BELAJAR MASAK

461 23 12
                                    

Ruang Kepala sekolah. Bu Sumarni, dan Zena kini menghadap pemimpin sekolah. Mereka diam sejenak. Bola mata pak Rudy kini bergerak-gerik menatapi makhluk-makhluk yang berdiri di depannya.

"Ada masalah apa ini?"tanya kepsek menatap Zena.

Zena tak menjawab. Matanya kini melirik guru fisika itu sebal.

"Apa yang sudah terjadi?"tanya pria berkumis itu menatap bu Marni.

"Saya mau minta maaf pada Zena pak. Tadi saya sudah menamparnya,"tutur guru yang akrab disapa Marni itu lirih.

Zena segera menyorotinya heran. Ia bahkan tak menyangka kalau guru killer itu akan meminta maaf padanya. Sungguh sebuah keajaiban pikirnya.

"Benar begitu Zena?"sorot kepsek tepat kepada gadis yang tengah mematung itu.

"Iya pak,"jawab Zena.

"Maafkan saya Zena. Saya sangat menyesal telah melakukan hal itu kepada kamu. Maafkan ibu,"sesal guru cantik itu menggenggam tangan Zena dengan sedih.

Zena memutar bola matanya sebal."Kali ini ibu gue maafin."

"Terima kasih,"ucapnya lirih.

"Kamu juga harus minta maaf Zena,"pintah pak Rudy.

Zena setengah terperangah."Kok saya sih pak."

"Pasti ada alasan kalau bu Marni sampai menampar kamu kan?"tutur kepsek melorotkan kacamatanya.

Zena mendengus sebal sambil berkata,"maafin saya bu."

Kini keduanya saling berjabat tangan. Dan, akhirnya permalasahan saat itu  selesai.

****

Zena keluar dari ruang kepala sekolah menyusuri lorong lantai bawah menuju ke kelasnya. Bel masuk setelah istirahat sudah bendentang dari sepuluh menit yang lalu.

Tak berapa lama ia sudah tiba di lantai dua. Kakinya pun segera ia langkahkan menapaki lantai kelasnya. Baru saja tiba diruangan, suasana nampak seperti dipasar. Namanya saja, anak IPA. Namun, kelakuannya seperti anak IPS. Dan sudah bisa ditebak, siapa biang kerok dari kekacauan kelasnya. Raffa. Mata Zena melototi pria yang sedang duduk diatas meja Didepan Arga, sambil menyanyi lagu Jadul 'Diana' milik band era tahun 70-an itu.

Diana, Diana, kekasihku

Bunuh saja orangtuamu

Cincin permata yang jeli itu

Tanda kasih sayang untukmu

"Asiiik, goyang lagi mang,"seru Andre berjoget-joget ala Bang Jali.

"Saweran, saweran,"ujar Joni menyambar topi milik Raffa lalu dijadikan kantong pengumpul uang.

"Woi kadal! liriknya salah. Bilang pada orangtua bukan bunuh,"protes Fian teman sebangku Andre.

"Suka-suka gue,"selah Raffa acuh.

Suasana kelasnya kini sudah tak dapat dibayangkan lagi. Sudah seperti kapal pecah. Berantakan. Tanpa pikir panjang Zena menghampiri pojokan tempat penyimpanan alat-alat bersih, kemudian dengan sebatang sapu ia mendekati meja guru yang kini tak berpenghuni.

PRAAKK

Semua terlonjak kaget akibat suara benturan panjang diatas meja itu. Zena menatap Raffa dan pembuat onar lainnya kesal.

"WOI BERISIK LO,"hardik Zena sontak menghentikan aksi Raffa dan kawan-kawan.

"Anjirr! Ratu Api mengamuk. Mending gue cabay deh. Cabut bubay!"Raffa segera meletakkan benda yang dipegangnya tadi, kemudian melesat keluar secepat roket.

Sultan Sekolah [COMPLETED]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang