MASALAH KELUARGA

304 16 23
                                    

Arga membekap kedua telinganya dengan headphone, mengeraskan volume musiknya berusaha tak menghiraukan keributan yang terjadi di bawah sana. Ini masih sore dan untuk kesekian kalinya, ia mendengar Ayah dan Ibunya bertengkar.

Semakin hari keadaan mereka berdua semakin parah. Entah apa yang membuat mereka jadi seperti itu. Arga jadi pusing. Ia benar-benar sudah muak dengan sikap Ayahnya yang selalu marah pada Ibunya. Segera dilepasnya pembekap heaphone putihnya, lalu dengan bosan Arga menarik langkahnya hendak menengahi perseteruan kedua pasangan istri itu.

Langkahnya segera tertahan ketika ia mendengar Ibunya menangis lagi, tak sengaja Arga mendengar Anthoni-Ayahnya, ingin menceraikan Ibunya. Seketika Arga langsung meluncur ke bawah.

"Apa maksud Papa mau menceraikan Mama?"ketus Arga tak terima.

"Ini bukan urusan kamu Arga. Minggir"tukas Anthoni menepis Arga dari hadapannya.

"Cepat kamu tanda-tangani surat perceraian ini sekarang juga"titah Anthoni menyodorkan amplop surat tepat di depan Meifang yang kini terduduk dengan tangisan.

"Kenapa Papa menceraikan Mama? KENAPA? KENAPA PA?"hardik Arga emosi.

"Bukan urusan kamu! mulai sekarang Kamu sama Gilang akan Papa posisikan diperusahaan. Kalian akan mengambil alih sebagian perusahaan Papa"tegas Anthoni sontak membuat Arga terperangah tak percaya.

"A-apa?"kejut Gilang yang kini mematung menatap orang-orang di hadapannya bingung.

"Maksud Papa apa?"tanya Gilang kebingungan.

Anthoni mendengus pasrah.

"Kamu Gilang mulai sekarang kamu berhenti kuliah dan mulailah serius menjadi penerus perusahaan Papa. Kalian berdua"jelas Anthoni menatap kedua putranya tegas.

"Kenapa tiba-tiba begini sih?"desah Gilang tak mengerti.

"Sudah dari dulu Papa bilang kamu serius menekuni bidang bisnis kan? tapi, apa? kamu selalu seenaknya bermain-main dengan kelompok band bodohmu itu. Sekarang berhenti main-main dan belajarlah untuk mengurus perusahaan Papa"decak Anthoni mengomeli Gilang.

Gilang mendengus kesal.

"Gilang masih pengen kuliah Pa. Gilang mohon"desah Gilang kini sudah berlutut si bawah kaki Ayahnya.

Arga terpaku tak percaya menatap sikap kakaknya yang tengah bermohon-mohon.

"Tidak ada bantahan! karena kalian berdua sekarang sudah Papa percayakan untuk memegang kendali perusahaan"ancang Anthoni tegas.

Gilang mengepalkan jemarinya erat. Ia bangkit lalu menatap Ayahnya pasrah.

"Terserah Papa"ketus Gilang segera melangkah kesal menuju kamarnya.

Arga memejamkan matanya pasrah.

"Kau tidak ingin mendatanganinya? baiklah. Aku anggap kau sudah setuju untuk bercerai"desah Anthoni menarik kasar kertas itu lalu beranjak meninggalkan Meifang yang kini terisak.

"PA-PAPA"panggil Arga namun sia-sia saja karena Anthoni kini sudah masuk ke dalam mobilnya hendak pergi.

"Brengsek!!!"umpat Arga menendang pintu itu kesal. Nampak semua pelayan berkumpul di dapur tak berani keluar. Arga mendengus lesuh lalu kembali ke tempat Ibunya.

                     >>•JENTERA•<<

Sementara itu Irwan tengah terbaring dikamar dengan seorang Dokter yang kini sudah selesai memeriksanya.

"Bagaimana keadaan suami saya dok?"tanya Josine ketika mereka tiba di luar ruangan.

"Dia terkena gejala serangan jantung koroner. Sebaiknya pasien segera melakukan perawatan lebih lanjut di rumah sakit"ucap Dokter Rey sontak membuat Josine membekap mulutnya tak percaya.

Sultan Sekolah [COMPLETED]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang