JAWAB SAJA YA ATAU TIDAK."Suara bu Rahayu meninggi.
Zena mendengus napas sebal."Iya."
Bu Rahayu menarik napasnya dengan raut kencang.
"Kenapa kamu lakukan itu?"
"Mereka hampir nyelakain saya bu kemarin malam di pesta ultahnya Rian,"tutur Zena menatap Priska dan Jeny muak.
"Kamu tahu apa aturan sekolah?"nada bu Rahayu merendah seraya menyorot Zena.
Gadis pirang itu terdiam sejenak. Napasnya serasa tertahan karena wajah bulat guru itu mendekam di depannya.
"KAMU TAHU TIDAK? MASALAH YANG BERHUBUNGAN DI LUAR SEKOLAH TIDAK BOLEH DIBAWA KE SINI."
Zena mengejapkan matanya seraya menangkal semburan api dari wanita galak itu. Buset dah, nih guru habis makan jengkol kali ya? gila! Napasnya bau bangke. gumam Zena dalam batin.
"Iya, Zena ngerti bu. Gak usah teriak-teriak kali bu. Emang ibu gak takut apa suara ibu habis?"cetus Zena mengusak-ngusak kupingnya yang berdenging.
"KAMU INI BANDEL BANGET YA? SEKARANG KAMU IBU HUKUM BERSIHIN TOILET COWOK DISEKOLAH INI SAMPAI JAM PULANG,"titah bu Rahayu melototi Zena jengkel.
"What? yang benar aja bu. gak mau bu. Disana bau. Zena gak tahan,"enggan Zena.
Rahang bu Rahayu mengeras. Siswi satu ini memang sukar sekali diatur. Entah, harus bagaimana mendidiknya agar mau menurut. Bu Rahayu kewalahan.
"Lama-lama ibu bisa hipertensi gara-gara kamu. Cepat kamu bersihin sekarang juga tak ada bantahan!"ketus Bu Rahayu berusaha mengendalikan emosinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sultan Sekolah [COMPLETED]√
Teen Fiction[Proses Revisi] Info! Cerita ini mengandung unsur pembangkit emosi seperti marah-marah, sedih, terharu, takut dan Baper-baperan pastinya. Diharapkan yang punya ketahanan hati saja yang membacanya. Karena Novel ini memiliki campuran genre antara Roma...